03 : Dia Aneh

597 66 10
                                    

Happy Reading

*
*
*

Juhan itu termasuk dalam siswa berprestasi, apa lagi di bidang akademik.

Karena itu dia kerap dijadikan sebagai perwakilan Olimpiade untuk mewakili sekolahnya. Dan tentu saja dia selalu kembali dengan kejuaraan.

Karena itu juga makin banyak yang membencinya, terutama siswa-siswa ambisius yang belajar keras agar dapat mengikuti Olimpiade tetapi tetap selalu Juhan yang akan mendapat kesempatan itu.

Pada awalnya niat Juhan hanya satu. Juhan pikir dengan dia menjadi siswa yang berprestasi dan memenangkan banyak juara dapat membuat dua kakaknya itu bangga padanya. Minimal mereka dapat melirik keberadaan Juhan.

Nyatanya, tidak.

Flashback On*

Saat pertama kali Juhan mendapatkan juara, dengan hati yang bahagia pulang ke rumah dan menunjukkan apa yang dia peroleh pada kedua kakaknya itu.

Realita tak seindah ekspektasi memang benar adanya.

Yang Juhan dapatkan hanyalah decakan malas dari salah satu kakaknya yaitu Jegar dan setelahnya kakaknya itu berlalu pergi begitu saja.

Dan bentakan dari Jafar yang kiranya semua ucapan yang keluar dari mulut Jafar benar-benar mampu membuatnya terdiam, hatinya sakit.

"Lo pikir dengan lo dapetin semua itu, bisa ngembaliin keadaan kaya dulu lagi? GAK! Lo pikir bunda sama ayah bakal bisa hidup lagi? GAK SIAL*N!! Gue gak peduli apa yang lo dapet dan semua tentang lo! Urus hidup masing-masing bisa kan?" kata Jafar, pergi dari hadapan Juhan dan bembanting pintu kamar.

Brrakk!

Runtuh sudah harapan Juhan saat itu juga.

'Juhan capek Kak' jawab Juhan, dalam batin.

Dia tak mampu walau hanya untuk mengeluarkan sepatah kata pun.

Usahanya berujung sia-sia. Bukannya memperbaiki keadaan tapi malah membuat mereka makin membencinya. Itu yang ada dalam pikiran Juhan.

Tatapannya mulai mendingin tanpa ekspresi. Ingin menangis tapi bahkan rasanya air mata itu tak lagi mampu menetes.

Flashback Off*

Mulai saat itu Juhan hampir tak pernah lagi berinteraksi dengan keduanya, memilih diam. Menjalani hidup masing-masing layaknya orang asing seperti yang Kakaknya mau.

*
*
*

Krriinggg~

Bel sekolah bunyi tanda akhir pembelajaran hari ini.

"Sekian yang dapat Bapak sampaikan jangan lupa tugasnya dikerjakan! Mengerti?" Pak Adam menutup kelas terakhir.

"Mengerti Paakk!" jawab seluruh murid.

"Bagus. Oh iya untuk Nak Juhan bisa ikut ke ruangan Bapak sebentar?" tanya Pak Adam pada Juhan.

Yang dipanggil namanya hanya diam tak menoleh sama sekali, sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Woy Han, Juhan! Anjir si Juhan budeg pa gimana? Sstt...Juhan!! Dipanggil Pak Adam tuh!" panggil Satrio yang memang bangkunya tepat di belakang bangku Juhan.

Seisi kelas bahkan sudah memusatkan perhatiannya pada Juhan yang terlihat tidak menghiraukan guru di depan.

Juhan baru menoleh saat Satrio mencolek bahunya.

"Apaan?" tanya Juhan pada Satrio.

Belum sempat Satrio menjawab lagi Pak Adam berceletuk kembali.

"Nak Juhan kamu dengar saya?" tanya Pak Adam.

"Iya gu- saya denger pak" Jawabnya datar.

"Bisa ikut ke ruangan saya Juhan?" tanyanya lagi.

"Iya."

"Oke silahkan yang lainnya boleh pulang!" intruksi Pak Adam.

Juhan beranjak mengekori Pak Adam ke ruang guru, tak lupa dengan tas sekolah yang tersampir di salah satu bahunya.

"Nak Juhan kamu baik-baik saja?" tanya Pak Adam sesaat setelah keduanya sampai di meja guru itu.

"Gue? Eh b-baik kok Pak! Baik saya mah sehat!" jawab Juhan dengan cengiran.

Pak Adam mengernyit heran, seperti ada yang salah dengan anak ini. Tapi pikiran itu ia tempis, hampir lupa menyampaikan alasan Juhan di sini.

"Ah bagus lah kalau begitu. Jadi Nak Juhan sebenarnya alasan bapak panggil kamu kesini karena kamu terpilih lagi untuk perwakilan Olimpiade Matematika bulan depan. Jadi bapak harap kamu dapat mengikutinya dengan baik" jelas Pak Adam.

"Harus banget saya pak?" tanya Juhan.

"Lho bukannya biasanya kamu malah seneng ikut Olimpiade?" tanya Pak adam heran.

"Yha~ itu mah si Juhan yang seneng bukan saya!" jawabnya.

"Lho? Emang kamu bukan Juhan?" tanya Pak Adam lagi.

'Aduh mampus, lupa lagi gue. Lagian mulut kagak bisa dikontrol banget elah!'

"Eh iya pak, saya bakal berusaha semaksimal mungkin untuk Olimpiade ini" Jawab Juhan.

"Bagus-bagus, kalo gitu silahkan kamu boleh pulang sekarang. Untuk materinya nanti menyusul ya" suruh Pak Adam.

Juhan hanya mengiyakan saja apa yang Pak Adam Jelaskan, lalu segera pamit meninggalkan ruang guru.

'Aneh, gak biasanya Juhan seperti itu' batin Pak Adam memijat pangkal hidungnya sesekali menoleh pada Juhan yang berjalan keluar.

Sedangka Juhan sendiri sebenarnya dalam hati misuh mendengar apa yang Pak Adam sampaikan tadi. Kenapa? Bukannya biasanya Juhan akan senang dengan tawaran seperti itu?

'Ah elah, emang kagak capek apa si Juhan belajar mulu hidupnya? Lama-lama meledug juga nih otak' batin seseorang.

"Juhan!" panggil seseorang tepat di depan gerbang sekolah Juhan.

Yang dipanggil lagi-lagi tak menoleh sama sekali.

'Lho Juhan kok?....apa jangan-jangan.....' batin orang itu.






"AKSARA!"

*
*
*

TBC

JUHAN & AKSARANYA ||  YANG JUNGWONWhere stories live. Discover now