TRAVIS 29

508 82 6
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Sudah dua hari Kaluna dirawat, dan hari ini adalah saatnya gadis itu kembali ke ranjang hangat dirumah. Sebenarnya, Travis melarang dan memaksa gadis keras kepala ini untuk menginap dirumahnya.

Ya, tapi begitulah Kaluna.

Travis akhirnya mengalah dan mengantar Kaluna pulang ke rumahnya. Lelaki itu cemas, bagaimana keadaan Kaluna jika hanya berdua dengan pria brengsek dan tak bertanggung jawab seperti Adrian.

Bukannya membaik, Kaluna bisa mendapatkan luka baru.

"Lo langsung pulang?" Tanya Kaluna, begitu mereka berhenti tepat di depan rumahnya.

Travis mengangguk "Lagian bokap lo dirumah."

Kaluna mengerti, tersenyum kearah Travis setelah mengucapkan kalimat perpisahan. Ia masuk kedalam rumah tepat setelah mobil lelaki itu melaju kencang.

Ia membuka pintunya perlahan, menampilkan kondisi rumahnya yang selalu sepi. Biasanya, di ruang tamu selalu ada Adrian bersama dengan para wanita bayarannya, tapi kali ini tidak ada.

Di kamar kali, ya?

Kaluna memilih masuk kedalam kamarnya dan merebahkan diri. Ia menatap langit-langit kamarnya, menghela napas beberapa kali memikirkan masalah hidupnya.

Ia hampir saja tertidur, sampai pintu kamarnya terbuka dengan lebar. Kaluna tersentak mendapati Adrian dalam kondisi yang memprihatinkan. Wajah pucat, pakaian yang berantakan, badan yang hampir ambruk jika saja Kaluna tidak sigap menangkap.

"Papa kenapa?"

Adrian memijat kepalanya sendiri "Buatkan saya bubur, kepala saya rasanya mau pecah."

Kaluna menyentuh dahi Adrian, merasa suhu tubuh pria itu meningkat.

"Papa demam, biar aku kompres dulu." Kaluna dengan pelan membawa Adrian kembali ke kamarnya. Merebahkan papanya di atas kasur.

Adrian sepertinya baru sampai di rumah, sepatu kerjanya bahkan tak sempat ia lepas. Kaluna berlari menuju dapur dan kembali dengan membawa sebuah baskom beserta handuk kecil.

"Papa kecapean, jangan kerja terlalu keras."

Adrian hanya bergumam, memejamkan matanya sesekali terbatuk.

Kaluna kembali menuju dapur, mempersiapkan bubur untuk menghangatkan tubuh papanya. Tangannya sudah membaik, membuatnya lebih leluasa menggunakan tangan.

Setelah hampir 15 menit memasak, Kaluna segera kembali ke kamar papanya. Ia membuka sepatu dan kaos kaki Adrian, lalu membantunya untuk duduk.

Dengan lemas, Adrian memakan buburnya.

Kaluna tersenyum tipis menatap papanya. Meskipun sudah berumur, terlihat beberapa uban di rambutnya, tapi tidak mengurangi ketampanannya. Ia baru menyadari jika Nolan sangat mirip dengan Adrian.

Ah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Ini obatnya."

Adrian menerima obat beserta airnya. Sayang, tangan Adrian bergetar hingga membuat airnya hampir tumpah. Beruntung, Kaluna langsung ikut memegang gelasnya dan Adrian bisa meminumnya dengan tenang.

"Papa istirahat dulu. Kalau butuh sesuatu panggil Luna, ya?"

Kaluna membenarkan letak posisi handuk kecil di dahi Adrian, begitu juga dengan selimutnya. Putri bungsu Adrian membawa nampan bekas buburnya keluar dan meninggalkannya agar bisa beristirahat.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

"Papa mau kerja?"

Hal pertama yang Kaluna dapatkan saat turun dari lantai dua adalah Adrian yang sudah siap dengan setelan kerjanya, sedang duduk di meja makan untuk sarapan.

Adrian mengangkat kepalanya, lalu hanya menjawab dengan deheman singkat.

Kaluna terdiam di tempatnya, memperhatikan papanya yang masih terlihat lemas, tubuhnya seakan menyusut, dan kulitnya masih pucat. Ia berdecak dalam hati, papanya terlalu keras bekerja hingga mengabaikan kesehatannya sendiri.

Alkoholic, sex bebas.

Hah, Kaluna mendadak khawatir jika Adrian terus hidup seperti itu.

"Papa mending nggak usah kerja, papa belum sembuh."

"Saya nggak selemah itu."

"Tapi, pah-"

"Lebih baik kamu berangkat sekolah, jangan jadi siswi nakal dengan datang terlambat."

Mata tajam Adrian membuat Kaluna menghela napasnya. Ia terpaksa meninggalkan papanya yang terbatuk di meja makan, menghampiri Travis yang kini sudah menunggu di mobil.

"Kenapa muka lo gitu?"

Tanya Travis begitu Kaluna memasuki mobilnya dengan wajah yang tak bersahabat.

"Gue khawatir sama papa, dia lagi sakit tapi masih maksa buat kerja."

"Syukur, kena karma."

"Travis."

"Bercanda, ayo berangkat."

Travis mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang sembari menyetel lagu yang membuat Kaluna sedikit lebih membaik. Selama perjalanan, gadis itu lebih banyak terdiam sambil melihat keluar jendela.

"Pulang sekolah kita langsung ke kantor polisi, keterangan lo dibutuhin disana."

Kaluna menoleh "Bagus, gue juga pengen ketemu Nolan."

Travis tersenyum, tangannya bergerak mengacak rambut gadis itu dengan gemas.

"Jangan cemberut, nanti ada yang naksir."

"Dih, mana ada orang naksir pas lagi cemberut."

"Ada, gue misalnya."

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

yeyy dikitttt😭

TRAVIS • watanabe haruto (END) Where stories live. Discover now