10 : Sekedar Mengingatkan

376 45 12
                                    

Happy Reading

*
*
*

Malam harinya, di hari yang sama.

Kediaman Aksarangga terlihat tenang masih dalam guyuran hujan yang tidak terlalu deras di luar.

Bagai pekikan guntur, rumah yang awalnya sepi itu seketika berisik menggema akibat teriakan seseorang memanggil tuan rumah dengan nada emosi.

"JEGAR! KELUAR GAK LO! KELUAR SEKARANG GUE BILANG!" dengan tidak santainya seseorang masuk ke kediaman Aksarangga dengan dada terlihat naik turun menahan emosi.

Bi Inah dari arah dapur berlari mendekat, dahi Bi Inah terlihat mengerut ketika mengetahui siapa dalang yang membuat keributan malam-malam begini.

"Den Sevan? ini ada apa Den, kenapa teriak-teriak?" bi Inah menegur Sevan yang masih terlihat mondar-mandir tidak jelas.

"Bi dimana Jegar, tolong panggil dia sekarang juga!" suruh Sevan pada bi Inah.

"Aduh Aden tenang dulu ya-"

"Panggil dia sekarang juga Bi! Si sialan itu harus dikasih pelajaran!" potong Sevan meninggikan nada suaranya.

"JEGAR-" hendak berteriak kembali sebelum orang yang dicari muncul.

"Lo gak punya sopan santun ya, buat keributan di rumah orang malem-malem" Jegar dengan penampilan yang lebih baik dari sebelumnya berjalan menuruni anak tangga dengan santainya sampai ke hadapan Sevan.

Sevan yang melihat itu langsung mengampiri Jegar dengan tergesa, dicengkram erat kerah baju yang Jegar gunakan, menatap manik Jegar dengan emosi.

"LO! LO APAIN ADEK GUE HAH?! LO APAIN ADEK GUE SIALAN?!"

BUAKK!

BUUGH!

Bogeman mentah Jegar terima di kedua pipinya, tubuhnya hampir limbung entah seberapa kuat Sevan memukulnya hingga ujung bibir itu mulai mengeluarkan darah.

"Aduh Aden sudah-sudah, tolong jangan berkelahi, ya tuhan! Den Sevan sudah!" mohon bi Inah.

Yang diperingati tampak tak mengindahkan seruan Bi Inah, emosinya sudah di puncak. Dicengkramnya kembali kerah baju Jegar dan berteriak.

"LO HAMPIR BIKIN JUHAN SEKARAT! DAN BISA-BISANYA LO SEKARANG SESANTAI INI!"

Mendengar itu Jegar mengangkat sebelah alisnya menatap Sevan dengan seringainya.

"Apa? adek lo? Cih! haha" tawa ya remeh.

"IYA!IYAA! ADEK GUE JUHAN! KENAPA?!" Sevan menaikkan dagunya menantang.

"Yang kakaknya itu GUE BUKAN LO!" Jegar mencoba melawan.

"Oh, lo masih nganggep Juhan adek lo ternyata? haha...mana ada Kakak yang tega bikin adeknya sampe terbaring gak berdaya di ranjang rumah sakit?! JAWAB!" tanya Sevan geram.

"Bukan urusan LO!" Jegar.

"Jelas urusan gue! Juhan adek gue! Apapun yang menyangkut Juhan bakal jadi urusan gue! PAHAM?!"

BUUGH!

BUAKK!

Pukulan kembali Sevan layangkan pada wajah Jegar. Entah kenapa Jegar tak bisa melawan badannya terasa lemas dan dingin.

Jegar jatuh terduduk memilih bungkam, bukan berarti dia menyadari kesalahannya. Hanya saja sepertinya Jegar yang terlalu malas meladeni Sevan.

"Lo itu udah dewasa tapi sikap lo kayak anak kecil tau gak! Lo masih punya otak kan? Mikir dong!!" ucap Sevan tak habis fikir dengan orang di depannya ini.

JUHAN & AKSARANYA ||  YANG JUNGWONWhere stories live. Discover now