Tentang Bapak

45 2 0
                                    

Dua puluh menit perjalanan menuju rumah sangat melelahkan bagi Zaskia. Meski dia bersama dengan Bimo, pikirannya hanya tertuju pada apa yang akan dilakukannya esok hari. Tentang bagaimana cara agar timbangan yang sangat ia musuhi, harus menjadi tolak ukurnya dalam prosesnya menurunkan berat badan. Tentang kebiasaan hidupnya yang akan berubah mulai sekarang. Dan tentang makanan-makanan favoritnya yang mungkin akan menjadi musuhnya sebentar lagi.

Tok tok tok. "Assalamualaikum!" ucap Zaskia yang berdiri didepan pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam," ucap Ibu yang langsung membukakan pintu untuk Zaskia.

Zaskia langsung melangkah masuk hendak menuju kamarnya, namun langkahnya dihentikan oleh ibunya, "Zaskia!" panggil Ibu. "Duduk dulu, Ibu mau ngomong sesuatu sana kamu."

"Zaskia capek, Bu. Zaskia mau kekamar buat istirahat."

"Duduk dulu, Ibu mau ngobrol sama kamu sebentar." Ibu duduk di sofa kemudian diikuti oleh Zaskia. Zaskia tahu betul bahwa ibunya akan membahas persoalan tadi pagi dirumah itu bersamanya. Kejadian di sekolah sudah membuatnya pusing, karena itu dia tidak ingin membahas hal itu sekarang. Hanya karena ibunya sudah dua kali memintanya untuk duduk, yang membuatnya terpaksa membicarakan hal itu.

Zaskia hanya diam menunggu kata apa yang akan diucapkan oleh ibunya lebih dulu, "Kamu pasti tahu ibu mau ngebahas hal apa sama kamu," ucap Ibu yang sudah tahu isi pikiran anak tunggalnya itu. Zaskia terdiam. "Tadi pagi bapak kamu datang kesini," lanjut Ibu.

"Ngapain dia kesini?" tanya Zaskia acuh tak acuh.

"Dia mau tinggal sama-sama kita lagi." Jawab Ibu.

"Dan Ibu setuju? Bu, selama ini aku yang paling tahu apa yang udah Ibu lewatin sama aku. Setelah bertahun-tahun dia gak ada kabar sama sekali, dan sekarang seenak jidat dia mau tinggal bareng kita lagi? Ibu pikir aku bakal setuju?"

"Dia udah menyadari kesalahannya, Kia. Dia mau memperbaiki hubungan yang rusak antara dia, kamu dan Ibu."

"Kalau selama lima tahun kita bisa hidup tanpa dia, Kia yakin tahun-tahun berikutnya hidup kita bakalan tetap baik-baik aja tanpa dia."

"Cobalah untuk memaafkan, Kia. Kita gak bisa terus-terusan hidup dalam dendam dan kemarahan. Dia memang salah udah menelantarkan kita, Ibu tahu itu. tapi setiap orang berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua, kan?"

"Ibu ngerti gak sih perasaan Kia gimana? Selama lima tahun, Kia selalu ditanya sama teman Kia tentang bapak, Bu. Tapi Kia bingung mau jawab apa. Bapak Kia masih hidup, tapi Kia gak pernah tahu keberadaannya dimana. Kia selalu iri ngeliat teman-teman Kia yang sering diantar sama ayah mereka kesekolah, tapi Kia gak bisa dan Kia gak akan mungkin punya momen kayak gitu dihidup Kia, dan Kia gak pernah menyesal untuk itu. Bagi Kia, ada atau tidak adanya Bapak itu sama aja. Kia cuma mau Kia dan Ibu hidup tenang tanpa diganggu sama Bapak lagi."

"Tapi Kia, Bapak kamu..."

"Udah, Bu. Kia capek, Kia mau istirahat dikamar." Kia beranjak dari sofa dan masuk kekamarnya. Dia tidak ingin perdebatannya dan ibunya berlanjut,. Dia khawatir jika nantinya dirinya mengeluarkan kata-kata yang mungkin akan menyakiti hati ibunya. Sebisa mungkin Zaskia menjaga perkataannya agar ibunya selalu merasa bahwa putrinya akan selalu ada untuknya.

Setelah mandi, Zaskia merebahkan tubuhnya dikasur. Ada chat masuk dari Bimo yang belum sempat dibacanya.

