TRAVIS 18

514 82 0
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

BRUK!

Kaluna menurunkan tasnya, melihat sesosok pria berjaket kulit hitam tengah memukul pria yang ingin melukainya tadi. Awalnya dia sempat bingung. Namun begitu pria itu berbalik badan, ia langsung bernapas lega.

Ternyata Jun.

Ia kembali dibuat kebingungan saat beberapa pria berseragam hitam mengamankan pria itu.

"Lo nggak papa, kan?"

Kaluna sedikit tersentak, menatap Jun yang berdiri dihadapannya.

"Nggak papa. Tapi, mereka semua siapa?"

Jun menoleh kearah belakang, memperhatikan beberapa pria berseragam hitam yang tengah membawa paksa pria tadi kedalam mobil.

"Kita pulang dulu. Ke apartemen bang Danny, ya?"

Kaluna mengangguk lemah, membiarkan tangannya ditarik pelan oleh Jun. Pria itu membawanya menuju motor sport miliknya.

Gadis itu mengisi jok belakang, memegang ujung jaket Jun. Motor berwarna merah itu membelah jalanan dengan kecepatan sedang. Tak ada yang mengeluarkan suara, sampai motornya berhenti di basement apartemen.

"Kenapa lo nggak telepon Travis?"

Jun merangkul Kaluna, berjalan menuju lift. Ia lakukan itu karena gadis ini masih terlihat tegang, mungkin teringat kejadian tadi.

"Gue udah telepon, tapi nomornya nggak aktif. Mungkin dia tidur, ya?"

Jun menoleh, mengernyitkan dahinya "Tapi tadi dia pergi keluar, sebelum gue pergi ke cafe."

"Mungkin dia pulang, bang."

"Mungkin, sih."

Mereka berdua memasuki apartemen Danny, mendapati atensi Taka, Jayden, Kevin, Arthur dan Travis.

"Kaluna?"

Jun dan Kaluna mengernyit, melepaskan rangkulan Jun pada gadis itu.

"Loh, bukannya lo keluar?" Tanya Jun, dia mengajak Kaluna untuk duduk.

Travis mengangguk "Tapi gue udah balik. Ini Kaluna kenapa?"

Jun menoleh kearah Kaluna yang duduk disebelahnya dalam diam, lalu menghela napas.

"Dia hampir celaka."

5 lelaki lainnya yang sedang berada disana langsung memusatkan atensi pada Jun dan Kaluna. Mereka sedikit terkejut dengan ucapan Jun.

"Celaka gimana?" Tanya Jayden.

"Dia telepon gue buat minta jemput di halte. Sampe disana, gue lihat ada preman yang bawa pisau sambil di arahin ke dia."

Travis langsung menghampiri Kaluna, dia berjongkok di hadapannya sembari memegang tangan gadis itu.

"Lo nggak papa?" Tanyanya.

Kaluna tersenyum tipis begitu melihat raut wajah khawatir Travis.

"Gue nggak papa, untung aja bang Jun tepat waktu."

"Kenapa lo nggak hubungi gue?"

"Gue udah berulang kali telepon lo, tapi nomor lo nggak aktif. Gue juga telepon Justin, tapi dia lagi ada acara dan akhirnya gue hubungi bang Jun."

Travis tersentak, dia reflek merogoh kantong hoodienya dan melihat ponselnya. Ternyata, dia lupa mematikan mode pesawat disana.

"Maaf, gue lupa matiin mode pesawat." Ucapnya.

"Oh ya, anak buah lo bawa preman itu."

Travis yang mendengar itu langsung kembali mengecek ponsel. Dia membaca sebuah pesan dari salah satu anak buahnya dengan serius, lalu beranjak berdiri.

"Lo malam ini nginap disini aja, ya? Gue mau pergi dulu bentar, nanti gue balik lagi." Travis  mengelus kepala Kaluna dengan lembut.

Lalu dengan buru-buru meninggalkan apartemen. Sedangkan Kaluna, dia hanya kebingungan disana bersama yang lain.

"Lun, udah makan malam?" Taka beranjak berdiri, tersenyum kearah Kaluna.

"Gue udah makan malam sama keluarga bang Danny tadi."

"Yaudah, gue bikinin susu cokelat aja, ya?"

Kaluna mengangguk, ia menyandarkan punggungnya pada sofa. Menghela napas lelah karena kejadian tadi.

Di sisi lain, sebuah ruangan gelap dengan pencahayaan minim ditengahnya. Di tempat yang sama, seseorang terikat disebuah kursi kayu yang hampir lapuk.

Langkah besar dan tegas terdengar menggema di tempat itu, membuat beberapa pria yang bertugas langsung memberi hormat.

Travis, dia berdiri tepat di pria yang tengah terikat dengan mata yang ditutup dan mulut yang di lakban.

Dengan kasar, dia membuka lakbannya hingga terdengar sebuah ringisan.

"Jawab gue, lo disuruh Nolan?"

Pria itu tidak menjawab, hanya terkekeh kecil.

"Bukan urusan lo!"

Travis menghela napas, ia menadahkan tangan kirinya bermaksud meminta sesuatu pada anak buahnya. Dan ternyata sebuah pistol, dia menarik pemantiknya hingga terdengar ditelinga pria itu.

"Waktu gue nggak banyak buat urus lo, sekitar 15 menit? Kalau selama itu lo nggak jawab, gue yang antar lo ke alam barzah."

Travis bersidekap, menunggu pria itu menjawab. Ia bisa melihat, pria itu tampak ketakutan mendengar pistolnya berbunyi.

"Kelamaan, gue hitung mundur."

"Satu."

Travis menaikkan sebelah alisnya.

"Dua."

"Ti-"

"Iya iya! N-nolan yang suruh gue buat lukain Kaluna."

Travis menurunkan pistolnya, menunggu pria itu kembali melanjutkan ucapannya.

"J-jangan bunuh gue, gue lakuin ini demi anak gue yang lagi sakit. Gue butuh duit, dan Nolan bersedia bayar mahal."

Travis mengembalikan pistolnya, lalu menundukkan badannya agar sejajar dengan pria itu.

"Hey, mau kerja sama bareng gue?"

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

haiiiiii
puas gak sama part ini? Kalau gak puas, mian ya😭

jgn lupa vomment dan mampir ke sebelah ya!!!!

teuba!!!

TRAVIS • watanabe haruto (END) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora