TRAVIS 4

899 112 1
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Mobil sport Travis membelah jalanan kota dengan lumayan cepat. Sedikit terganggu karena saat ini masih jam sekolah, tentu saja jalanan cukup ramai. Setelah mendapat kabar dari Kaluna, ia dengan cepat pergi keluar sekolah.

Pikirannya sekarang kalut, sangat khawatir memikirkan Kaluna. Entah apa yang terjadi sampai gadis itu kini berada di rumah sakit. Setelah bertanya keberadaan Kaluna, dia langsung pergi ke rumah sakit tanpa berbicara lebih banyak.

Setelah 15 menit berkendara, akhirnya dia sampai di rumah sakit. Dengan terburu-buru, Travis berlari menuju koridor rumah sakit.

"Sus, ruangan Edelweis 6 dimana?" Tanyanya pada seorang suster yang melewatinya.

"Dilantai 3."

Tanpa mengucapkan terima kasih, Travis langsung melanjutkan langkahnya. Ia memasuki lift dan menekan tombol angka 3. Setelah terbuka, Travis langsung berlari mencari ruangan yang dimaksud Kaluna.

Dilihatnya seorang gadis yang tengah terduduk dikursi. Travis langsung mengetahui jika gadis itu adalah Kaluna, dilihat dari seragam yang ia kenakan.

"Kaluna!" Panggilnya.

Dan benar saja, Kaluna menoleh. Gadis itu terlihat terkejut karena kedatangan Travis yang tiba-tiba.

"Kenapa lo-"

Ucapan Kaluna terhenti tatkala lelaki itu memeluknya dengan erat. Bisa ia dengar dengan jelas bagaimana jantung Travis berdetak dengan kencang, dadanya juga naik turun.

Kaluna menghela napasnya, bergerak untuk membalas pelukan Travis dan mengelus punggungnya. Setelah semenit lamanya mereka berpelukan, akhirnya Travis melepaskan pelukannya dan memeriksa keadaan gadis itu dengan seksama.

"Lo nggak papa?" Tanyanya, begitu melihat seragam Kaluna dipenuhi oleh bercak darah.

Kaluna tersenyum lembut, lalu menangkup pipi Travis "Gue nggak papa kok." Jawabnya, sambil mencubit pipi Travis yang entah mengapa terlihat menggemaskan saat ini.

"Terus kenapa seragam lo banyak darah gini?"

"Oh itu, tadi waktu berangkat sekolah ada kecelakaan tabrak lari. Korbannya anak kecil, dan waktu itu jalanan lumayan sepi jadi gue yang bawa dia kesini." Jelasnya, mencoba memberi pengertian pada Travis.

Dia tau, Travis khawatir dan beberapa menit kemudian akan mengomelinya panjang lebar. Jadi sebelum itu benar-benar terjadi, dia harus mencegahnya.Travis hendak bertanya lagi, tapi Kaluna mendahuluinya lebih cepat.

"Hp gue semalem mati, lupa gue cas. Ini gue bela belain pinjem sama suster buat ngabarin lo."

Travis menghela napas, kekhawatirannya kini menghilang. Tapi tak bisa dibantahkan, jika dirinya masih khawatir karena melihat bekas luka di pipi Kaluna. Travis memegang pipi kiri Kaluna, lalu mengelusnya dengan lembut.

"Udah lo obatin dengan baik kan?"

Kaluna memegang tangan Travis yang berada di pipinya, lalu menurunkannya "Udah tuan muda, Travis."

Travis tersenyum, mengacak rambut Kaluna sejenak lalu mengajaknya untuk duduk disana. Hah, rasanya lelah karena berlari menuju ruangan ini. Untung saja bukan Kaluna yang terluka, atau dirinya tak akan setenang sekarang.

"Kenapa lo bolos?" Kaluna memperhatikan Travis yang sedang menyandarkan kepalanya pada dinding yang berada dibelakang.

Travis menoleh sejenak "Gue khawatir sama lo dodol."

Kaluna terkekeh, lalu memberikan sebotol minuman isotonic pada Travis.
"Minum ini, biar enakan."

Travis langsung saja mengambilnya, meminumnya  hingga sampai tersisa setengah. "Oh ya, bocahnya gimana?"

TRAVIS • watanabe haruto (END) Where stories live. Discover now