❄𝓟𝓪𝓻𝓽 1

Start from the beginning
                                    

Tempat itu seperti semula. Yang membedakannya hanya kehadiran seorang gadis cantik dengan mata biru kristal yang berdiri linglung. Ia menatap sekitaran yang sangat asing di maniknya.

"Dimana?", bisiknya lirih.

***

"Apa cucu saya baik-baik saja?"

Dokter yang baru saja selesai memeriksa tubuh kecil yang tertidur pulas langsung tersenyum ramah.

"Cucu anda mengalami demam ringan. Saya sudah memberikan resep obat kepada Tuan Ben", ujar pria itu.

Pria berumur itu menghela napas lega.
"Terimakasih Sir"

"Terimakasih kembali, kalau begitu saya undur diri. Sampai jumpa"

Evens Kyle, pria itu memgambil duduk di pinggir kasur cucunya yang sedang demam.

"Ben"

"Ya Tuan?"

"Dimana Gwena?", tanya pria itu. Ia mencari putri bungsunya, Gwena Cardelina Kyle, sekaligus ibu dari cucunya Jilva Christina Kyle.

"Aku di sini ayah"

Evens menatap seorang wanita yang baru saja masuk ke dalama kamar Jilva. Dia putrinya Gwena, wanita karir yang turut tangan mengelolah bisnis raksasa sang ayah. Gwena disimpulkan baru saja pulang mengingat pakaian formal yang melekat di tubuh indahnya.

"Bagaimana dengan Jilva, Ben sudah menghubungiku", ujar Gwena ikut duduk di samping sang ayah, mengelus rambut putrinya dengan lembut.

"Ben sedikit telat. Dan seperti biasa, Jilva bermain dengan salju lagi", ujar Evens.

"Apa tindakan ayah selanjutnya?", tanya Gwen.

Pria tua itu menarik napas. Mata lelahnya menatap penuh pada cucunya yang terbaring.

"Tidak ada jalan lain selain menjauhkannya dari yang namanya salju dan udara dingin", ujar Evens.

"Ayah?"

"Jilva akan kita pindahkan ke Indonesia, tempat dimana suadaramu Ella tinggal. Di sama beriklim tropis, sangat cocok dengan tubuh Jilva yang tidak tahan suhu dingin", ujar Evens.

Gwena terdiam.
"Tapi aku dan ayah tidak bisa ikut. Bagaimana kita bisa menjamin kehidupan Jilva, sedangkan perusahaan tidak bisa dikontrol dengan jarak jauh", ujar wanita itu.

"Jilva akan tinggal bersama Ella nak, bukan tinggal sendirian. Ayah sangat tenang karena ia juga punya paman dan sepupu yang bisa menjaganya di sana. Dia juga punya teman bermain dan tidak sendirian lagi", ujar Evens.

Kyle Air, perusahaan yang bergerak di penerbangan adalah milik Evens Kyle. Dan setelah kepergian sang istri 10 tahun silam, pria tua itu mengelolah pekerjaanya bersama Gwen, yang menggangikan posisi sang istri.

Wanita itu mau tak mau mengangguk mengiyakan. Percuma juga menahan putri semata wayangnya di sini. Yang ada Jilva akan semakin kesusahan berinteraksi karena lingkungan yang selalu mengatainya 'Anak tanpa ayah', atau kata kasarnya adalah anak haram.

"Kapan Jilva berangkat ayah?", tanya wanita itu.

"Lusa"

***

Malam semakin larut namun orang-orang yang berjalan di bawah naungan payung di kota München, Jerman tak kunjung sepi. Mereka tak mempedulikan salju yang terus turun,  yang penting mereka bisa pulang ke rumah masing-masing, setelah seharian lebih berkutat dengan profesi masing-masing.

Seorang perempuan cantik yang sedang berjalan cepat itu tampak geram saat dirinya sedang berbicara lewat via telpon dengan seseorang.
"Keparat sialan! Jika aku pulang dan uangku masih tidak kembali! Maka aku akan mematahkan lehermu itu!"

