tiga puluh delapan. (DARENZA)

98 17 16
                                    

Sebelum baca, jgn lupa vote dulu yaa! Komennya jg!❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca, jgn lupa vote dulu yaa! Komennya jg!❤️

Follow my wattpad and ig @sanitrasvtr

Noted: Part ini masih lanjutan part sebelumnya.

*
*
*

"Lo suka 'kan sama Vi?" Darenza memandang Bondan.

"Mau jawaban jujur?" Bondan seperti sengaja mengulur.

Orang yang lagi mereka bicarakan, ada di sana, ikut merasa tegang.

"Tinggal jawab, Bon," ujar Darenza.

"Tebak dong,"

Lana menyipitkan matanya. Menurutnya Bondan freak.

"Suka kali." Darenza mengedikkan bahu.

"Jawaban lo.."

"Tar dulu," ujar Fiona menyanggah, "Vi, lo juga jawab jujur, lo suka sama Bondan?"

Vi memandang Fiona heran. Kenapa ia juga yang kena?

"Jawab bareng," titah Fiona.

"Tiga..." Adit memberi aba-aba.

"Dua..."

"Satu..."

Vi dan Bondan saling melirik. Pikir mereka, ini beneran di sidak?

"Gue gak suka."

"Gua gak suka."

Seketika semua yang ada di sana bernapas lega, entah apa maksud dari itu.

"Terus lo kenapa bikin suasana tegang, Jamal!" gerutu Lana.

"Panik gak?"

"Freak." Darenza mendelik.

"Biasanya nih, ya ... kalo temen lawan jenis lama hilang, terus ada pertemuan lagi, nah di situ rasa yang terpupuk lama, bisa membuncah. Dan akhirnya saling mengungkapkan perasaan," ujar Gemi.

"Rasa apa? Mangga? Nanas? Jeruk?" Canda Bondan sambil terkekeh. "Kebanyakan baca novel sih lu! Gua 'kan spesial, harus beda." Bondan bersama tawa lebarnya.

Darenza ikut tersenyum, teman bobroknya benar-benar sudah kembali.

🔥🔥🔥

Monica duduk sendiri di kafe. Ia sedang menunggu seseorang. Kaki kanannya menindih kaki kiri. Rahangnya yang tegas dan kepalanya mendongak angkuh—tak sedikit orang memperhatikannya. Mini dress cukup ketat dipakainya, lalu polesan make-up yang bisa terbilang sedikit menor untuk anak seusianya, namun terlihat elegan, dengan warna lipstik merah merona. 

Ia tidak suka menunggu. Orang yang menyepakati pertemuan ini, belum kunjung kelihatan batang hidungnya. Melirik jam tangan warna silvernya dan berucap, "sepuluh menit gak dateng, gue cabut."

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang