TRAVIS 50

615 74 1
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Suara alarm yang berbunyi mengusik mimpinya yang indah. Perlahan, netranya terbuka sembari membiasakan penglihatan dengan sinar matahari yang masuk melalui celah jendela.

Langit-langit kamar yang ia lihat pertama kali membuatnya sadar kini dia tak lagi berada di tempat yang sama. Dengan gontai, ia beranjak duduk dan meregangkan ototnya yang kaku karena 8 jam beristirahat.

Kamar yang tak lagi sama membuat Kaluna menghela napas, pikirannya masih sedikit mengingat memori dua tahun yang lalu. Ia masih menatap tempat itu dengan sendu, sampai dering ponsel membuatnya tersadar.

Ia menggosok matanya terlebih dahulu sebelum meraih ponselnya yang berada di atas nakas.

"Halo?" Sapanya pada penelepon di seberang sana yang tak sempat ia lihat namanya.

"Cil, lo pasti baru bangun, 'kan?"

Kaluna mengernyit, mendengus kesal setelah sadar siapa peneleponnya.

"Iya, kenapa emang?"

"Ya tuhan, perawan gini amat. Buruan siap-siap,  kita ada kelas bentar lagi."

"Iya, bawel banget. Lo jemput, 'kan?"

"Iya, udah buruan siap-siap. 15 menit lagi gue kesana."

"Iya." Kaluan langsung mematikan sambungannya, ia bergerak menuruni kasur dan pergi menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi, ia bergegas untuk bersiap diri. Menguncir rambutnya dengan rapih dan memakai sepatu yang setara dengan pakaiannya. Merasa dirinya sudah siap, ia akhirnya pergi keluar kamar dan menemui keluarga barunya di meja makan.

"Pagi Bun, Yah." Kaluna tersenyum pada seorang pria berpakaian formal dan juga pada seorang wanita yang memakai apron.

"Pagi, anak cantik. Ada kelas pagi?"

Kaluna mengangguk, mengambil posisi dengan duduk disalah satu kursi.

"Iya, Bun. Nolan nggak ada kelas emang?"

Anita berpikir sejenak. "Lagi tidur tuh, mungkin nggak ada. Bentar lagi bunda cek, deh."

"Kamu cek sana, nanti anak itu telat lagi,"titah Gerald, yang langsung dipatuhi oleh sang istri.

Kaluna tersenyum melihat keluarga barunya sekarang. Sebulan setelah kepergian Adrian dua tahun yang lalu, Anita memutuskan untuk membawa Kaluna kerumahnya. Bukan hanya dia saja, tapi seorang bayi kecil yang baru diketahui Anita dan Gerald sebagai anak Adrian.

Anita dengan sukarela menerima kehadiran bayi itu di keluarganya, meskipun awalnya Nolan menentang keras. Gerald juga tak masalah membawa mereka kerumahnya.

"Berangkat bareng Justin?" Kaluna mengangkat kepalanya, lalu mengangguk.

"Iya, yah. 'Kan Justin doang temen aku yang satu jurusan."

Gerald mengangguk paham. "Cowok itu masih belum ada kabar?"

Kaluna terdiam, ia menghela napas dan menarik seulas senyuman.

"Iya, Yah. Mungkin sibuk di jepang."

Gerald mengangguk kembali, lalu membersihkan bibirnya dengan tisu.

"Ayah berangkat kerja dulu, belajar yang baik."

"Siap, yah."

Kaluna menarik napas, menahan sejenak lalu menghembuskannya perlahan. Setiap kali mengingat Travis, hatinya terasa sesak. Lelaki yang sampai saat ini tak ada kabar mengenai dirinya, bahkan para sepupunya hanya menjawab sekedarnya karena Travis memang menutup akses.

TRAVIS • watanabe haruto (END) Where stories live. Discover now