TRAVIS 16

611 89 2
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Kaluna sudah terburu-buru untuk bersiap diri menuju sekolah. Ini semua karena semalam pulang terlambat, membantu Sinta membereskan kedai.

Terlebih lagi Travis menelepon dan berkata sudah menunggu di depan rumahnya. Lelaki itu bisa mengomel jika membuatnya menunggu terlalu lama.

Setelah selesai menyiapkan buku dan mempersiapkan dirinya, ia langsung keluar kamar untuk menghampiri Travis. Hal yang pertama ia lihat adalah Adrian yang sedang sarapan di meja makan.

Tidak sendiri, melainkan bersama seorang wanita yang sudah pasti wanita bayarannya.

"Dia anakmu, mas?"

Kaluna yang sudah sampai di ujung tangga, melirik kearah wanita itu.

"Keponakan."

Kaluna tersenyum miring mendengar itu. Adrian tidak menganggapnya sebagai seorang anak. Tak apa, ini bukan pertama kalinya Adrian berucap demikian.

Tanpa mengucapkan apapun, Kaluna langsung meninggalkan rumahnya. Ia menghampiri Travis yang menunggunya di seberang jalan. Belum menyebrang saja, dia bisa melihat ekspresi Travis yang bersiap mengomel pagi ini.

Lelaki itu bersandar pada mobil sambil melipat tangan di depan dada.

Setelah melihat ke kanan dan ke kiri, Kaluna buru buru menyebrang. Travis mendelik begitu tersadar dengan sebuah motor yang melaju dengan cepat dan seakan tak ingin berhenti.

Dengan sigap dia menarik Kaluna dan membawanya menabrak dadanya sendiri. Travis menghela napas lega saat motor itu melewati mereka berdua.

Mata tajam Travis menatap intens plat motor itu, merasa aneh dengan si pengendara. Orang itu seperti sengaja ingin menabrak Kaluna, dan itu membuat Travis curiga.

"Lo nggak papa?" Travis menatap penuh kekhawatiran pada Kaluna yang kebingungan di pelukannya.

"T-tadi kenapa?"

Travis menghela napas, melepas pelukannya dan mengelus kepala Kaluna dengan kasih sayang.
"Lain kali hati-hati kalau nyebrang. Ayo masuk, kita hampir telat."

Kaluna mengernyit heran pada Travis. Padahal tadi dia terlihat seperti ingin memakannya hidup hidup. Namun, sekarang lelaki itu menatapnya penuh khawatir.

Ia tak ingin berpikir lebih lama, memilih masuk kedalam mobil bersama Travis. Selama perjalanan menuju sekolah, lelaki itu terus diam seperti memikirkan sesuatu.

"Lo kenapa, Vis? Kebelet berak?" Tanya Kaluna.

Travis menoleh, memberi satu jitakan pada kepala gadis itu.

"Sembarangan. Gue lagi mikirin seseorang."

"Seseorang? Pacar lo?"

Travis menarik senyuman tipis "Calon."

"Lo sekarang gitu, deket sama cewek tapi nggak kasih tau gue."

"Emang lo nggak cemburu kalau gue deket sama cewek lain?"

Kaluna mengernyit, terkekeh dengan pertanyaan tak masuk akal Travis.

Cemburu katanya?

Mungkin untuk cemburu, dia tidak akan merasakam itu. Namun, sudah pasti dia sedikit tidak terima jika sahabatnya dekat dengan gadis lain.

Hey, apa itu bisa dikatakan cemburu?

"Nggak, lah. Gue nggak ada hak buat cemburu, justru gue seneng. Lo galau terus nggak punya ayang."

Travis menghentikan mobilnya ketika mereka sudah sampai di area parkir sekolah. Kepalanya menoleh ke arah Kaluna, tersenyum tipis dan sedikit maju untuk melihat wajah gadis itu lebih jelas.

TRAVIS • watanabe haruto (END) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz