Katakan No! pada Gorengan

62 3 0
                                    

Bel istirahat berbunyi. Zaskia pergi kekantin lebih dulu, karena Bimo masih sibuk mengerjakan PR yang belum diselesaikannya dirumah.

"Buk, aku pesan bakwan sama tahu isinya, terus minumnya es teh manis ya. Aku duduk disana," ujar Zaskia sambil menunjuk kearah meja yang ada disudut kantin.

"Siap, Neng!" sahut si pemilik kantin.

Lima menit menunggu, akhirnya pesanan Zaskia datang. Tiga bakwan, tiga tahu isi, dan segelas es teh manis sudah ada didepannya sekarang. "Ini, Neng!" ucap ibu kantin.

"Makasih!" ucap Zaskia sambil tersenyum kearah ibu kantin. Baru hendak mengambil gorengan yang berada dipiring, ada seseorang yang mengambil seluruh gorengan dan minuman Zaskia dari hadapannya yang membuatnya begitu kesal. Zaskia menoleh kesampingnya, dan ternyata semua adalah ulah Bimo.

"Bimooo!" pekik Zaskia yang membuat seluruh penghuni kantin memperhatikannya.

Bimo memegang bahu Zaskia untuk menenangkannya, "Calm down, tenang dulu dong!"

Bukannya tenang, Zaskia malah mendengus kesal melihat apa yang Bimo lakukan, "Kamu ngapain ngambil gorengan aku? kalau kamu lapar, kamu harusnya pesan sendiri dong. Aku udah lapar banget, Bimo!" ucap Zaskia dengan penuh amarah.

Bimo memegang kedua bahu Zaskia dan memintanya untuk duduk, "Kamu duduk dulu, kamu tenangin diri kamu dulu. Nih!" Bimo meletakkan seporsi dimsum kukus dan air putih kehadapan Zaskia.

Zaskia melotot. Bukan ini makanan yang dipesannya tadi, "Kok ini? gorengan aku mana? Kamu kan tahu aku gak suka sama makanan ini?" ucap Zaskia memberontak tak terima.

"Kamu gak boleh makan gorengan," sahut Bimo santai.

"Kenapa?"

"Kan lagi diet."

"Satu aja, please! Aku pengen banget bakwannya,"

"No!"

"Kamu mah! Kalau gitu es teh manisnya balikin dong! Kalau kaya gini mana ada rasanya makanan aku,"

"Gak!"

"Kok gak boleh juga sih?"

"Selama program diet kamu, aku bakalan ngawasin semua makanan yang bakal kamu makan. Gak ada minuman manis, gak ada goengan, dan gak ada camilan."

"Terus aku makan apa, Bimo? Kamu mau aku diet, apa mau ngebunuh aku sih?"

"Minuman manis gantinya air putih, gorengan gantinya makanan yang dikukus atau dibakar, dan semua camilan yang biasa kamu makan bakalan diganti sama buah-buahan"

"Hah!" mata Zaskia terbelalak mendengar perkataan Bimo. Bagaimana bisa dia hidup tanpa makanan-makanan favoritnya? "Kalau aku minum air putih terus, aku bisa kembung, Bimo!" bantah Zaskia.

"Gak bakalan." Ucap Bimo.

"Kalau aku tetap makan gorengan dan minuman manis, gak papa kan?" Zaskia tersenyum untuk membujuk Bimo.

"Ya gak papa sih, aku juga gak bakalan marah. Lupain aja soal dietnya, dan terusin kebiasaan kamu yang ngebuat berat badan kamu makin naik itu. Aku juga gak pernah maksa kamu kok," Bimo beranjak dari tempat duduknya hendak pergi meniggalkan Zaskia.

"Eittss, tunggu dulu dong. Kamu mah emosian!" Zaskia menahan tangan Bimo. Melihat itu Bimo menatap Zaskia dengan sinis. "Kamu nyuruh aku buat gak emosian, tapi kamunya yang emosian. Kamu kan tahu aku gak bisa ngeliat kamu marah kaya gitu ke aku. Serem!"

Bimo kembali duduk. "Terus gimana?" tanya Bimo.

"Gimana ya?"

"Yaudah kalau gitu kamu pikir-pikir aja dulu. Sampai kamu punya keputusan, kamu gak usah nyamperin aku dan ngobrol sama aku." bimo bangkit dari tempat duduknya sekali lagi, namun digagalkan oleh Zaskia dengan cara memeluknya dengan erat.

"Jangan marah dulu, entar kamu cepat tua loh. Aku gak mau nanti kalau jalan bereng kamu, dikiranya jalan bareng ayah aku."

"Enak aja. Kan bisa pakai anti aging. Oh ya, aku mau nanya sama kamu boleh gak?" ucap Bimo sambil menyantap gorengan milik Zaskia yang diambilnya tadi.

"Boleh. Tanya aja," sambut Zaskia santai.

