Keputusan Besar

56 4 0
                                    

Zaskia meraih tangan Bimo, "Udah, aku gak papa kok. Lagian apa yang dibilangnya tadi semuanya benar kok." Sahut Zaskia dengan suara pelan.

"Kalaupun semua omongannya benar, gak seharusnya dia ngomong kayak gitu sama kamu. Aku gak bakalan terima kalau ada orang yang dengan sengaja nyakitin kamu, apalagi itu tepat didepan aku." jelas Bimo. Dia menahan emosinya tadi hanya karena mereka ada ditempat umum dan Stevia adalah seorang wanita. Jika yang mengatakan hal buruk pada Zaskia adalah seorang laki-laki, mungkin bogeman tangan Bimo sudah mendarat diwajah Stevia tadi.

Bimo memperhatikan Zaskia yang hanya termenung semenjak mendengar perkataan Stevia tadi, "Kok gak dimakan?" tanya Bimo. Zaskia tidak merespon, dia masih sibuk dengan lamunannya.

Bimo memegang pundak Zaskia, "Kia!" panggil Bimo.

"Iya, Bim. Kenapa?" sahut Zaskia.

"Balik, yuk!" ajak Bimo. Bimo paham betul kalau suasana hati Zaskia saat ini sedang tidak baik-baik saja.

"Baksonya gimana?" tanya Zaskia.

"Gampang. Bang!" Bimo melambaikan tangannya kearah penjual bakso.

"Iya, Mas."

"Ada plastik gak? Saya mau bawa pulang baksonya soalnya,"

"Ada kok, Mas." Bang Jepri menghampiri Bimo dan memberikan plastik dan karet gelang.

"Kok kamu bisa kepikiran sih, buat bawa pulang baksonya?"

"Ya harus dong. Kita udah bayar, masak satu mangkok yang belum kita apa-apain ditingggalin disini. Rugi dong kita, Kia." Jelas Bimo

"Haha, pintar kamu." puji Zaskia.

"Harus dong!"

Bimo mengantarkan Zaskia pulang kerumahnya. Sepanjang perjalanan, Bimo menatap wajah Zaskia yang datar sejak tadi dari kaca spion. Melihat wajah Zaskia yang begitu murung, Bimo langsung menghentikan motornya dipinggir jalan dekat halte bus.

"Kok berhenti? Mogok ya? Atau bensinnya habis?" tanya Zaskia.

Bimo turun dari motornya, "Kamu turun dulu!" ucap Bimo. Zaskia langsung turun dari motor. Keduanya lalu duduk di halte.

"Kamu kenapa?" tanya Bimo tanpa basa-basi.

"Aku gak kenapa-napa Bimo. Semuanya oke kok," sahut Zaskia.

"Kamu bilang semuanya oke, tapi kamu murung kayak gini. Kamu kira aku percaya? Dengar, Kia! Kalau kamu gak mau jujur gimana situasi hati kamu sekarang, apa masalah kamu, gak papa. Tapi asal kamu tahu, dengan kamu nutupin sesuatu dari aku kayak gini, aku ngerasa kamu gak nganggep aku ada, Kia." Bimo bangkit dari tempat duduknya dan hendak pergi meninggalkan Zaskia sendirian dihalte.

"Oke, aku bakal cerita." Pekik Zaskia yang membuat Bimo menghentikan langkahnya dan berbalik menghampiri Zaskia kembali.

"Oke," Bimo kembali duduk disamping Zaskia dan menatapnya untuk menyimak ceritanya. Kali ini Bimo harus menjadi pendengar yang baik untuk pacarnya.

"Jadi, tadi siang aku daftar cheers. Terus mereka bilang aku gak cocok buat daftar. Kata mereka aku bakalan gampang capek, karena biasanya yang ikutan cheers itu badannya langsing-langsing semntara aku enggak." Zaskia bercerita sambil menundukkan pandangannya.

"Mereka? Mereka siapa?" tanya Bimo.

"Stevia sama Yuni. Jadi tadi siang itu, Dinda, Stevia, sama Yuni daftar juga. Terus Dinda manggil aku, jadi aku samperin. Terus Stevia sama Yuni ngeledekin aku."

"Mereka bilang apa?"

"Mereka bilang tiga gerakan aja aku bakalan ngos-ngosan pas latihan."

"Dinda kan teman kamu, masak dia gak belain kamu sih?"

"Iya, dia belain aku kok, cuma rasanya percuma, Bim. Mereka pasti bakalan ngeledekin aku terus, apalagi aku bakalan sering ketemu mereka pas latihan." Ucap Zaskia.

"Oh, aku tahu caranya."

"Apa?"

"Aku sendiri yang bakalan ngasih peringatan ke mereka berdua supaya mereka gak gangguin atau ngebuli kamu lagi." ucap Bimo dengan yakin.

