17 : Tersampaikan

346 41 6
                                    

Happy Reading

*
*
*

"Belum balik juga lo?" suara Aksara mengalihkan atensi Harsandaru yang masih terduduk di sofa kamar ini.

Penampilan Aksara nampak lebih segar, kaos putih dengan celana training panjang, rambut acaknya sedikit basah bahkan masih meneteskan air, dan handuk tersampir di bahunya.

"Diusir mulu dah gue" pandangan Harsandaru kembali pada ponsel digenggamannya.

"Nanya doang"

"Balik gak balik juga gak ada yang peduli gua mah" Harsandarau tanpa memandang lawan bicaranya.

"Ayah lo" ucap Aksara lebih terlihat seperti pernyataan bukan pertanyaan.

"Ck, nyariin? Yang bener aja...iya si nyariin, tapi bukan buat mastiin keadaan gue juga" Harsandaru menyahut dengan kekehan.

Aksara terdiam sejenak setelahnya memilih tidak perduli, lagipula bukan urusan dia juga. Berjalan mendekati kesur kesayangannya dan merebahkan diri, nyaman.

"Aksa, lo gak mau berhenti aja?" mata yang sebelumnya hendak terpejam kembali terbuka.

"Apa?"

"Nggak lo nggak Juhan sama aja njir kalo ngomong singkat bener setdah" Heran Harsandaru.

"Beda ya enak aja, gue bukan titisan es batu" sedikit candaan Aksara lontarkan menyinggung Juhan yang dingin sambil membawa tubuhnya bersandar di headboard.

"Bisa bercanda juga lo ternyata. Tapi gue serius, kita masih sekolah gini, jangan rusak badan lo sendiri" Harsandaru mencoba membujuk.

Paham akan arah pembicaraan Harsandaru, Aksara tampak tak suka.

"Maksud lo, jangan ngerusak badan gue sendiri, tapi orang lain yang ngerusak badan gue gitu? Gue sendiri yang mau, lo harusnya gak perlu ikut campur sejauh ini"

Flashback*

"AKSARA!" teriakan Harsandaru berhasil membuat orang didepannya terlonjak kaget hampir terjatuh dari kursi yang didudukinya, untung saja tangannya bepegangan pada pembatas balkon.

"Buset ni orang, APAAN!" Aksara menyahut dengan sewot.

"DIH, KOK NGEGAS!" Harsandaru masih dengan suara tingginya.

"Lo ngapain si anjir heboh banget, suara lo pelanin, pengang kuping gue!" Aksara masih sibuk mengusap kedua telinganya.

"Ya lo yang ngapain bocah!" Harsandaru kembali bertanya.

"Umur kita sama, kalo lo lupa" jawab Aksara dengan santainya menyesap kembali benda berasap diantara jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Stttt, gak usah ngalihin topik! Lo sejak kapan ngerokok anjir?"

"Buat apa lo tau?" Aksara dengan lirikannya. Dalam hatinya masih misuh-misuh dengan orang di depannya ini karena kejadian di perpustakaan waktu itu.

"Ck, mereka tau lo perokok?"

"Segitunya manggil gue perokok, gue gak setiap saat setiap waktu ngerokok kali, kalo puyeng doang" Aksara menghembuskan asap rokok dengan santainya.

"Orang puyeng minum obat, lo malah ngerokok, satu dua batang masih mending, ini lo habis berapa batang njir, satu bungkus lo habisin semua? Cari penyakit emang! Uhuk-uhk asepnya gila"

"Mereka gak tau, dan jangan sampe tau" Aksara menunduk memandang tumpukan sisa bekas putung rokok yang dia habiskan tadi.

"Lo gak kasihan sama tubuh lo sendiri? gak kasian sama Juhan?"

JUHAN & AKSARANYA ||  YANG JUNGWONWhere stories live. Discover now