"Laki-laki yang ada dirumah kamu itu siapa sih? Soalnya setiap ngelihat dia, aku ngerasa mood kamu jadi berubah." Tanya Bimo. Dia ingin memastikan bahwa tak ada sesuatu yang disembunyikan oleh pacarnya darinya. Bimo tak ingin Zaskia memikul beban masalahnya sendirian tanpa berbagi padanya.

"Bukan siapa-siapa." Jawab Zaskia cuek.

"Dia ayah kamu?" tanya Bimo santai.

Zaskia langsung menghentikan makanan yang dikunyahnya dan memalingkan wajahnya kearah Bimo. "Aku rasa kata ayah gak pantas buat dia," gumam Zaskia sambil memandang Bimo dengan wajah datar.

"Kok kamu bisa berpikiran kaya gitu?" Bimo menatap Zaskia dengan serius.

"Aku ceritain juga kamu gak bakalan ngerti."

"Yang buat aku gak ngerti itu karena kamu belum cerita. Rumus matematika yang paling sulit aja bisa aku pahamin, apalagi kamu pacar aku."

"Bisa gak sih, kalau ngebujuk biar orang cerita itu gak usah dicampur sama menyombongkan kepintaran? Mood aku buat cerita jadi rusak nih,"

"Siapa lagi yang bakal memuji diri kita kalau bukan kita sendiri. So, whats the problem between you and him?" Bimo kembali pada pertanyaan awalnya.

"I hate him!" jawab Zaskia dengan cepat.

"Why? Permasalahannya apa? Kamu kalau cerita jangan sepotong-sepotong gitu, aku jadi makin penasaran."

"Lima tahun lalu, dia ninggalin aku dan ibu aku gitu aja. Selama lima tahun, dia menelantarkan aku sama ibu. Jangankan menafkahi, dia bahkan gak pernah ngasih kabar tentang dirinya ke kami. Dan kemarin, dengan gampangnya dia ngomong kalau dia mau tinggal dirumah itu lagi bareng aku sama ibu. Katanya dia mau memperbaiki semuanya. Beneran gak waras tuh orang! Seenak jidatnya pergi terus datang lagi kaya gitu. Dia pikir aku bakal terima dia apa? Kalau bukan karena ibu, mungkin tuh orang udah aku sembur, Bim." Ucap Zaskia dengan penuh emosi. Tak ada yang bisa menghentikan Zaskia jika sudah marah seperti ini, termasuk Bimo juga tak ingin melakukannya.

"Oh, gitu ceritanya." Bimo mengangguk paham sambil memandangi wajah Zaskia yang masih penuh dengan amarah.

Zaskia memandangi wajah Bimo, "Gitu doang? Respon kamu gitu doang?" ujar Zaskia.

"Terus maunya gimana?" tanya Bimo.

"Kasih respon lah. Pendapat kek, saran kek, atau apalah. Setidaknya jawaban kamu gak sesimpel tadi,"

"Kalau aku kasih respon tentang masalah ini disaat kamu marah, kamu pasti akan berpikir bahwa aku lagi menghakimi kamu kalau ucapan aku gak sependapat sama kamu, dan aku gak mau hal itu terjadi. Yang ada nanti, ini bakal jadi alasan kita buat berantem hanya karena kita gak sependapat." Jelas Bimo.

Zaskia terdiam. Dia memikirkan bahwa yang dikatakan Bimo barusan adalah apa yang selama ini dia lakukan. Sering marah saat pendapatnya berbeda, ngambekan, dan selalu mengatakan bahwa Bimo tak pernah mengerti situasi dan perasaannya. "Nggak, aku gak bakalan marah kalau misalnya pendapat kamu beda sama pemikiran aku. Aku sekarang lagi butuh banget sharing masalah aku dan seseorang buat bertukar pikiran dan ngasih solusi untuk aku, dan aku berharap itu kamu." Zaskia sudah meredam emosinya, dan berusaha untuk lebih tenang.

"Oke, kalau gitu. I wanna ask you something,"

"Tanya aja,"

"Kenapa bapak kamu gak pernah ngasih kamu kabar selama lima tahun?" tanya Bimo.

"I don't know and I don't care" ucap Zaskia penuh keyakinan.

"Nah, ini masalahnya. Kamu gak mau ngasih kesempatan seseorang buat ngasih tahu alasan dibalik semua yang udah terjadi. Kamu nge-judge orang itu salah, padahal kamu belum tahu kebenaran dari versi dia seperti apa."

"Maksud kamu?"

"Kia, setiap kejadian harus dilihat bukan hanya dari satu perspektif, tapi harus dari berbagai sisi. Seseorang gak bisa mengambil keputusan hanya karena ego dan emosi sesaat. Ada banyak hubungan yang berakhir bukan karena kesalahan oleh salah satu dari dua orang yang berhubungan, tapi kebiasaan menghakimi sebelum mengetahui fakta dari pihak yang disalahkan. Ada banyak orang yang sering mengambil keputusan dengan egois karena mengedepankan hati dan emosionalnya sendiri, dan berakhir penyesalan atas keputusannya sendiri juga." jelas Bimo.

Fat Girl and Skinny BoyWhere stories live. Discover now