TRAVIS 30

541 83 5
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Kaluna menghela napas begitu selesai memberi pernyataan pada pihak kepolisian. Di belakangnya, Travis memberi dukungan dengan usapan lembut pada bahunya.

"Pak, apa saya boleh bertemu Nolan?"

"Boleh."

Kaluna beranjak berdiri, tersenyum sejenak kearah Travis sebelum akhirnya pergi menemui Nolan. Mereka pergi menuju salah satu sel yang berisikan beberapa tahanan, dan juga Nolan.

Kedua bersaudara itu saling pandang, sampai akhirnya Nolan memutuskan pandangannya dan menghela napas. Bisa Kaluna lihat, ada raut penyesalan di tatapan Nolan.

"Gue lihat, lo banyak mikir di dalam sel." Nolan menoleh, tersenyum tipis dan mengangguk.

"Begitulah, nggak ada yang bisa gue lakuin lagi disini 'kan?"

Kaluna tersenyum tipis "Lo apa kabar?"

"Bukan seharusnya gue yang tanya, kabar lo gimana?" Lelaki itu tersenyum miring, menatap Kaluna dari atas kebawah.

"I'm good, seperti yang lo lihat."

"Lo tangguh buat seukuran cewek, pukulan gue keras tapi lo secepat ini sembuhnya. Keren."

Entah apa yang di maksud Nolan, dia memuji atau justru mengejek?

Yang jelas, Kaluna hanya tersenyum menatap saudaranya yang kini memakai baju tahanan. Nolan bisa saja langsung bebas, tapi kedua orang tuanya memilih angkat tangan dan membiarkan putra mereka menerima bayarannya.

"Lo saudara gue, kakak gue, temen gue. Gue tau lo hidup dengan dendam buat papa, dan gue nggak bisa membenarkan apa yang udah papa lakuin.

Setelah mama pergi, gue ngerasa kesepian karena nggak punya kakak ataupun adek dan papa sibuk sama wanita bayarannya. Dengan adanya lo, keinginan buat punya saudara akhirnya terwujud."

Nolan terdiam, menyimak dengan seksama apa yang akan Kaluna katakan lagi.

"Gue mau habisin waktu gue bareng kakak gue, karena selama ini gue sama dia nggak ketemu. Bukannya, harusnya kita gunain waktu buat saling kenal?"

Nolan mengernyit "Maksud lo-"

"Gue akan cabut tuntutannya, gue mau lo bebas."

Ucapan Kaluna membuat Travis reflek menoleh "Lo serius? Dia udah hampir perkosa lo, Lun."

"Gue serius, Travis. Buat masalah itu, gue udah nggak mempermasalahkan lagi, gue udah lupain. Jadi, gue harap kita mulai dari awal ya, Nolan?"

Nolan tertawa kecil mendengarnya.

"Lo terlalu naif, Kaluna."

"Gue cuma lakuin yang seharusnya seorang adik lakuin buat kakaknya."

Nolan berdecak dalam hati. Entah mengapa, mendengar penjelasan Kaluna membuatnya iri. Iri karena gadis ini memiliki belas kasih untuk dirinya yang hampir merusak masa depannya

Lelaki itu berbalik badan, mengabaikan Kaluna dan Travis yang masih berdiri memperhatikan. Ia hanya tak ingin melihat Kaluna lebih lama, dia tak ingin rasa bencinya pada Adrian hilang hanya karena gadis naif ini.

"Ayo, Lun."

Kaluna berbalik badan saat Travis menggenggam tangannya dan menariknya untuk pergi dari sana. Sebelum pergi, dia memberitahukan pihak kepolisian untuk mencabut tuntutannya.

Travis tak habis pikir, Kaluna begitu mudahnya membebaskan Nolan. Padahal, dia bisa saja membuat Nolan di penjara selama mungkin dan membuat hidupnya sepadan dengan apa yang telah dia perbuat.

Namun, sungguh di luar dugaan. Gadis ini justru memaafkan dan bahkan ingin menjalin kekeluargaan dengan Nolan.

Travis salut, dan reflek berucap dalam hati...

Harus gue nikahin.

"Kaluna? Kamu disini?" Mereka berdua menoleh tatkala seseorang menyapa Kaluna begitu keluar dari kantor polisi.

"Eh, om Gerald. Aku ada urusan disini, kalau om sendiri?"

Ya, pria yang Kaluna kenali sebagai teman Adrian kini berdiri dihadapannya. Gerald dengan setelan formalnya pergi menuju ke kantor polisi, dan membuat Kaluna bertanya.

"Saya mau ketemu Nolan, anak saya." Kaluna reflek mengernyitkan dahinya.

"Nolan anak om?"

Gerald terkekeh melihat reaksi gadis itu.

"Iya, dia anak saya."

Kaluna terdiam, memikirkan banyak pertanyaan di kepalanya. Bagaimana bisa Gerald yang merupakan teman Adrian adalah papa Nolan. Kalau begitu, Adrian pasti tau jika anak dari istri pertamanya adalah anak Gerald.

Tapi, mengapa papanya hanya diam?

"Saya berhutang penjelasan sama kamu, bisa kita berbicara di lain waktu?"

Kaluna tersentak, lalu tersenyum ramah.

"Boleh, om."

"Oke, kalau begitu nanti saya kabari kamu. Saya masih harus lihat kondisi anak nakal saya."

"Iya, om."

Kaluna menghela napas lega begitu Gerald masuk ke kantor polisi. Pria paruh baya itu sungguh di luar dugaan, Kaluna berpikir jika Gerald adalah pribadi yang cuek dan dingin.

Namun berbeda, pria itu kini bersikap ramah.

Travis mengeratkan genggamannya pada Kaluna, membuatnya tersadar jika sedari tadi lelaki itu menggenggam erat tangannya.

"Ayo pulang."

Senyuman manis Travis sempat membuat Kaluna salah tingkah, namun mengangguk mengiyakan ajakannya. Mereka berdua masuk kedalam mobil, meninggalkan area kantor.

Selama perjalanan, Kaluna bersenandung kecil sembari melihat kearah jalanan. Membuat lelaki di sebelahnya ini mengacak rambutnya.

"Udah lebih baik?" Kaluna mengangguk.

"Iya, gue lebih lega. Ternyata memaafkan bisa bikin gue selega ini."

Travis melirik, tersenyum bangga pada Kaluna.

"Lo emang baik banget, jadi pacar gue gimana?"

"Hah?"

Kaluna reflek menoleh dengan kedua alis yang terangkat, membuat Travis mendadak salah tingkah. Namun, tawa gadis itu meledak begitu saja.

"Lo keseringan nempel sama Sam jadi gini."

Lah, anjir. Dipikir gue bercanda kali, ya?

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

gimana kabar kalian? i hope u're fine today and better tomorrow🥰

jgn lupa vomment ya guys!!

teuba!!

TRAVIS • watanabe haruto (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang