tiga puluh empat. (DARENZA)

92 18 8
                                    

Hai gais! I'm backkkk! Kangen gasi?Tokoh siapa yang dikangenin?Maaf, aku baru up, wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai gais! I'm backkkk!
Kangen gasi?
Tokoh siapa yang dikangenin?
Maaf, aku baru up, wkwk.
And jgn lupa vote+komen. Follow my wattpad and ig @sanitrasvtr

*
*
*

"Pulang dulu gak? Apa langsung?"

"Dih, gua gak bawa baju ganti, anjir!" timpal Lana.

"Pulang dulu aja lah, gerah gua," ujar Vi sambil menarik sejumput seragamnya lalu ia gerakkan guna dijadikan kipas untuk badannya.

"Yaudah, naik," ujar Darenza yang sudah siap di atas motor ninja kuningnya.

Vi yang akan naik ke boncengan, ditahan oleh Darenza. "Pake dulu helmnya." Vi melirik tak minat helm yang melingkar di tangan kirinya. "Iya bawel." Dan terpaksa harus memakai helm itu.

"Langsung ngumpul aja ya nanti di sana," ucap Darenza sebelum menutup kaca helm full facenya.

"Sipp." Afnan memberi jempol.

Darenza memberi klakson sebagai perpisahan lalu motornya melaju keluar dari parkiran sekolah.

Di perjalanan, Vi asik sekali dengan semilir angin yang membuat dirinya tidak gerah lagi. Dan saking menikmatinya, ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Darenza.

"Dar?" teriak Vi.

Darenza menoleh ke kanan dan menengadahkan kepalanya sekilas. Gerakan itu menandakan Vi untuk berbicara lagi. "Lo bisa kebut gak sambil nyalip-nyalip gitu?"

Darenza mengeluarkan senyum setannya. "Lo nantang gue?"

Tanpa memberi reminder terlebih dahulu, Darenza langsung saja membawa kebut motornya. Vi sempat terkejut, namun, detik berikutnya malah menikmati aksi gila Darenza ini.

Darenza benar-benar menuruti ucapan Vi. Ia menggas pol abis motor gedenya dan menyalip mobil dan motor yang menghalangi jalan di depannya. Serasa ia hanya mau jalan ini jadi miliknya, atau jika tidak, ia yang harus memimpin jalan kali ini.

Perempuan normalnya mungkin akan takut dengan aksi Darenza yang bisa dikatakan sinting. Namun, Vi malah berteriak senang. "Woah, Darenza! Sumpah ini mengkece!" Tangannya tetap melingkar di pinggang Darenza. Karena beberapa detik sebelumnya, Darenza mengancam jika Vi melepaskan pelukan ini maka ia tak segan-segan melakukan teknik stoppie. Kalo kek gitu, bisa mati terjungkal Vi. Jadi, ia menuruti saja.

"Itu yang cuma nyumpah serapahin kita, mending ikutan gak sih? Seru banget juga ini," ujar Vi.

Senyum setan Darenza lebih lebar saat Vi mengatakan itu. Jujur, emang ini aksi gila yang super seru!

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang