17. 🐼

26.9K 2.4K 695
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen ya Cantik!
🐼

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

“Ck! Padahal belum punya anak, tapi gue udah ditinggal aja. Harusnya tuh jadi istri nungguin suami bangun," decak Kean kesal saat tak menemukan Lova ketika membuka mata. Ia langsung bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi dengan membanting pintu sangat kuat hingga suaranya pun mengagetkan Lova di luar sana.

“Lova! Ke mana lo hah?! Ingat ya, walaupun lo udah jadi istri gue, lo tetap jadi babu gue! Jangan bertindak sesuka hati kalau nggak mau punya baby!” jerit Kean kesal. Ia yang mau membasuh wajah tidak jadi. Malas sekali rasanya. Jika punya istri kenapa harus cuci muka sendiri. Ia bisa menyuruh Lova.

“Aku di dapur!”

Kean berjalan dengan langkah lebar menuju dapur. Ia berkacak pinggang saat melihat Lova tengah memasak. Bisa-bisanya Lova bertindak sesuka hati seperti ini. Padahal ia tidak menyuruh Lova untuk memasak. Ia menyuruh Lova untuk membangunnya dengan cara yang menyenangkan.

Kean yang mau membuka mulut ingin memarahi Lova langsung mengatupkan mulut rapat. Ia jadi mengingat bagaimana kelakuan ayahnya dulu saat melihat ibunya memasak, dan tentunya dirinya ini diketahui masih tidur, padahal ia mengikuti secara diam-diam.

“Masak apa?”

“Kak Kean!” Lova tersentak kaget ketika tiba-tiba sepasang tangan Kean melingkar di pinggangnya. Sungguh, jantung Lova benar-benar tidak bisa berdetak dengan normal ketika merasa wajah Kean bersembunyi di ceruk lehernya.

Hembusan napas Kean di lehernya membuat Lova meremas spatula yang tengah di pegang.

“Masak apa, Ma?” tanya Kean usil.

Lova yang mendengarnya memerah. Ia mencubit tangan laki-laki itu dengan kuat. “Kak Kean apaan sih?!”

“Panggil pa dong!” balas Kean membuat Lova makin memerah wajahnya. Terlihat jelas sekali jika Lova baperan.

“Kak Kean ih ....”

Kean lalu tertawa lepas ketika kembali merasakan cubitan maut di tangannya. Ia menepuk puncak kepala Lova dengan pelan. “Anggap kita ini pengantin baru, Va.”

“Kenapa gitu?” Tangan Lova bergetar. Ia dapat merasakan tubuhnya dibalik menghadap Kean dan kecupan hangat mendarat di dahinya.

“Ya emang gitu. Hari satu sampai dua pengantin baru, tiga sampai empat lo hamil—”

Perkataan Kean terpotong oleh batuk Lova yang diakibatkan karena tersedak ludah sendiri. Wajah Lova sampai memerah lagi dibuatnya membuat Kean mendekatkan wajah.

“Lo butuh napas buatan?” tanyanya langsung dihadiahi oleh tamparan kuat pada punggungnya. Kean mendelik tidak terima. Ia menonyor kepala Lova sedikit kuat. Baru juga dua hari jadi istri, tapi kerjaannya sudah KDRT terus menerus.

Kean mengambil satu gelas air kemudian disodorkan pada Lova. “Bisa minum sendiri, ‘kan? Apa perlu minum pakai mulut gue?”

Lova tanpa pikir panjang langsung menenggaknya untuk meredakan batuk. Kompor dimatikan oleh Kean.

“Ngapain lo goreng ikan? Nggak takut? Ikan kalau digoreng suka ngajak perang,” omel laki-laki itu menarik tangan Lova untuk diperiksa.

“Aku nggak papa.”

“Nggak ada yang nanya kondisi lo, Lova. Gue mau lanjutin yang tadi. Hari ke lima sampai enam, ada pelakor, hari ke tujuh cerai. Simpel ‘kan?”

Prince of Devil [On Going]Where stories live. Discover now