"Lo apaan sih Dit..lepasin! Tangan gue sakit, lepasin atau gue..."

"sorry kalau saya ganggu, tapi tolong lepaskan tangan kamu dari Diana" tiba - tiba Ricard memotong kalimat Diana. Wajah Ricard terlihat tenang. Sedangkan Adit yang kaget dengan kehadiran Ricard tanpa sadar merenggangkan pegangan tanggannya.Kesempatan itu langsung digunakan Diana dan segera menarik tangannya dari genggaman Adit.

Seketika tatapan semua orang tertuju pada mereka. Ada yang menatap bingung, ada yang menatap bertanya - tanya siapa pria yang disamping Diana bahkan ada yang menatap sinis padanya. Bahkan Diana mendengar, "ada yang berkata tidak malu bertengkar di tempat umum?" Diana yang menyadari hal itu merasa tidak nyaman dan lebih mendekatkan diri ke Ricard berharap mendapatkan perlindungan.

Dia juga tidak tahu mengapa, tapi yang ia tahu sekarang Diana membutuhkan Ricard untuk pergi dari tempat ini secepatnya!

Adit masih terlihat bingung, dan sedetik kemudian mengeluarkan suaranya "Lo siapa?Jangan ikut campur deh.Ini masalah gue dan Diana." terang Adit.

"Saya tunangan Diana.Segala yang berhubungan dengan Diana maka menjadi urusan saya.Jika tidak ada urusan lagi kami permisi!" ujar Ricard dengan nada yang mengintimidasi dan tak lupa senyumnya yang membuat setiap wanita melihatnya menjadi meleleh.

Diana yang mendengar itu tampak ingin membantah dan memarahi Ricard, tapi mengingat situasi sekarang Diana memilih diam. Jujur Diana sangat membutuhkan pertolongan Ricard sekarang untuk bisa kabur dari Adit.

"apa? Tunangan? Jelas – jelas gue dan Diana udah pacaran cukup lama tiba – tiba lo bilang lo tunangannya?! Jadi apa ini?! Oh, jadi ini alasan kamu ngehindar dari aku, tunangan dengan seorang om – om ha.. oh jangan – jangan kamu.."

Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Adit menghentikan ucapannya. "cukup ya Dit! Kamu gak tahu apa – apa jadi jangan seenaknya ambil kesimpulan!" hardik Diana, kini emosinya sudah memuncak dan hamper meledak.

Hatinya sangat hancur atas perkataan Adit, kini air mata yang ia coba tahan menetes tanpa bisa dicegah. Seketika Ricard meraih tangan Diana dan membawanya pergi dari tempat itu. Meninggalkan Adit yang tak bergeser dari tempat dan mengumpat.

Kali ini Diana merasakan hal yang berbeda saat Ricard menggenggam tangannya. Diana merasakan nyamanan, perlindungan dan... hangat? Samar Diana tersenyum merasakan semua itu pada dirinya.

"ngapain masih diem? cepat masuk!" perintah Ricard. Diana yang tak sadar bahwa sudah berada di depan mobil Ricard hanya terpaku dan menatap bingung.

"mau sampe kapan kamu bengong gitu. cepat masuk ke mobil!" Ricard melirik ke arah mobil.

Diana yang kesadarannya sudah kembali hanya tertunduk malu dan menjawab dengan terbata - bata "eh, ah, iya" dan segera menghapus sisa air mata yang sempat keluar.

Selama diperjalanan tak ada yang mereka bicarakan hanya sibuk dengan pikiran masing - masing. Diana yang masih sibuk dengan pikiran mengenai Adit, sedangkan Ricard? Siapa yang tahu.

"lo ngapain ke kampus gue?" akhirnya suara Diana memecah keheningan.

"jemput kamu" jawab Ricard singkat yang masih fokus pada jalanan.

"iya tahu.. tapi maksud gue ngapain? gue bisa pulang sendiri" cercah Diana.

Ricard melihat sebentar ke arah Diana dan kembali fokus pada jalanan "kenapa? kamu tidak suka... kalau bukan Mami dan tante Teri yang minta tolong, saya juga tidak mau jemput kamu. Kerjaan di kantor masih banyak" jawabnya dingin dan terdengar nada tidak suka dari mulutnya.

Diana hanya melongo mendengar jawaban Ricard yang begitu dingin dan... apa tadi dia bilang? Mama nyuruh Ricard jemput aku?!

'What?!!batin Diana berteriak. Ini maksudnya apa lagi sih. Apa jangan - jangan mama lagi nyoba deketin aku sama Ricard? For the god shake! Ini udah gak bisa di diemin!"

Love My C.E.O !!! (The End)Where stories live. Discover now