TRAVIS 9

760 104 4
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

"Gue nungguin lo, Kaluna."

"Lo kenapa?" Kaluna menyingkirkan rambut yang menutupi dahi Travis, mengecek suhu tubuhnya yang ternyata masih panas.

"Minum obat, ya?" Tawarnya, dia hendak berdiri untuk mengambil obat. Tapi Travis semakin mengeratkan pelukannya, tidak ingin ditinggal oleh Kaluna.

"Ayolah, Travis. Gue mau ambil makanan sama obat lo." Kaluna mencoba untuk terus melepaskan pelukan Travis, tapi justru lelaki itu menyembunyikan wajahnya di perut Kaluna.

"Lo bau, Lun."

Kaluna reflek mendorong Travis hingga lelaki itu melepaskan pelukannya dan terlentang begitu saja. Dasar tak tau malu, dia tidak memperdulikan dadanya yang terekspos dihadapan Kaluna.

"Tunggu disini, gue ambil makanan sama obatnya."

Kaluna dengan cepat pergi turun menuju dapur, disana masih ada Justin yang sedang memakan kuenya. Ia menghampiri Justin terlebih dahulu, lalu ikut mencicipi kue di piring hadapan Justin. Lelaki itu tersenyum senang begitu melihat ekspresi Kaluna yang menjawab betapa enaknya kue buatan Keina.

"Gimana keadaan Travis?" Tanya Keina, menaruh adonan kue pada loyang.

"Oh iya, aku kesini mau ambil makanan sama obat buat Travis, tan."

Keina berbalik badan, menaruh loyangnya kedalam oven "Bi, ambilin bubur sama air hangat buat Travis." Ucapnya pada pembantu yang ikut membantunya membuat kue.

Kaluna hanya menunggu dengan berdiri di samping Justin, ikut memakan kuenya dan diselingi perdebatan kecil diantara mereka. Tak lama kemudian, pembantu Keina memberikan satu nampan berisikan semangkok bubur ayam dan segelas air hangat.

"Obatnya ada di kotak P3K samping laci ruang tengah, non."

"Makasih ya, bi." Kaluna tersenyum, lalu beralih menuju laci yang bibi itu maksud. Diambilnya sebuah kotak P3K berukuran lumayan besar, didalamnya berisi obat obatan lengkap.

Ia mengambil obat penurun demam dan sebuah plester kompres demam untuk anak, sepertinya milik Airi. Setelah semua lengkap, dia kembali ke kamar Travis.

Lelaki itu masih terpejam dengan posisi yang sama seperti terakhir kali Kaluna lihat. Kaluna meletakkan nampannya di nakas samping kasur dan kembali duduk di tepi kasur.

"Travis, ayo bangun." Ia menepuk pipi Travis dengan pelan, membuat sang empunya mengerang karena rasa pusing yang langsung ia rasakan.

Dengan sabar, Kaluna mengarahkannya untuk duduk di kepala kasur. Kaluna menyuapi Travis dengan sabar, meskipun terkadang lelaki itu menolak dengan gelengan lemahnya.

"Lun, gue udah kenyang." Travis mendorong tangan Kaluna dengan lemah.

"Nanggung tau, udah tinggal dikit. Ayo habisin."

"Nggak mau, hambar rasanya."

Kesal, akhirnya Kaluna memberinya satu cubitan di dadanya hingga Travis berteriak kesakitan. Anggap saja sebagai balasan karena mengatainya bau.

"Gue lagi sakit, anjir. Kasar banget lo!"

"Makanya ayo habisin!"

Dengan wajah yang di tekuk, Travis terpaksa menghabiskan buburnya. Rasanya hambar di lidah, tapi daripada dia kembali mendapatkan cubitan dari Kaluna, lebih baik menurut saja.

"Sekarang, minum obat." Kaluna menyodorkan obatnya dan juga air pada Travis, yang langsung disambut olehnya.

"Gue ambil ini di kotak P3K, biar lo cepet sembuhnya."

TRAVIS • watanabe haruto (END) Where stories live. Discover now