"Kia, pacar aku. Aku udah sampai rumah nih. Soal diet kamu, aku mau kok bantu kamu. Besok programnya kita mulai ya,"

Membaca chat dari Bimo, Zaskia tersenyum tipis. Dari banyaknya kejadian yang tak mengenakkan hatinya hari ini, akhirnya dia bisa tersenyum membaca chat dari Bimo. Bukan karena persetujuannya membantu Zaskia untuk diet, tapi kata "kia, pacar aku" yang membuatnya begitu senang. Bimo selalu berhasil membuat Zaskia tersenyum dengan hal-hal kecil. Setelah membaca chat Bimo, akhirnya Zaskia bisa tertidur lelap malam ini.

***

Tok tok tok...

Hanya Bimo yang biasanya mengetuk pintu rumahnya setiap pagi. Menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama adalah hal yang wajib dilakukan seorang pacar kepada pacarnya.

"Bu, Zaskia berangkat ya. Itu Bimo kayaknya udah didepan,"

"Habisin dulu susunya!"

"Iya, dihabisin." Zaskia langsung menengggak susu yang setiap pagi dihidangkan ibunya untuknya. Zaskia memakai cardigan merah mudanya, lalu bergegas membukakan pintu. Begitu pintu dibuka, Zaskia terkejut dengan apa yang ada didepannya. Seorang pria yang dibahas oleh ibunya bersamanya malam tadi sekarang berada tepat dihadapannya.

"Assalamualaikum." Ucap pria itu.

"Waalaikumsalam," jawab Zaskia. "Bu, ada tamu nih!" teriak Zaskia agar ibunya didapur mendengarnya dan langsung datang menemui bapaknya.

Ibu berjalan sambil membuka apron yang dia kenakan, "Siapa?" tanya Ibu. Zaskia diam tak menjawab. "Mas Tio," ucap Ibu.

"Yaudah, Bu. Zaskia berangkat dulu," Zaskia bergerak dari posisinya.

"Zaskia, bisa kita bicara sebentar?" ucap Bapak yang langsung menghentikan langkah Zaskia.

"Saya rasa gak ada hal apapun yang harus saya bicarakan dengan anda," ucap Zaskia tanpa menatap wajah bapaknya.

"Kia, kamu kok ngomong gitu?" bentak Ibu.

"Kia hanya ngelakuin hal yang benar Bu. Dan seharusnya, Ibu ngelakuin hal yang sama kaya apa yang Zaskia lakuin sekarang." ucap Zaskia santai meskipun dirinya sudah dipenuhi dengan emosi dan kemarahan saat ini, tapi dia berusaha untuk mengendalikannya.

"Bapak Cuma mau memperbaiki hubungan kita yang renggang ini, Kia. Bapak ingin memperbaiki semuanya," sahut Bapak dengan pelan. Dia mengerti dan paham kenapa putrinya sangat marah padanya, dan dia memang pantas menerima kebencian dari putrinya.

"Hubungan yang anda maksud bukan renggang, tapi saya menganggap hubungan itu sudah tidak ada. Satu hal lagi, hanya orang-orang yang mengerti tentang hubungan yang bisa bicara tentang hubungan. Dan anda tidak berhak untuk itu!" ucap Zaskia dengan santai. Tak berselang lama, Bimo datang untuk menjemput Zaskia.

"Bu, Zaskia berangkat. Assalamualaikum!" Zaskia mencium punggung tangan ibunya, tapi tidak dengan bapaknya. Zaskia langsung menghampiri Bimo yang belum sempat turun dari motornya.

"Yuk!" Zaskia mengambil helm yang biasa dipakainya dan langsung mengenakannya.

"Aku mau salim dulu sama Ibu," sahut Bimo.

"Gak perlu!" ucap Zaskia spontan. Dia memang tak ingin berlama-lama lagi dirumah itu selagi bapaknya masih ada disana.

Mendengar jawaban Zaskia, Bimo langsung terdiam. "Bentaran doang!" ucap Bimo.

"Nanti kita telat, Bimo. Lagian kamu gak lihat Ibu aku lagi ada tamu?" Zaskia meyakinkan.

"Iya juga sih. Udahlah, kita berangkat."

Zaskia dan Bimo berangkat menuju sekolah. Zaskia bersama Bimo, tapi pikirannya masih tertuju pada perkataan yang dia lontarkan pada bapaknya pagi itu.

Fat Girl and Skinny BoyWhere stories live. Discover now