19. 🐼

30.2K 2.6K 993
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya, Cantik 🐼

Sorry lama, saya ujian guys 🤧

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

Saat membuka mata, yang Lova dapat adalah tatapan datar dari Kean. Selanjutnya yang dia dapat adalah jitakan yang membuatnya mengaduh.

“Sakit ...,” rintihnya.

“Sakit ...,” ulang Kean dengan nada mengejek. Ia memutar bola mata mata muak. “Lo bohongin gue hah? Kanker kepala lo botak,” sungut Kean merasa marah karena dipermainkan. “Lo cuma kecapekan anj!”

Kean mengusap wajahnya kasar. Dia tidak melanjutkan perkataan dan lebih memilih untuk meneguk jusnya yang sialnya kurang menggoda dari  bibir Lova. Namun Kean masih bisa menahan. Dia tidak mau terlalu sering menyerang bibir Lova, hal itu akan menyebabkan dirinya melangkah semakin jauh. Bisa saja setelah keseringan kecup bibir, ia jadi melebihi batas, yang ada ia akan memberikan ayahnya cucu sebelum waktunya.

Sial! Kean meruntuk kesal karena Lova tidak ada niat menjelaskan.

“Lo nggak punya mulut?” tanya Kean sarkas.

“Aku belum selesai ngomong. Aku emang kena kanker, tapi di mimpi. Aku takut ....” Suara Lova bergetar. Dia terisak pelan. “Kalau aku beneran kanker gimana? Aku nggak mau ....”

Mimpi? Oh Tuhan, tolong izinkan Kean membenturkan kepala Lova di lantai atau paling tidak melempar Lova dari atas gedung dengan ketinggian yang bisa menyebabkan tulang Lova patah semua. Bisa-bisanya perempuan itu mengatakan ... ah sial! Kean semakin kesal.

“Goblok!” maki Kean menarik Lova ke dalam pelukannya saat tangis perempuan itu makin keras.

“Ak—”

“Mimpi buruk ngga boleh diceritain ke orang, Va. Gue aja mimpi lo nikah sama gue nggak pernah cerita ke siapa-siapa. Takut jadi kenyataan, itu mimpi terburuk buat gue,” kata Kean setelah memotong perkataan Lova.

Mimpi buruk? Tentu saja itu mimpi buruk. Bukan, bukan karena menikah dengan Lova, tapi karena di mimpinya akhirnya Lova memilih untuk meninggalkannya karena ... entah bagaimana ceritanya, di mimpi ia menjadi laki-laki itu yang dekil nan kismin alias miskin. Hal itu membuatnya murka. Bisa-bisanya mimpi mempermainkannya seperti itu.

“Aku mimpi Kakak bunuh ayah aku.”

Mata Kean langsung memelotot tajam. Ia segera mendorong Lova menjauh. “Gue bukan pembunuh!” Suasana hati Kean langsung memburuk. Ada sesuatu yang bergejolak begitu mendengar itu. Ia langsung bangkit dan melangkah pergi tanpa bisa dicegah oleh Lova.

“Mau ke mana?” Seorang wanita membuat langkah Kean terhenti. Napas laki-laki itu tidak beraturan kali ini. Melihat wajah yang sangat mirip dengan ibunya di saat ia sedang tidak baik-baik saja mendorong ia untuk menangis. Tentu saja Kean tidak mau, ia tidak mau terlihat lemah.

“Aku mau keluar sebentar. Titip istri,” kelakarnya untuk menutupi masalah hati. Kean lalu berlari pergi.

“Mimjem mobil.” Dengan tidak sopannya, Kean merebut kunci mobil secara paksa dari tangan Adis—sepupunya yang menjelma menjadi guru olahraga di sekolah.

Adis hanya bisa menggeram kesal. Anak itu memang tidak ada sopan-sopannya. Ia sampai sangat ingin memukul kepala Kean menggunakan martil. “Kalau sampai anak angkat gue lecet, gue bakal buat cewek lo lecet.”

“Banci lo Bang bawa-bawa cewek gue.” Kean tersenyum miring. “Gue nggak keberatan buat matahin tangan lo jadi seratus bagian.” Setelah itu Kean benar-benar pergi.

Prince of Devil [On Going]Where stories live. Discover now