Pengkhianat!

104 9 0
                                    

"Oii, lo kenapa?" tanya Dinda saat melihat Ghea masuk ke kelasnya dengan wajah kesal.

Ghea terdiam. Dia duduk dikursinya dan menatap lurus dengan rasa kebencian.

"Lo kenapa gue tanya?" Dinda mengulangi pertanyaannya.

"Kesel gue." Jawab Ghea singkat.

"Iya, gue tau lo lagi kesel. Kesel kenapa?" Dinda memutar posisi kursinya menghadap Ghea.

"Kayaknya Bimo sama Zaskia udah jadian deh," lirih Ghea.

"Terus masalahnya dimana?

Ghea menatap Dinda dengan tatapan sinis. Lalu mengalihkan kembali pandangannya kepapan tulis.

"Lo gak suka ya mereka jadian?" tebakan awal Dinda tak meleset.

"Hm" lirih Ghea.

"Bukannya selama ini lo dukung ya hubungan mereka? Terus pas mereka jadian kok lo malah gak suka. Gue gak ngerti sumpah,"

"Kemarin gue udah senang banget ngeliat mereka berantem. Akhirnya setelah sekian lama gue ngeliat kesempatan buat ngedekatin Bimo, tapi tadi pagi gue ngeliat mereka mesra banget kayak gak terjadi apa-apa."

"Lo suka ya sama Bimo?" lagi-lagi tebakan Dinda tepat sasaran.

Ghea melirik kearah Dinda. Ghea merasa dia tak perlu lagi menyembunyikan perasaannya. "Gue udah dari SMP punya perasaan ke Bimo, tapi dia gak pernah ngeliat gue lebih dari sebatas teman."

"Terus sekarang rencana lo apa? Lo nyerah?"

"I don't know what to do."

"Gue rasa lo harus perjuangin perasaan lo,"

"Ngerebut Bimo dari Zaskia maksud lo?"

"Yap, that's what I mean,"

"No, lo gila apa gimana sih. Mana mungkin gue ngelakuin hal serendah itu. Kalau dia emang lebih milih Zaskia dari gue, gue gak masalah. Apapun pilihan Bimo, gue pasti dukung."

"Ghea, Ghea. Munafik banget sih lo! Omongan sama apa yang ada di otak sama hati lo gak relate sama sekali. Lo mungkin bisa bilang gue bahagia liat Bimo bahagia, tapi kenyataannya omongan lo itu semuanya bullshit. Gue tau betul gak bakalan ada orang yang ngerelain orang yang dicintainya bertahun-tahun bahagia sama orang lain."

"Tapi Bimo cintanya sama Zaskia, bukan sama gue."

"Itu karena dia gak pernah tau isi hati lo. Semua perhatian yang lo kasih sama dia, dia anggap itu hanya sebatas perhatian seorang teman ke temannya. Kalau lo lebih dulu ngasih tau ke dia soal perasaan lo, gue yakin dia pasti bisa lebih ngerti dan coba buaat ngebalasnya."

"Lo yakin sama yang lo omongin?"

"100 pencent!"

"Gue gak yakin. Gue takut kalau usaha gue nanti bakal nyakitin diri gue sendiri."

"Kalau lo gak nyoba gimana lo bisa tau hasilnya,"

"Udahlah, Din. Gue gak mau bahas hal ini lagi."

"Oke" Dinda membetulkan kembali kursinya menghadap ke papan tulis.

Bel istirahat berbunyi. Seluruh murid SMU Bhinneka berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, ke perpustakaan, ke taman sekolah, dan ada juga yang memilih duduk diam di kelas sambil memainkan ponsel androidnya. Di kantin, Ghea masih murung memikirkan apa yang dilihatnya pagi tadi. Pikirannya juga terus- menerus memikirkan perkataan Dinda tentang dirinya yang harus berjuang untuk perasaannya.

"Ghea, lo gak jajan? Batagor Mas Beno enak banget lo, baru digoreng lagi," Dinda menyantap batagor yang baru dibelinya dihadapan Ghea.

"Emmm, gila sih. Ini tuh enak banget! Lo gak mau cobain?" lanjut Dinda yang begitu menikmati makanan dihadapannya.

"Ghea! Ghea!" panggil Dinda, tapi tak ada respon dari Ghea.

"Gheaaaaaaaa!" teriak Dinda hingga suaranya memenuhi seisi kantin. Teriakan Dinda berhasil membuat Ghea keluar dari dunia lamunannya.

