03. 🐼

45.5K 3.7K 618
                                    

Lova mendengar, ia mendengar perkataan Kean yang ingin menjadikannya bahan taruhan, dan tentu saja Lova takut. Ia berjalan cepat dan sedikit berlari saat bel pulang berbunyi.

"Pokoknya aku harus kabur," gumam Lova takut.

Tanpa ia sadari, Kean sudah menunggunya di depan kelas. Laki-laki itu hanya tersenyum remeh melihat Lova yang berusaha kabur.

"Memang bisa?" Laki-laki itu tersenyum devil. Yugo dan Aldi sibuk makan ciki-ciki dengan tatapan lurus pada Lova yang tampak ketakutan.

"Hahaha, lucu banget kalau lagi lari, kayak Aldi pas dikejar anjing, canda anjing." Yugo tertawa puas melihat Lova berlari mirip Aldi saat lari dikejar oleh anjingnya saat itu.

"Lucu lagi pas lo dikejar janda, canda janda hahaha." Aldi tertawa ngakak. Bayangkan, janda dengan body bahenol mengejar-ngejar Yugo minta dinikahi, karena Yugo yang terus ngomongin janda. Bilang janda menggoda lah, janda lebih hot lah, janda inilah, janda itu lah.

Ketiga cowok itu kemudian tertawa bersama mengingat itu. Terlebih Yugo, bayangin itu masih terus menghantuinya. Apalagi saat ia tersungkur dan masuk got, rasanya menang pahit, tapi lucu saja saat mengingatnya.

"Udah, gua nggak mau babu itu kabur," ujar Kean menghentikan tawanya. Ia jalan lebih dulu dari pada teman-temannya.

"Ayok, Bos. Kan nggak seru kalau Aldi yang dijadiin ganti."

Sementara, Lova sudah sampai di gerbang. Napasnya terengah-engah akibat lari dari lantai tiga. Ia mengedarkan pandangannya. Menunggu angkot terlalu lama, jadilah ia memilih untuk menghentikan taksi saja. Ia segera masuk dan menyebutkan alamat rumahnya.

"Cepetan ya, Pak," pinta Lova memohon.

Brak!

Belum sempat sang supir menjawab. Sebuah helm melayang menghantam jendela mobil dengan kuat yang membuat Lova maupun Pak Supir terkejut bukan main, terutama Lova yang semakin menggigil ketakutan.

"Itu siapa, Dek? Bapak mohon, Dek. Kalau Adek ada masalah jangan libatin bapak, bapak teh orang susah, bapak nyari uang buat makan bukan nyari masalah."

"Lova, keluar! Atau mau gua ancurin nih, mobil busuk!" teriak Kean membuka pintu dengan kasar.

"Maaf, Kak." Lova menunduk takut saat Kean sudah membuka pintu itu. Ditatapnya Lova dengan tajam kemudian dengan sekali hentakan, ia menarik gadis itu keluar dari mobil, menariknya menuju parkiran.

"Sakit, Kak." Lova meronta, cengkraman pada tangan Lova semakin mengerat. Kean tak perduli. Jika saja sang supir itu perempuan, ia tak mungkin semarah ini.

"Jangan berani kabur lagi, atau tau sendiri konsekuensinya!" peringat Kean tajam. Ia membanting tubuh Lova kuat di sisi mobil membuat gadis itu meringis kesakitan.

Kean membukakan pintu mobilnya, kemudian mendorong tubuh Lova masuk di dalam sana dengan kuat. "Ngerti nggak?!" bentaknya.

"Ng--erti, Kak."

Kean mengunci mobilnya kemudian berlari kembali memasuki sekolah, tanpa peduli jika aksinya tadi mendapat perhatian khusus dari para siswa dan siswi yang tadi juga berada di parkiran.

Jika kalian bertanya kemana perginya Kean. Dia pergi ke toilet untuk menuntaskan hasrat buang air besar. Terkadang panggilan alam memang tak bersahabat dengannya.

Yugo dan Aldi lebih dulu pulang setelah memberikan helm kepada Kean tadi. Bukan tak setia kawan, tapi memang Kean yang meminta. Ia ingin Lova menjadi urusannya sendiri saja.

Lova yang menunggu Kean di dalam mobil menangis sesegukan. Begini kah nasibnya di Jakarta? Tak terasa, karena lelah, ia tertidur hingga Kean kembali ke mobil dia menemukan Lova yang tertidur dengan wajah sembab.

Prince of Devil [On Going]Where stories live. Discover now