"Jangan!"

"Kok jangan?" Bimo heran.

"Aku gak mau kamu berantem sama mereka atau sama pacar mereka gara-gara masalah ini, Bimo."

"Ya gak papa lah, orang mereka juga yang salah kok. Orang-orang yang mulutnya sampah kayak mereka, harus dikasih tahu, Kia. Jangankan kamu, mereka nanti bakalan ngebuli orang lain sama seperti cara mereka ngebuli kamu. Mungkin kamu gak mempermasalahkan, tapi diluaran sana ada banyak orang yang mentalnya down gara-gara sikap bullying. Kalau mereka gak dikasih tahu, mereka bakal terus-terusan sama kebiasaan buruk mereka." Jelas Bimo dengan emosi.

"Gak usah, orang kayak mereka gak bakalan mempan dinasehatin, apalagi mereka tahunya kamu pacar aku."

"Terus gimana? Kamu punya solusi lain?"

"Aku punya solusi sih, tapi kamu harus bantuin aku."

"Wait, sejak kapan kamu peduli sama omongan orang yang ngatain kamu gendut? Sepengetahuan aku, Zaskia Dewi Aurelia itu gak bakalan terpengaruh sama orang-orang yang ngatain dia gemuklah, pendeklah, atau apapun yang berkaitan sama fisik. Sekarang kok beda? Kok kamu kayaknya mempermasalahkan hal itu, bukannya dulu enggak?"

"Dulu emang aku gak peduli sama omongan orang yang ngata-ngatain aku, tapi sekarang beda, Bim. Aku udah gabung sama tim cheers, kalau mereka ngeliat aku gak bisa ngimbangin mereka, mereka pasti lebih ngatain aku lebih parah dari yang mereka lakukan sekarang sama aku."

"Oke, sekarang gimana dong?"

"Aku mau diet," ucap Zaskia yang langsung membuat Bimo membelalakkan matanya. Bimo tak menyangka Zaskia akan mengatakan hal sebesar itu dengan begitu mudah. Menguruskan badan dengan waktu singkat adalah hal yang sangat sulit dan Bimo tidak yakin Zaskia mampu melakukannya.

"Are you sure?" tanya Bimo ragu. Bimo masih berharap jika perkataan Zaskia barusan hanyalah sebuah candaan.

"Ya, I'm sure. Aku udah buat keputusan, dan aku yakin sama keputusan yang aku ambil. Aku tahu ini gak bakalan mudah, tapi aku yakin kalau aku ngejalaninnya bareng kamu dan kamu mau bantu aku, aku yakin aku bisa. Kamu mau kan bantu aku?"

Bimo menunjuk dirinya sendiri, "Aku?"

"Iya, kamu." Zaskia menganggukkan kepalanya.

"Apa yang bisa aku bantu, Kia. Aku bukan ahli gizi yang bisa ngawasin program diet kamu,"

"Inikan zamannya teknologi dan internet, Bim. Kamu bisa searching, kamu bisa lihat di instagram atau dimanapun, gimana program diet yang cepat dan aman. Aku pengen kamu yang ngatur semuanya, mulai dari makanan aku, jadwal olahraga aku, dan semua hal yang harus aku lakuin selama program diet aku. Kamu mau kan?"

"Aku gak yakin, Kia. Bukan gak yakin sama tekad kamu buat kurus, bukan. Aku gak yakin sama diri aku bisa bantu kamu dalam tujuan kamu ini. Aku pikir-pikir dulu ya, nanti malam aku telpon kamu."

"Oke, gak papa. Kamu pikir-pikir aja dulu. Nanti malam aku tagih loh ya,"

"Iya. Pulang yuk, udah sore nih. Nanti aku diomelin sama ibu kamu, bawa anak gadisnya selalu pulang telat."

"Emang ibu pernah ngomelin kamu? seingat aku gak pernah deh,"sahut Zaskia.

"Gak pernah sih, cuma aku mau ngejaga kepercayaan dia sama aku, bahwa aku gak ngebawa pengaruh buruk buat kamu."

"Aku lihat, kamu kayak beda hari ini," ucap Zaskia.

"Beda apanya? Semuanya sama aja kayak hari-hari biasanya," balas Bimo.

"Iya, beda. Gak tahu kenapa hari ini tuh aku ngelihat kamu lebih wise aja gitu," jelas Zaskia sambil tersenyum.

"Kan dari dulu emang kayak gitu, Kia. Kamu aja yang kelamaan sadarnya,"

"Nyesel deh ngomong kayak tadi." Zaskia lalu berjalan kearah motor dan memakai helmnya. Bimo tersenyum lebar melihat tingkah Zaskia yang sangat kesal ketika pujiannya hanya ditanggapi sebagai hal yang biasa untuk Bimo.

Fat Girl and Skinny BoyWhere stories live. Discover now