"Apaan sih, bisa manggil gue biasa aja gak? Gue gak budeg Din!" tegas Ghea.

"Iya. Gue tahu lo itu gak budeg, tapi kerjaan lo ngelamun terus "

"Gue lagi banyak kepikiran, Din" ucap Ghea sambil menggosok-gosok dahinya.

"Lo itu gak banyak pikiran. Yang dipikiran lo itu cuman satu macam, yaitu masalah hati" ucap Dinda dengan yakin.

"Gue harus gimana ya?"

"Kan gue udah ngasih tahu sama lo pendapat gue, soal lo mau ikut saran gue apa enggak ya balik ke diri lo sendiri."

"Gue rasa saran lo not bad (Zaskia terdiam sejenak)but not good'

"Maksud lo gimana sih?, gak ngerti gue"

"Iya, maksud gue, gak semua yang lo omongin itu salah, tapi gak semuanya benar. Emang benar gue cinta sama Bimo, tapi bukan berarti gue bakal ngelakuin apa aja buat ngedapatin apa yang gue mau."

"Jadi selama ini lo suka sama Bimo?" seorang cewek datang menghampiri meja Ghea dan Dinda.

Melihat Zaskia datang mendekat, mata Ghea dan Dinda melotot saling bertatapan. Keduanya bingung harus mengatakan apa kalau Zaskia sampai salah paham pada Ghea. Ghea dan Zaskia sudah berteman sejak awal masuk ke SMU Bhinneka, karena itulah Ghea tak ingin menyakiti perasaan Zaskia dengan mengetahui apa perasaannya.

"Gue tadi nanya, lo suka sama Bimo?" Zaskia mengulangi pertanyaannya sambil menatap tajam wajah Ghea. Ghea mengangguk membenarkan pertanyaan yang Zaskia berikan.

"Kok lo bisa sih kayak gini ke gue?"

"Gue tau lo marah sama gue, tapi lo harus dengarin apa yang bakal gue omongin."

"Lo mau ngomong apa lagi? Lo mau bikin gue tambah kecewa, tambah benci sama lo?"

"Bukan gitu, gue bakal ceritain full story nya gimana, supaya lo gak salah paham,"

"Gue gak salah paham, Ghea. Gue paham semuanya. Sekarang gue tahu kenapa lo setahu itu tentang apapun yang berkaitan dengan Bimo."

"Tapi gue,...." belum selesai Ghea dengan kalimatnya, Zaskia pergi meninggalkan kantin dalam keadaan marah sekaligus kecewa pada seseorang yang dianggapnya sebagai sahabatnya itu.

***

Zaskia masuk kekelas dengan wajah ditekuk. Perasaan Zaskia benar-benar campur aduk saat ini. Setelah dia mengetahui semuanya dari Ghea, Zaskia tak yakin hubungannya dengan sahabatnya itu akan baik-baik saja kedepannya. Mungkin mereka akan saling tak bertegur sapa dua hari, seminggu, sebulan, atau sampai waktu yang dia pun tak tahu kapan. Zaskia merasa dirinya telah kehilangan sahabatnya saat ini.

Melihat Zaskia telah kembali dari kantin, Bimo langsung menghampiri Zaskia dan menanyakan titipannya.

"Minuman aku mana, Kia?" langkah Zaskia terhenti karena Bimo menghadang langkahnya.

"Gue lupa..., maksudnya aku lupa" Zaskia mengkoreksi perkataannya yang masih menggunakan lo gue saat berbicara dengan Bimo.

"Kamu kenapa? Kok kayak lemas gitu? Kamu sakit? Mau aku bawa ke UKS gak?"

"Nggak, aku baik-baik aja kok."

Bimo memegang kedua bahu Zaskia, "Kalau baik-baik aja, kamu gak mungkin kayak gini dong. Zaskia yang aku kenal itu orangnya ekspresif banget, dan selalu happy tiap kali balik dari kantin karena udah kenyang." Zaskia terdiam. Dia bingung harus memulai ceritanya dari mana.

"Kia, cerita ya! Aku gak mau ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu."

"Mau cerita, tapi pegal," ucap Zaskia yang mendongakkan kepalanya saat berbicara dengan Bimo, pacarnya yang tinggi.

"Oh, bilang dong! Aku mana ngerti kalau kamu gak ngomong." Bimo mengangkat tubuh Zaskia keatas meja agar Zaskia lebih nyaman saat ngobrol dengannya.

"Jadi, aku tadi kekantin. Terus...."

Fat Girl and Skinny BoyWhere stories live. Discover now