tiga puluh dua. (DARENZA)

125 18 0
                                    

Hai gais! Sebelum baca jgn lupa pencet vote dulu yak! And happy reading!💖

*
*
*

Tempat tujuan Darenza dkk sekarang adalah cafe Green Light. Sudah 2 hari semenjak kejadian disekap oleh Bondan dan Elis, sekarang mereka berdua sudah tidak bergabung lagi dengan Darenza.

Yang tersisa hanya ia, Adit, dan Mahesa. Darenza mengajak mereka ke cafe untuk membahas masalah Bondan. Tapi mereka tidak bertiga saja. Vi, Afnan, Lana, dan Fiona ikut andil juga.

Para cewek-cewek dibonceng dengan motor gede para laki-laki.

Sekitar 10 menit di perjalanan, mereka sampai ke cafe.

Vi memesan minuman untuk mereka semua, baru setelahnya menceritakan point important dari mereka semua dikumpulkan ke sini.

Dan ya, seperti dugaan Vi dan Darenza. Mereka semua syok luar biasa. Bisa-bisanya temen membunuh temen. Kurang lebih, itu lah yang mereka pikir.

"Kok lu santai aja si anj! Temen lo nih hampir mati disekap," ujar Mahesa menatap kesal Adit.

"Udah tau," singkat Adit.

"Parah lo." Tatapan Mahesa mengintimidasi Darenza.

Darenza mengedikkan bahunya.

"Jadi gini..." Adit membenarkan duduknya, bangkunya ia majukan lebih dekat, dan badannya sedikit membungkuk. "Karena kalian udah tau situasi sekarang kayak gimana. Gua minta kalian harus awasin dan jagain Darenza dan Vi lebih. Ini bahaya. Ingat! Mereka bersekongkol dengan Ande. Dia licik. Dan bisa aja dia lebih banyak ngehasut orang lagi di luar sana buat nyerang kita. Dan yang parah..."

Mereka semua menatap penasaran ke arah Adit.

Adit menghela napasnya terlebih dahulu. "Ande bisa panggil geng untuk nyelakai kita."

"Geng?" tanya Vi.

"Anything. Geng apapun itu. Yang penting dia merasa puas bisa ngalahin kita."

Minuman datang. Obrolan terhenti sejenak.

Vi minum jus strawberry dulu sebelum bertanya lanjut. "Sebenernya Ande iri apasi sama kalian? Sampe napsu gitu mau kalian kalah banget dari dia."

"Nothing. Tanpa alasan." jawab Darenza.

"Are you serious?" tanya Lana.

Darenza mengangguk.

"Udah. Mending kita atur strategi. Bisa aja 'kan tiba-tiba mereka nyerang mendadak?" ujar Afnan.

"Tunggu!"
"Fiona you okay?" tanya Vi menatapnya.

"Why? I'm okay." sahut Fiona.

"Sebelum ini berlanjut. Gua mau minta maaf dulu sama lo. Pasti lo kesel 'kan sama kelakuan gue selama ini?"

Fiona menggenggam tangan Vi. "Sorry, sekarang aturan gua mau minta maaf."

"For?"

"Gua udah balikan sama Mahesa. Maaf Vi, bukan mau nusuk lo dari belakang. Tapi jujur, gua juga gak bisa bohongin perasaan gua kalo gua masih sayang sama Mahesa dan soal Afnan... Maaf juga..."

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang