Serangan Jantung

70 6 0
                                    

Hari yang melelahkan Bimo lewati bersama Zaskia. Meski melelahkan, tapi seluruh aktivitasnya bersama Zaskia hari ini begitu membuatnya bahagia. Dia benar-benar mensyukuri keberadaan Zaskia dalam hidupnya. Setelah neneknya, Zaskia adalah orang yang benar-benar harus dia jaga. Bimo benar-benar mencintai kedua wanita itu.

Setelah mengantarkan Zaskia pulang kerumahnya, Bimo langsung melajukan kendaraannya untuk pulang karena neneknya sudah berkali-kali menelponnya tadi. Meski telah mengabari neneknya bahwa dia pulang sedikit terlambat hari ini, namun Bimo masih tetap merasa bersalah jika membiarkan neneknya sendirian terlalu lama dirumah. Bimo mengetuk pintu rumahnya, namun tidak ada respon dari dalam.

"Kok gak ada yang bukain pintu ya? Apa nenek lagi tidur? Atau lagi dikamar mandi?" Bimo mengajukan pertanyaan pada dirinya sendiri. Setelah beberapa kali mencoba dan tak ada yang kunjung membukakan pintu, Bimo menelpon Nek Siti namun tak diangkat. Rasa khawatir Bimo pada neneknya muncul. Bimo tak pernah membawa kunci rumah saat berpergian karena neneknya selalu berada dirumah.

"Gimana ya?" ucap Bimo sambil menggaruk-garuk kepalanya kebingungan. Akhirnya Bimo mencari jalan lain untuk masuk kedalam rumah. Bimo berusaha untuk mendobrak pintu belakang, namun usahanya gagal. Karena sudah begitu khawatir, Bimo akhirnya memutuskan untuk masuk lewat jendela kamarnya. Mau tidak mau, Bimo memecahkan jendela kamarnya menggunakan batu yang ada disekitaran rumahnya.

"Nek! Nek! Bimo pulang! Nenek dimana?!" Bimo mendatangi ruang tamu, kamar mandi, kamar neneknya, hingga lantai atas seluruhnya namun Bimo tak kunjung menemukan neneknya.

"Astaghhfirullah, Nek!" Bimo mendapati neneknya tergeletak di dapur. Suara Bimo terdengar begitu panik melihat neneknya tak sadarkan dilantai.

"Nek, bangun Nek!" Bimo menggoyang-goyangkan badan neneknya, tapi tak ada sedikitpun respon dari neneknya.

Melihat Nek Siti yang tak juga sadar, tanpa pikir panjang Bimo langsung memesan taksi online lewat ponselnya dan menggendong neneknya ke teras sambil menunggu taksi pesanannya datang. Setelah menunggu sepuluh menit, akhirnya taksi datang tepat ke depan teras rumah. Bimo bergegas menggendong neneknya masuk kedalam taksi.

"Pak, tolong cepat ya!" ucap Bimo dengan suara kepanikan.

"Neneknya kenapa, Mas?" tanya supir taksi.

"Gak tau, tadi pingsan dirumah. Tolong antar kerumah sakit terdekat ya, Pak!"

"Baik, Mas." Sopir taksi itu langsung melajukan kendaraannya dengan cepat. Lima belas menit diperjalanan, akhirnya Bimo dan neneknya sampai dirumah sakit. Bimo langsung membawa neneknya keluar dari mobil.

"Sus! Tolong, Sus!" teriak Bimo. Dua orang perawat datang membawa brankar kearah Bimo. Nek Siti langsung dilarikan ke IGD dan dilakukan pemeriksaan. Bimo hanya bisa mendoakan neneknya dari luar dengan rasa panik dan ketakutan.

Setelah tiga puluh menit menunggu, akhirnya seorang pria berjas putih keluar dari IGD. Tanpa menunggu lagi, Bimo langsung menghampiri dokter yang memeriksa keadaan neneknya.

"Adik keluarga pasien yang didalam?" tanya dokter pada Bimo.

"Benar, Dok. Gimana keadaan nenek saya?" tanya Bimo dengan suara khawatir

"Nenek adik tadi terkena serangan jantung." jelas dokter.

"Tapi nenek saya bisa sembuh kan, Dok?" sambut Bimo.

"Biasanya penyakit jantung yang dialami oleh pasien seperti nenek anda disembuhkan dengan operasi."

"Kalau untuk biaya operasinya gimana, Dokter?"

