TRAVIS 47

609 84 3
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Netra yang menatap nanar kearah pria paruh baya yang kini tak tegap lagi. Tubuh yang selalu dirawat dan gagah, kini tergeletak lemas tak berdaya di atas kasur. Dulu, ia mampu melakukan semua yang ia inginkan, tapi sekarang berjalan saja rasanya ia tak bisa.

Memang benar apa yang pepatah bilang, kau yang menanam, kau juga yang menuai.

Adrian kini mendapatkan atas apa yang sudah ia perbuat, sikap ketidakpuasannya atas nafsu kini membuatnya terdorong menuju ujung kehidupan. Ia tertawa dalam hati, menertawakan apa yang ia dapat saat ini.

Dia akui, dia memang bejat dan jahat.

Atau, sebut saja dia penjahat kelamin.

Berawal dia yang mengkhianati Anita, lalu menyakiti Farah hingga berakhir harus menikahinya dan meninggalkan Anita disaat kehamilannya. Lalu sekarang, Adrian yakin diantara para wanita bayarannya ada yang tengah mengandung anaknya.

Adrian ingat dan dengan sadar pernah 'kelepasan' saat melakukannya. Entah siapa dia, ia harap wanita itu bisa menjaga dirinya dan calon anaknya dengan baik.

Ia sangat bodoh, sudah ada tiga wanita yang ia khianati hanya demi menuruti nafsu semata. Anita, Farah dan Kaluna.

Ah, gadis itu.

Adrian merutuki sikapnya selama ini, menyakiti Kaluna dalam bentuk fisik ataupun ucapan. Selain gagal menjadi pasangan, dia gagal menjadi ayah bagi anak-anaknya. Sebelum tak berdaya seperti ini, Adrian bertanya-tanya mengapa ia melimpahkan semua kesalahannya pada Kaluna?

Bahkan gadis itu juga korban.

Semua kekacauan dalam hidupnya itu akibat ulahnya sendiri, menyakiti orang-orang yang berada di sisinya. Ia melirik kearah Kaluna, gadis itu menatapnya dengan sorot sedih.

Adrian tak ingin keluarga satu-satunya ini menatapnya seperti itu, karena jujur saja itu membuat hati Adrian teriris.

"K-kaluna...."

Kaluna langsung menunjukkan senyumnya pada Adrian. "Iya, pah? Papa butuh apa?"

Adrian menggeleng lemah, tersenyum sembari menatap anaknya penuh dengan kasih sayang. Untuk pertama kalinya, ia menatap Kaluna seperti itu disaat gadis itu tersadar. Selama ini, dia selalu menatap Kaluna dengan kasih sayang saat ia tertidur di kamarnya.

"Papa butuh kamu."

Kaluna terdiam sejenak, lalu mengernyitkan dahinya. "Kaluna ada disini, pah."

Adrian tersenyum. "Apa selama ini hati kamu baik-baik aja?"

"Kenapa papa tanya gitu?"

"Karena papa selalu nyakitin kamu, Nak. Nyakitin semua orang yang sayang sama papa, tapi papa nggak tau diri dan malah nyakitin kalian."

Adrian menghela napasnya, menelan ludah yang terasa sangat pahit di tenggorokannya.

"Papa emang jahat, udah banyak orang yang papa sakiti. Tapi pasti ada diantara mereka yang selalu maafin papa, dan Kaluna salah satunya."

Mata Adrian berkaca-kaca mendengar jawaban anaknya. Dasar dia ini papa tak tau diuntung, sejahat ini dia ternyata.

"Kira-kira, apa hukuman buat papa di akhirat ya, Luna?"

"Papa!" Kaluna menatap marah papanya, tak suka jika papanya mengatakan seperti itu.

"Jangan ngomong gitu, nggak baik. Papa pasti sembuh, kalau papa semangat pasti ada perubahan lebih baik lagi."

Adrian terkekeh, anaknya ini memang selalu menenangkannya. Tapi untuk kali ini, Adrian merasa ia sedang dihukum oleh Tuhan.

Bisa saja ia pergi dalam keadaan seperti ini 'kan?

TRAVIS • watanabe haruto (END) Where stories live. Discover now