10. 🐼

34K 2.7K 555
                                    

Harap dibaca agar tidak ada komentar lupa tokoh
•Deon adalah ketua kelas Lova dulu, yang ngantarin Lova pulang pas kabur dari arena balap.
•Lani = sahabat Lova di kelas lamanya.
•Karina = perempuan tukang bully di kelas Kean

Ngetik butuh tenaga, mood, dan kemampuan. Tolong hargai dengan vote dan komennya, Kawan.
Happy reading
🖤

"Pelan-pelan, Kak!" Lova menjerit saat mobil yang dikendarai Kean hampir menabrak sebuah truk di depan mereka.

"Brengsek!" Kean balas berteriak. Bukan, bukan untuk Lova, tetapi untuk ayahnya yang terus mendesak agar ia memberikan izin untuk menikah lagi.

Sampai kapan pun, ia tak akan membiarkan seorang pun menggantikan posisi ibunya. Sampai kapanpun. Ayahnya hanya boleh menikah sekali dan punya anak dari satu wanita saja. Tidak ada yang baru walau ibunya sudah meninggal.

Napas Lova terengah. Ia meremas tangannya. "Kak Kean ...."

"Lo bisa diam nggak sih, anjing?! Mau gue bunuh lo, hah?!" bentaknya menjambak rambut Lova.

"Sakit, Kak." Love merintih. Ia menahan tangan Kean yang terus menarik rambutnya.

"Makanya diam! Gue lagi nggak mood marah-marah sama lo, Lova." Kean membanting stir ke kiri saat hampir menabrak seorang pengendara motor.

Napas keduanya terengah-engah. Terutama Lova yang syok. Ia merasa akan mati tadi.

"Berengsek!" Kean kembali menjerit. Ia memukul setir mobilnya dengan emosi yang tidak bisa padam. Darahnya mendidih karena sang ayah.

Kean menjatuhkan kepalanya di atas setir mobil. Matanya terpejam setelah berhasil mengacak-acak rambutnya hingga berantakan. Kean berusaha mengontrol dirinya.

"Lo nggak papa?" Kean melirik pada Lova. Melihat wajah pucat gadis itu, Kean mengulurkan tangan untuk mengusap rambut perempuan itu.

"Semua gara-gara lo, harusnya lo nggak usah berisik." Kean mendesah pelan. "Tapi karena gue pemaaf, oke, gue maafin lo." Ia menepuk kepala Lova pelan. Mobil yang dikendarai kembali membelah jalanan.

Kean tidak mau disalahkan. Maka dari itu, sebelum Lova memarahi atau mengomelinya, ia menyalakan Lova lebih dulu. Toh, apa yang dikatakannya itu benar. Harusnya Lova tidak usah berisik. Emosinya sudah meledak, malah ditambah pula oleh Lova yang cerewet.

"Maaf." Lova menyandarkan tubuhnya pada sandaran bangku. Jantungnya masih belum mau berdetak dengan normal. Ia masih syok. Setelah takut karena omongan Kean tentang obat perangsang yang ternyata hanya omong kosong, kini ia takut akibat emosi Kean.

"Lo mau jagung bakar?" Rasanya Kean sangat baik hari ini. Tanpa menunggu jawaban Lova, ia sudah menepikan mobilnya dan turun untuk membeli jagung bakar.

Lova ikut turun. Ia membututi Kean yang sudah memesan jagung. Ramai, satu kata yang menggambarkan keadaan. "Kak Kean, aku harus pulang-"

"Lo bener-bener nggak bisa dibaikin ya? Lo itu babu gue, masih mending gue jadi majikan itu baik. Harusnya lo bersyukur. Gue lagi bad mood, jangan pancing-pancing gue buat lelang lo seratus ribu sepuluh jam." Kean menonyor kepala Lova kuat, tanpa peduli cibiran orang-orang yang tidak suka melihat tindakannya.

Lova meremas tali tas selempangnya. "Maaf."

Kean berdecak. "Lemah banget sih, Lova. Lo nggak mau ngelawan gue gitu? Lawan dong, keluarin jiwa-jiwa terpendam lo. Gue udah siapin banyak hukuman padahal." Kean merangkul bahu Lova membuat perempuan itu terdiam.

Ia merasa tidak nyaman. Namun saat melihat Kean mulai menghangat, ia urung melakukan itu. Lova tidak mau Kean marah lebih lama, atau ia pulang hanya tinggal nama.

Prince of Devil [On Going]Where stories live. Discover now