"Untuk hal itu, silahkan tanya ke bagian administrasi. Kalau begitu saya permisi." Dokter itu meninggalkan Bimo didepan ruang IGD. Dengan cepat, Bimo langsung masuk kedalam untuk menemui neneknya yang terbaring sakit didalam.

"Kenapa Nenek gak pernah cerita ke Bimo kalau Nenek selama ini sakit?" Bimo menggenggam tangan neneknya dengan erat.

"Buat apa?" tanya Nek Siti dengan suara parau.

"Ya biar Bimo bisa lebih jagain Nenek," sahut Bimo.

"Kan kamu udah jagain Nenek selama ini," jawab Nek Siti pelan.

"Kalau Bimo udah jagain nenek dengan baik, gak mungkin hal tadi kejadian, Nek." Bimo seolah menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa neneknya.

"Udah, ini bukan salah kamu. nenek sengaja gak ngasih tahu kamu soal ini supaya kamu fokus sekolah dan gak khawatir sama nenek,"

"Nenek cepat sembuh ya!" ucap Bimo dengan mata berkaca-kaca dan menggenggam erat tangan neneknya.

"Iya, kita pulang yuk!" ajak Nek Siti.

"Kok pulang? Nenek harus dirawat disini sampai sembuh!" tegas Bimo

"Gak perlu, Bimo. Tabungan Nenek udah habis. Kalau Nenek dirawat disini, pasti biayanya mahal. Uang Nenek cuma cukup buat kebutuhan kita bulan ini aja." Jelas Nek Siti. Sebenarnya dia tak pernah ingin membahas soal keuangan mereka yang sudah menipis pada Bimo, tapi kali ini Nek Siti terpaksa melakukannya.

"Soal biaya, Nenek gak usah pikirin. Biar Bimo yang cari solusinya, yang penting Nenek harus sembuh!" tegas Bimo.

Melihat Bimo yang bersikeras, Nek Siti tak ingin membantah perkataan cucunya lagi. Dia tahu betul sifat cucunya yang jika bertekad melakukan sesuatu, maka akan tetap dilakukan walaupun dihalangi oleh siapapun.

***

"Ibu perhatiin semenjak kamu pulang tadi malam sampai pagi ini kamu senyum-senyum terus," tanya Ibu pada Zaskia yang sedang sarapan di meja makan.

"Masak sih, Bu? Perasaan aku gak ada senyum-senyum." Zaskia menyangkal.

"Emang ada apa sih semalam, sampai kamu bahagianya gak ilang-ilang?"

"Ih, Ibu mah kepo!"

"Iya, Ibu penasaran soalnya."

"Jadi Ibu pengen tahu banget nih?"

"Itupun kalau kamu mau cerita. Kalau gak mau cerita gak apa-apa, Ibu gak maksa."

"Jadi, kemarin itu Kia diajak keliling sama Bimo. Kita ke taman bunga, makan bakso, dan yang paling spesialnya Bimo ngajak Kia ke kafe yang lagi viral itu, Bu. Kia seneeeng banget, soalnya itu lagi viral banget dan Bimo tahu Kia pengen banget kesana." Zaskia sangat bersemangat menceritakan kejadian semalam.

"Pantesan anak Ibu senangnya gak ilang-ilang." sahut Ibu.

"Hehe.., namanya juga anak muda, Bu." 

"Bimo hari ini gak jemput kamu ya?" tanya Ibu yang sejak 

"Harusnya sih jam segini udah sampai, Bu. Ini kok belum datang ya? Kia pesan ojek online aja deh, Bu." Zaskia mengammbil ponssel dari sakunya dan membuka aplikasi ojek online.

"Kalau nanti dia datang kamunya udah pergi gimana?"

"Bilang aja Kia udah berangkat duluan, Bu. Kia pergi dulu ya, soalnya Kia udah hampir terlambat, Bu!"

"Iya, kamu hati-hati ya!"

"Iya, Bu. Assalamualaikum." ucap Zaskia.

"Waalaikumsalam." Zaskia berlalu pergi ke sekolah dengan ojek online. Di jalan, Zaskia tak berhenti menelpon Bimo. Biasanya Bimo selalu memberi kabar padanya jika dirinya berhalangan datang menjemputnya, tidak seperti hari ini. "Kamu dimana sih, Bim?" lirih Zaskia.

Fat Girl and Skinny BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang