26. 🐼

24.7K 2.9K 983
                                    

Kean berkali-kali melirik arloji di tangan kirinya. Tangannya mengetuk-ngetuk paha lantaran Lova tidak keluar juga dari toilet. Padahal, jika dihitung-hitung ia berdiri di sini sudah sekitar sepuluh menit.

“Nih, cewek gue buang air kecil atau lahiran sih? Heran gue," gerutu Kean kesal. Ia langsung menggedor pintu. “LOVA KELUAR NGGAK LO?!” teriaknya menghantam pintu dengan kuat. “LO NGAPAIN DI DALAM HAH?! GILA LO, GUE UDAH BERDIRI DI SINI SETENGAH JAM!”

Aldi dan Yugo menarik napas. Setengah jam pantat ayam! “Baru tiga menit dua puluh detik, Bos. Goblok banget otak lo. Perlu disikat nih. Udah lihat jam padahal.”

Kean langsung melotot kesal pada Yugo yang mulutnya minta ditabok pantat sapi. Tiga menit dari mana, kalau cuma tiga menit doang ia pasti tidak serindu ini. “Lo yang goblok! Dasar goblok! Nggak bisa ngitung lo?! Masuk jurusan bahasa aja sana! Tolol!”

“Ya Tuhan, tambahkan kesabaran hamba sebelum tangan yang suci ini ngajak baku hantam.” Yugo mengelus dadanya. Siapa yang tolol, siapa yang dikatai. Memang dasarnya Kean tidak mau salah. Susah banget punya temen seperti ini. Untung diantara mereka bertiga cuma Kean saja yang seperti Dajjal, kalau Adli ikut-ikutan, bisa mati berdiri dirinya.

“Gue pulang deh. Nggak banget nunggu di depan toilet cewek kayak gini. Kayaknya mau mesum, njir.” Aldi bergidik.

Kean langsung melayangkan jari tengah. Yugo menatap sinis. Berasa ingin menabok mulut Aldi dengan pantat mulusnya. “Lo dulu juga gini njir. Setiap Dinda ke toilet ngitil terus, mana gue ditarik-tarik.”

Aldi mengibaskan tangan di dekat telinga. Malas banget untuk mengingat hubungannya dengan Dinda.

“Lova sialan! Keluar woy! Keluar! Gue dobrak juga nih pintu. Nggak tau apa Kean udah kangen berat sama lo! Kalau lo ngga keluar juga bisa mati nih, temen gue yang gengsinya lebih tinggi dari langit!” Yugo menggebrak pintu dengan tendangan.

“Kangen mata lo buta! Yang ada dia yang kangen sama gue.” Kean mendorong Yugo menjauh. Saat pintunya terbuka dan memperlihatkan wajah Lova, Kean langsung bersedekap dada.

“Ngapain aja lo di dalam? Semedi? Nyari cara biar gue cinta mati?” cerocosnya membuat Aldi dan Yugo istighfar. Susah banget memang mulut Kean bilang sesuatu dari hati terdalam. Aldi ingin sekali menonjok kepala Kean agar kegengsian sedikit berkurang. Kesal juga lama-lama. Padahal Lova tidak ada terlihat tertarik dengan cowok sinting yang kebetulan sahabatnya.

“Mana mungkin.” Lova membalas. Wajahnya masih tak enak dipandang semenjak statusnya berubah jadi pacar Kean. “Aku nggak ngapa-ngapain aja kamu udah cinta mati, kalau aku sampai ngapa-ngapain, kamu cinta sampai langsung mati.” Lova tidak mau menggunakan embel-embel kak lagi. Ia malah ingin pakai lo gue juga sekarang, tapi dari tidak enak didengar, sepertinya tidak perlu.

“PD lo," cibir Kean meraih tangan Lova cepat. “Gue tau, lo mau digenggam kan?”

Lova mengembuskan napasnya kasar. Ia lalu melangkah lebih dulu sementara Kean berjalan di belakangnya dengan menggenggam tangannya.

“Kayak anak kecil lo, Bos. Rangkul lah. Cium gitu, Lova pasti pengen tuh. Wajahnya kelihatan, asem banget. Lo kok nggak peka banget jadi cewek,” ungkap Yugo. “Eh, typo, cowok maksud gue.”

Kean menarik napas. “Minggat sana! Gue mau pacaran!” Kean mengibaskan tangannya. Ia lalu menarik Lova pergi dari sana.

“Mau jalan—”

“Aku mau pulang.” Lova menjawab lesu.

“Lo masih marah gara-gara tadi? Ayolah, Lova. Gitu doang, jangan marah lama-lama lah. Gue nggak bermaksud permaluin lo tadi, sumpah. Salah lo sendiri, ngapain di kolam renang nolak gue. Padahal gue udah minta baik-baik. Nggak usah lebay deh.” Jujur saja Kean kesal terhadap respon Lova terhadap hubungan mereka. Sudah jelas-jelas ia melakukan itu karena Lova jual mahal, tapi seakan-akan ia yang salah. Cih!

