11 : Pulang

414 46 3
                                    

Happy Reading

*
*
*

K

embali dengan suasana tenang ruang rawat dimana Juhan terbaring di ranjang beroda pagi ini.

Mata Juhan terbuka perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk dari sela gorden.

Pandangannya tertuju pada sofa di samping ranjang. Lino yang sedang berkutat dengan laptop di pangkuannya.

"Pah" suara parau Juhan terdengar.

Lino yang terlihat sedang fokus seketika berjengit langsung menengok kearah ranjang Juhan.

"Loh, Juhan udah sadar Nak?" wajah sumringah Lino terlihat.

"Eh eh, jangan banyak gerak dulu! udah tiduran aja Han" tahan Lino ketika melihat Juhan hendak bangun dari posisinya.

"Bisa tolong naikin punggung ranjangnya pah?" minta Juhan pada Lino.

"Iya sebentar"

"Udah?" tanya Lino.

Juhan hanya mengangguk mengiyakan.

"Gimana? apa yang Juhan rasain? masih ada yang sakit? perlu Papa panggilin Dokter?" tanya Lino menatap Juhan dari atas sampai bawah.

"Juhan gak papa Pah, gak usah" jawab Juhan.

'Sampe kritis gitu masih bilang gak papa? Tapi syukur deh kalo Juhan ngerasa baikan' batin Lino.

"Yaudah sekarang Juhan mau apa hm? Mau minum? Haus kan pasti"

"Mau tanya"

Lino mengerutkan dahi sebelum akhirnya bertanya.
"Tanya apa?"

"Soal skorsing"

Lino menghela nafas panjang.

"Juhan kamu baru sadar nak, biasa-bisanya masih mikirin itu!" Lino tak habis pikir dengan anak bungsunya ini, dia baru sadar satu menit lalu dan bertanya hal yang tidak penting untuk sekarang.

"Juhan mau tau" pinta Juhan.

"Hhh~ Juhan dapet skorsing untuk tiga minggu kedepan. Karena Aksara kah?" tanya Lino.

"Enggak kok Pah, Juhannya aja yang gak bisa kontrol emosi" jawab Juhan mencoba meyakinkan. Tidak ada yang boleh menyalahkan Aksara atas apa yang terjadi pada Juhan. Aksara hanya mencoba membela diri.

"Coba jelasin ke Papa sebenernya kanapa kamu bisa sampe berkelahi sama anak itu?" tanya Lino lagi meminta penjelasan.

"Gak ada" jawab Juhan singkat.

"Apa hal yang sama yang buat Jegar bikin kamu kayak gini kan? karena Papa tau Aksara gak mungkin keluar kalo itu cuma hal sepele" tebak Lino, yang memang kebenarannya seperti itu.

Juhan hanya diam memainkan ujung selimut yang dia pakai.

Melihat wajah anaknya tampak murung, Lino sadar mungkin sekarang bukan waktunya untuk menanyakan perihal ini.

"Yaudah lupain. Mau sarapan?" tawar Lino.

"Mau pulang Pah" entah kenapa semua kata yang keluar dari mulut Juhan sangat tidak bisa ditebak.

Lino melongo menepuk dahinya tak habis pikir dengan kelakuan Juhan yang ajaib.

"Han? Yang bener aja dong! kamu ini baru aja melewati masa kritis, bukan yang sakit demam biasa terus langsung bisa pulang gitu aja! Badanmu juga butuh masa pemulihan!"

JUHAN & AKSARANYA ||  YANG JUNGWONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang