33. 🐼

18.5K 2.1K 905
                                    

Cermin di depan menunjukkan betapa bahagianya Lova pagi ini. Senyum di bibirnya terus merekah.

Tujuh tahun?

Ah, rasanya ini seperti mimpi! Akhirnya setelah sekian lama Kean minggat juga dari hidupnya.

Demi Tuhan. Perasaan bahagia Lova terus memenuhi relung hati. Ia sampai menangis kemaren saking bahagianya.

Waktu tujuh tahun sangatlah panjang.  Lova akan menggunakan empat tahun untuk kuliah, satu tahun untuk kerja, dan setelah itu langsung menikah agar Kean tidak bisa lagi masuk ke dalam hidupnya
Dan satu lagi, Lova akan memiliki anak yang akan membuat Kean mundur alon-alon. Itu pun kalau Kean masih ingat dan mau dengannya sih.

“Akhirnya aku bebas.” Lova tersenyum sampai giginya tampak. Ia memegang dadanya yang berdebar kencang.

“Bebas matamu, gue masih di sini. Gue tidurin juga lama-lama!” bentak Kean membuat mata Lova membola. Perempuan itu langsung menoleh dan menemukan laki-laki itu tengah guling-guling di atas kasur.

Hah? Begitu perasaan Lova. Perempuan itu langsung mengucek matanya dan untung saja Kean langsung hilang.

Lova langsung menghela napas lega. “Duh, Kak Kean gila nggak ya jauh-jauh dari aku?” monolog Lova kemudian tertawa malu. PDnya dirinya. Lova menggelengkan kepala.

“Nggak takut patah rahang lo? Dari Kemaren senyum aja. Bahagia banget lo lepas dari Kean.” Firhan geleng-geleng kepala. Ia ngeri sendiri melihat Lova, seperti orang sedang kasmaran, diam-diam termenung, senyum. Padahal aslinya ditinggalkan pacar.

“Seneng dong. Tersiksa banget aku sama Kak Kean. Suka marah-marah. Agak nggak waras. Gengsian. Jahat kayak setan. Tersiksa batin sama fisikku, Kak. Ibaratnya nih, aku habis keluar dari penjara. Masa iya nggak bahagia.” Lova kembali tersenyum lebar. Ia berlari kecil dan langsung memeluk sepupunya dengan erat.

“Kak, besok kalau kakak punya teman yang baik, tanggung jawab, punya pekerjaan tetap, ganteng, jangan lupa kenalin ke aku ya? Tapi nanti pas aku udah kuliah, biar selesai kuliah langsung tunangan, terus nikah hehehe.”

“Astagafirullah. Gue duluan ya, yang nikah. Awas aja kalau lo duluan.” Firhan menatap tajam sang sepupu.

Lova tertawa pelan.

“Lagian lo yakin banget tuh, Keanjing nggak bakal balik sebelum tujuh tahun.” Firhan geleng-geleng kepala. Feeling-nya mengatakan kabar Kean pindah itu cuma hoax.

“Doain aja, Kak. Semoga kak Kean di sana ketemu bule cantik, sexy, montok, terus lupa sama aku. Semoga juga kak Kean bucin banget sama, tuh, cewek terus nggak mau jauh-jauhan dan akhirnya netap di sana. Biar aku di sini makin bahagia.” Lova kembali tersenyum lebar, matanya sampai menyipit.

“Nanti nangeess,” ejek Firhan membuat Lova menekuk bibirnya.

“Mana mungkin. Aku malah nangis kalau kak Kean balik ke sini lagi.” Lova mendorong Firhan menjauh. Ia berlari mengambil tasnya yang terletak di atas meja belajar.

“Gue ikut senang atas kebebasan lo. Semoga tuh cowok gila nggak balik lagi.” Tak bisa dipungkiri kalau Firhan juga senang, tapi takut juga kalau ternyata itu benar-benar cuma hoax.

Lova menyelipkan rambutnya ke daun telinga. Matanya menyipit dengan bibir mencibir melihat nama Kean terlukis di dinding kamarnya. “Jelek banget namanya.”

Lova mengibaskan rambutnya kemudian berlari kecil menyusul Firhan yang sudah pergi lebih dulu.

SELAMAT DATANG DI KEBEBASAN!

***

“LANI!” teriak Lova memasuki kelas lamanya dengan girang. Ia tersenyum lebar saat menemukan sang sahabat tengah duduk di atas meja sambil makan jambu biji.

Prince of Devil [On Going]Where stories live. Discover now