Lova menghentikan langkah. “Jujur deh, kamu suka kan sama aku?”

Kean menggeleng cepat. Enak saja! Ia tidak mau bilang suka pada Lova sebelum Lova dulu yang bilang kalau Lova suka padanya.

“Enggaklah.”

“Kalau nggak putusin aku dong. Aku nggak mau pacaran sama kamu. Nggak mau, ngga mau. Nggak mau banget!” Lova menyentakkan tangan Kean.

Kean mengibaskan kerah bajunya. Gerah menyerang. “Ogah! Enak aja. Nggak ada putus-putus. Gue nggak mau.”

Lova mengembuskan napas kasar. Satu, dua, tiga! Ia mendorong Kean kuat-kuat hingga laki-laki itu terjungkal. Lova langsung berlari kabur membuat Kean tertawa pelan.

“Kalau ketangkap bakal gue kurung lo di apartemen, terus kalau bisa gue nikahin.” Kean berlari cepat mengejar Lova.

Seringai tersungging dari bibirnya melihat Lova yang berlari. Hatinya masih gembira berbunga-bunga karena status mereka yang sudah menjadi pacar, terlepas dari Lova yang masih tidak mau. Masa bodo, yang terpenting semua orang sudah tahu Lova pacarnya.

BRAK!

Saking inginnya Lova menjauh dari Kean, perempuan itu sampai menabrak cowok yang jalannya sudah sempoyongan. Hingga berakhir lah mereka terjatuh bersama, dengan posisi Lova yang berada di atas dan cowok itu berada di bawah.

“LOVA!” Jiwa iblis Kean meronta-ronta. Berani sekali Lova melakukan ini. Sialan! Berasa besar kepala huh?! Ia langsung melangkah lebar membuat suasana menegang.

Semua orang yang berada di sana melihat akan adanya pertempuran. Rahang Kean yang mengerat disertai dengan kepalan tangan dan tatapan matanya sangat tajam.

“Cemburu nggak sih, dia?”

“Iyalah, gue lihat-lihat sebenarnya suka itu Kean, bukan Lova.”

“Lihat aja tuh, matanya. Kepala kayaknya juga bakal kebelah.”

Bisik-bisik terdengar tapi diabaikan oleh Kean.

Lova buru-buru bangkit. Jantungnya menggila di dalam sana. Ia merasakan kemarahan Kean menusuk punggungnya.

“Jalan pakai mata juga bisa nggak sih?! Nggak tau apa kepala gue mau meledak rasanya.” Cowok itu duduk dan memijat pelipisnya. Sial sekali hidupnya hari ini. Di tengah pusing yang melanda kenapa harus bertabrakan, sampai jatuh pula. Kalau sampai pingsan mau ditaruh di mana wajahnya.

“Ma—KAK KEAN!”

BUGH!

Kean menendang dada laki-laki sialan itu dengan kuat hingga membuatnya terjungkal ke belakang dan Lova memekik kaget.

Kean benar-benar marah. Ia tidak terima ada yang menyentuh Lova. Apalagi sampai seintim tadi. “Bedebah. Mati aja lo!” Kean menarik kerah baju cowok itu dengan kasar lalu memberikan bogeman mentah.

Pandangan cowok itu mengabur dan akhirnya pingsan, tapi Kean tidak puas. Ia terus memukulnya tanpa ampun membuat Lova panik bukan main.

“Kak, berhenti dong. Aku mohon berhenti. Berhenti! TOLONG!” Lova menjerit. Ia menarik tangan Kean tapi tidak berhasil sama sekali. Ia malah didorong dengan kasar dan berakhir jatuh.

“An, udah, woy! Udah!” Yugo yang ditinggal Aldi langsung berlari mendekati sahabatnya yang sudah dalam mode iblis. Cowok di bawah Kean sudah babak belur bukan main tapi sahabatnya tetap tidak mau berhenti.

“Diam lo babi!” Kean menyentakkan tangan Yugo kuat. Deru napasnya memburu. Emosinya masih belum surut sama sekali. Ia membalikkan tubuh dan menatap Lova tajam. “Sialan!” umpatnya melihat Lova yang menatap takut padanya. Perempuan itu sudah menangis.

“Lo sentuh cowok lain lagi, gue patahin tangan lo. IYA! GUE CINTA SAMA LO, PUAS?!”

TBC
SPAM NEXT DI SINI!

aku hanya bisa menulis segini, jadi tolong hargai, karena akhir-akhir ini aku emang nggak bisa nulis panjang, 1k kata aja kadang butuh dua jam


Prince of Devil [On Going]Where stories live. Discover now