"...."

"Aku tidak peduli! Lihat saja! Aku tidak main-main dengan ucapanku!"

Tut

Dengan kasar ia menutup telponnya.
"Lelaki sialan, sudah jadi mantan tapi masih banyak tingkah", gumamnya dengan napas memburu.

Ia mengeratkan mantelnya dan memasukan sebelah tangannya yang dibaluti sarung tangan ke kantong mantel itu, dan tangan yang tersisa memegang payungnya.

Langkahnya ia hentakan dengan keras, melewati seseorang yang duduk sendirian di bangku taman tanpa payung, tanpa mantel, dan hanya menggunakan gaun ala bangsawan eropa kuno.

Namun detik berikutnya matanya yang cokelat dengan bulu mata putih itu membelalakan matanya. Langkahnya langsung berhenti. Perlahan-lahan gadis albino itu menoleh ke belakang, menatap sosok tadi yang hanya menunduk menatap kedua kakinya yang tanpa alas.

"Emm Nona?"

Gadis itu menepuk bahu orang itu dengan ragu. Perlahan kepala itu mendongak. Maniknya langsung bertabrakan dengan manik biru kristal yang sangat cantik. Seketika ia terpesona.

"A-apa anda baik-baik saja? Anda akan sakit jika berada di bawah salju tanpa penghalang", ujar gadis itu.

Sosok di depannya tersenyum.
"Kamu orang pertama yang menyapaku"

"Emm? Saya menyapa anda karena anda terlihat agak aneh. Apa anda tidak kedinginan? Udara bahkan hampir membuatku mati padahal aku sudah menggunakan mantel tebal dan payung ini", celoteh gadis albino itu.

Sosok itu tersenyum canggung.
"Aku tidak tahu ini dimana", tuturnya.

"Apa anda tersesat?", tanya gadis itu.

"Sepertinya begitu"

"Ikutlah denganku sampai kamu bertemu dengan keluargamu lagi. Namaku Candice, Candice Velove. Kamu?", ujar Candice.

"Putri salju", ujar gadis di depannya.

Mata Candice membulat.
"Putri salju? Oh aku tahu, pasti orang tuamu sangat menyukai karakter Disney itu. Ataupun mungkin karena kamu secantik putri salju. Hah, nama yang bagus. Ngomong-ngomong senang bertemu denganmu", serobot Candice.

"Iya, t-tapi aku tidak paham dengan perkataanmu barusan", ujar gadis itu dengan ragu.

Candice dengan cepat menarik gadis itu, hingga mereka berbagi tempat di bawah payung hitam tersebut.
"Sudahlah, ayo kita pulang. Rumahku ada di depan sana", ujar gadis itu.

Dan gadis yang mengaku sebagai putri salju itu menurut saja sambil menatap sekeliling dengan kagum.

Candice membawa gadis yang baru ia temui itu ke dalam rumahnya. Ia membuka mantelnya, dan menggantunya di pintu.
"Tunggu sebentar, aku harus menyalakan perapian untuk kita"

Setelah menyalakan perapian, Candice menarik semangat gadis itu menuju kamarnya.
"Huh, apa kamu tadi tersesat saat menghadiri sebuah pesta kostum? Kamu benar-benar mirip dengan putri-putri dongeng dengan pakaian itu", celoteh Candice sambil membuka lemarinya, mengelurkan hoodie tebal dan sepotong celana panjang.

"Bergantilah di sana, aku mau membuat makan malam untuk kita"

Gadis itu menurut saja saat tubuhnya di dorong oleh Candice yang banyak bicara sejak tadi. Masuk ke sebuah kamar mandi, lalu gadis asing yang menyelamatkannya itu menutup pintu dari luar.


____o0o____

1 Januari 2023





Hi welcome ya...
Salken dari Nias🧡
Cerita ini hanya ada di lapak ini⛔ Nikmati saja dan jangan terbawa arus ingin mengplagiat. Hukum masih stay menunggu.

Snow White's an Extra [END]Where stories live. Discover now