21. 🐼

24.5K 2.5K 713
                                    

HOLAAAAAAAAAA 👋

Pasti udah banyak yang minggat. Sori kelamaan hehehew 😂

Rencananya aku mau rutin up ini lagi, kasihan udah dua tahun kayaknya nggak tamat-tamat

Jangan lupa tinggalkan jejak ya guysss 😚😚😚







Prince of Devil









Chapter 20






"Kak Kean ...." Lova mencoba menarik tangannya. Setelah meninggalkannya beberapa saat, Kean datang lagi dan menarik tangannya.

"Nggak usah berisik. Lo cukup ikut gue." Kean menahan kesal karena Lova seperti tidak betah ia pegang lama-lama. Ia kurang apa? Lova benar-benar tidak bisa bersyukur. Padahal di luar sana banyak yang mau ia pegang, sedangkan Lova ... sok jual mahal!

Lova tetap tidak bisa berpositif thinking. Memakai masker dalam keadaan sehat bugar sudah cukup menunjukkan akan ada yang tidak beres.

"Duduk!" Kean mendorong Lova untuk duduk di kursi makan. Ia lalu meraih sebuah botol yang sudah disediakan kemudian dibawa ke arah Lova.

"Gue mau ngasih lo ini. Cuma gue alergi sama baunya, tapi gue jamin lo bakal suka." Kean tersenyum licik.

Ia menyerahkan itu pada Lova. "Buka dan minum. Nggak gue kasih racun, tenang aja." Kean duduk di sebrang Lova.

"Kakak nggak lagi ngerjain aku 'kan?" Lova tetap khawatir. Walau demikian, ia membukanya dan beberapa detik setelahnya, semua yang ada di dalam perutnya hendak keluar.

Bau busuk menusuk-nusuk. Lova terbatuk hebat. Perutnya mual bukan main. Ia langsung berlari ke wastafel dan menumpahkan isi perutnya.

"Lo nggak papa?" Kean mendekat pada Lova. Perempuan itu tak mengindahkan pertanyaan Kean.

Melihat Lova muntah-muntah Kean tersenyum. Ia mengambil peran dengan memijat tengkuk Lova. Rambut Lova ia kumpulkan dan dipegang agar tidak mengganggu Lova.

Perempuan itu masih menumpahkan isi perutnya.

Menghidupkan air keran, Lova membersihkan mulutnya. Tubuhnya mendadak lemas, dan napasnya menjadi terengah karena kelakukan Kean.

"Kak Kean ...." Ada kesal yang tak bisa Lova sampaikan. Wajahnya menjadi pucat dan untuk menopang tubuh rasanya ia tak bisa. Ia hampir jatuh terduduk, tapi Kean segera memeluk perempuan itu.

"Lemas hm? Masih mual nggak?" Kean bertanya lembut. Ia meniupkan angin di leher Lova kemudian terbahak. "Lo lucu."

Lova mengembuskan napas tertahan. Ia melilitkan tangannya di pinggang Kean dengan kepala yang semakin masuk ke dalam pelukan Kean membuat laki-laki itu berusaha keras mengontrol detak jantungnya.

"Aku benci banget sama Kakak," lirih Lova nyaris tidak terdengar.

"Sayangnya gue nggak," balas Kean mengambil air hangat tanpa melepaskan Lova. Lova mendongak dan mengernyit membuat Kean langsung mendaratkan kecupan di dahi Lova.

"Benci itu benar-benar cinta kan? Sayangnya gue nggak cinta sama lo. Maksud gue itu, nggak usah mikir macam-macam," lanjut Kean memperjelas arti dari tiga kata yang ia ucapkan tadi. Ia takut Lova salah paham.

Lova ingin memekik kesal pada Kean. Benar-benar cinta? Oh tolong katakan pada Kean, jika laki-laki itu seharusnya kembali ke TK atau kembali saja masuk ke dalam rahim.

"Aku nggak suka sama Kakak." Lova kembali berkata.

Kali ini Kean tersenyum miring. Mengangsurkan segelas air hangat, Kean mengusap kepala Lova lembut. "Nggak suka? Yakin." Ia terkekeh. "Tadi malam aja lo tidur ngigo terus, bilang lo cinta mati sama gue lah. Bilang bakal nikah dan punya anak sama gue lah. Banyak banget, belum lagi, lo juga bilang bakal bunuh semua perempuan yang deketin gue," kata Kean penuh dusta.

Prince of Devil [On Going]Where stories live. Discover now