28 : Terulang Kembali

332 29 21
                                    

Happy Reading

*
*
*

Juhan menatap lekat pantulan tubuhnya di depan cermin. Setelan kemeja putih dengan celana hitam formal telah membalut apik tubuhnya. Dasi hitam sudah terpasang dan surainya juga telah tertata rapih.

Senyum Juhan sedikit mengembang. Juhan berpikir dia benar-benar mirip dengan Ayahnya sekarang. Kecuali mata bulatnya tentu saja, itu satu-satunya yang diwariskan oleh Bunda. Selebihnya adalah jiplakan Ayah.

Dalam wajah datar itu sebenernya menyimpan rasa gugup yang sangat membuatnya tidak nyaman. Berharap besar hari ini akan berjalan dengan baik tanpa ada halangan apapun.

Tokk... Tokk!

Pintu kamarnya diketuk dari luar. Suara Bianca menyusul setelahnya.

"Juhan! Udah siap sayang?" tanya Bianca dengan suara sedikit teredam terhalang pintu.

"Sebentar Ma" Jawab Juhan mengalihkan pandangannya pada pintu kamar yang masih tertutup.

"Nanti langsung turun ke bawah ya Nak, kita sarapan dulu!"

"Iya"

Setelahnya terdengar langkah kaki menjauh dari balik pintu.

Disambarnya sebuah Jas hitam diatas ranjang dan memakainya dengan cepat lalu kembali memandang cermin.

"Juhan Aksarangga" ucapnya.

Segera membawa tubuhnya keluar menuju ruang makan, sepertinya yang lain sudah menunggu. Apa tadi dia terlalu lama memandangi wajahnya sendiri di cermin.

Di bawah sudah ada Heikal dan Sevan yang duduk dengan manis menunggu Bianca dan beberapa maid menyiapkan makanan mereka.

"Selamat pagi" sapa Juhan pada semuanya.

"Pagi/ Pagi Juhan"

Juhan yang masih berdiri sedikit bingung, pasalnya mereka terdiam menatap Juhan dengan mata yang melebar.

"Kenapa?" tanya Juhan mengedarkan pandangan.

"Mirip ayah..." guman Sevan lirih.

Heikal yang mendengarnya mengangguk setuju dan masih terus menatap Adik bungsunya.

"Mah? Bang?"

"Oh, ngga papa" Heikal yang sadar mengalihkan pandangannya cepat sembari menggeleng.

Bianca berbalik badan memunggungi Juhan berada, mengusap pelupuk matanya yang sedikit berair lalu kembali berbalik dan menghampiri Juhan.

"Aduuuhh. Gantengnya anak Mama"

Dipeluknya tubuh Juhan dengan lembut sesekali menepuk punggungnya pelan.

"Papa dimana?" tanya Juhan tak melihat kehadiran Lino diantara yang lain.

"Ah Papa masih... Oh itu dia" Bianca pelepas pelukannya lalu menunjuk ke arah tangga dimana Lino datang.

"Pagi semuanya"

"Pagi Pah"

Lino menghampiri Juhan yang masih berdiri. Diusapnya surai hitam Juhan yang mulai menipis.

"Siap untuk hari ini?"

"Harus siap"

Lino terkekeh mendengarnya kemudian mengangguk setuju.

"Kita sarapan dulu ya. Kita berangkat sama-sama nanti"

Lino membawa tubuhnya duduk diikuti Juhan dan Bianca. Makanan sudan tertata diatas meja.

JUHAN & AKSARANYA ||  YANG JUNGWONWhere stories live. Discover now