22 : Kenaikan Kelas

235 32 0
                                    

Happy Reading

*
*
*

Terhitung sudah satu bulan berlalu sejak kedatangan Jafar ke kediaman Abimanyu waktu itu.

Hari ini sekolah Juhan ramai para orang tua siswa berdatangan bersama putra mereka masing-masing untuk penerimaan nilai raport hasil penilaian akhir semester yang usai minggu lalu. Bianca, Lino, dan Juhan tengah berjalan menuju kelas Juhan sekarang.

"Juhan/BANG JUHAN!" terdengar teriakan jauh di belakang mereka, pemilik nama dan dua orang lainnya berbalik mencari sumber suara.

"Buset Raka! Lo hobi banget ya teriak-teriak, malu-maluin lo diliatin orang bego!" keluh Satrio memandang ke sekitar, dimana banyak pasang mata tertuju pada keduanya termasuk orang yang mereka panggil namanya tadi.

Plak!

"Aduh! Ya sorry Bang. Lo hobi banget ya njitakin pala gue" Raka meringis mengusap bahunya yang baru dipukul Satrio, pedass guyss.

"Penging banget kuping gue" omel Satrio memegang sebelah telinganya.

Keduanya berjalan mendekat ke arah tiga orang didepan sana.

"Eh Hallo Mama Aca, Pah. Maaf ya tadi Raka teriak-teriak hehe" sapa Raka pada Bianca dan Lino dengan cengengesan.

Bianca menggelengkan kepala tersenyum melihat tingkah keduanya "Ngga apapa, oiya orang tua kalian mana?"

"Mama Papa udah masuk duluan Ma. Kita entaran aja nunggu gurunya dateng, bosen juga di dalem" jelas Satrio

"Oh gitu, yaudah kita juga masuk yuk Pah"

"Aksa mau ikut masuk, atau mau bareng Satrio sama Raka aja?" sekarang Lino yang bertanya pada putra bungsunya yang hanya diam sejak tadi.

"Nanti Aksa nyusul aja Pah" jawabnya.

Keduanya mengangguk setelahnya berjalan menjauh meninggalkan mereka bertiga berjalan menuju ke ruang kelas.

"O-oh, Bang Aksara toh" celetuk Raka mengamati Aksara.

"Lho Aksa tumben, bukannya hampir satu bulan ini lo nggak keluar, kenapa si Juhan?" tanya Satrio.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Satrio bertanya seperti itu, karena ya memang jika Aksara keluar berarti ada sesuatu, makanya dia menanyakan keadaan Juhan.

Pasalnya akhir-akhir ini Aksara jarang mengambil alih bahkan full satu bulan ini dia tidak keluar sama sekali, apa itu pertanda baik? Atau malah sebaliknya.

"Ya mana gue tau, bangun-bangun udah begini" jawab Azka seadanya.

"Hahahaha...biasa aja anjir mukanya, asem amat"

"Bodo ah"

"Eh Bang gue duluan ya, takut gurunya keburu masuk. Kelas gue di pojok jauh soalnya" pamit Raka pada keduanya.

Yang dipamiti mengangguk ringan.

"Duduk Sa, berdiri mulu ngga cape lo?" ajak Satrio memimpin menuju bangku kosong di depan sana, pasalnya mereka masih berdiri di tengah jalan sejak tadi.

"Iya weh cape. Ini gue yang jarang keluar apa gimana ya, badan Juhan rasanya ngga enak banget lemes ada nyeri-nyerinya, ada manis-manisnya—" Azka membuntuti Satrio duduk di kursi yang terletak di koridor dekat kelas mereka.

"Yeu~, bisa aja lo"

Gelak tawa keduanya memenuhi koridor hanya dengan canda ringan itu. Dalam hati Satrio bersyukur sahabatnya ini tidak lupa cara tersenyum, ya walaupun dia bukan Juhan.

JUHAN & AKSARANYA ||  YANG JUNGWONUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum