TRAVIS 31

564 87 3
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Laptop yang terbuka menemani malam Travis kali ini, ditemani oleh secangkir kopi yang tersisa setengah. Di balkon apartemen Danny ia berada, menarikan jari jemarinya diatas keyboard. Berkutat dengan pekerjaan kantor yang tiba-tiba Jarvis berikan padanya.

Jarvis bilang, ini sebagai latihan sebelum dirinya benar-benar mengurus perusahaan nantinya.

Di dalam apart, sepupu sepupunya mencari hiburan dengan bermain ps. Terdengar teriakan Jun, dan John yang bersorak heboh seiring dengan cetakan gol yang mereka dapatkan.

Setelah meregangkan ototnya, tangan kokoh Travis meraih ponsel yang ia taruh di samping laptopnya. Jarinya menekan satu nama yang berada didaftar panggilan teratas, lalu menempelkannya pada telinga.

"Halo."

Senyum Travis terbit begitu saja hanya karena mendengar suara yang membuat penatnya hilang seketika.

"Lo lagi ngapain?"

"Gue dikamar aja sih, papa masih sakit jadi gue buat sementara nggak kerja."

Travis melirik kearah arlojinya, lalu menegakkan badan.

"Lo mau titip apa?"

"Hah? Lo mau kesini?"

"Iya, sekalian temenin gue urus file."

"Udah malem, Vis. Lo istirahat aja, filenya urus besok 'kan bisa."

"Nggak malem kok, masih jam 8. Pokoknya gue mau kesana, gue kangen soalnya."

"Travis anj-"

Tut!

Travis terkikik geli, membayangkan bagaimana ekspresi Kaluna yang mendelik.

Ah, pasti menggemaskan.

Dengan segera, Travis membereskan barang-barangnya dan menyesap sisa kopi miliknya. Kehadiran Kevin membuat pergerakannya terhenti, lelaki itu mengambil posisi dengan duduk disebelah Travis.

"Udah kelar kerjaan lo?"

"Belum, bang. Gue mau selesaiin dirumah Kaluna aja." Kevin sontak tertawa kecil mendengar jawaban adik sepupunya itu. Bukan tidak tahu tabiat anak satu ini, Kevin memahami jika Travis hanya beralasan mengerjakan tugasnya agar bisa bertemu dengan Kaluna.

Itulah yang dia lakukan dulu pada gadis itu.

"Lo belum bilang sama Kaluna?"

Pertanyaan Kevin membuat Travis menoleh, menaikkan sebelah alisnya dan menggeleng pelan.

"Gue nggak berani, gue takut hasilnya nggak sesuai harapan."

Kevin merangkul bahu Travis, menepuknya pelan seolah memberitahukan jika semua akan baik-baik saja.

"Dicoba dulu, Vis. Kalau lo kelamaan, Kaluna bisa diembat kapan aja. Usaha lo selama ini bakal sia-sia."

"Gue tau, gue bakal pelan-pelan buat kasih tau perasaan gue. Mau gimanapun jawaban dia, gue bakal dukung apapun itu."

"Udah gede juga lo, kalau dia jodoh lo, mau sejauh apapun dia pergi bakal tetap balik sama lo."

Travis tersenyum simpul "Thanks, bang. Lo selalu dukung apapun keputusan gue."

"Lo adek gue, anjir. Udah pasti gue dukung apapun itu asal bener, udah lo berangkat aja kerumah Kaluna. Keburu kemaleman."

Travis mengangguk, membawa barang-barangnya masuk kedalam ruangan. Namun sebelum itu, dia mengucapkan sesuatu sampai membuat langkah Travis terhenti seketika.

TRAVIS • watanabe haruto (END) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu