23. 🐼

22.6K 2.4K 537
                                    

🇭‌🇦‌🇵‌🇵‌🇾‌ 🇷‌🇪‌🇦‌🇩‌🇮‌🇳‌🇬‌

Kean memutar bola matanya malas. Ia memungut baju olahraga yang dijatuhkan oleh Lova.

“Mau ke mana?” Ia menarik rambut belakang Lova membuat gadis itu merintih kesakitan dan sontak menghentikan langkahnya.

“Sakit ih.” Lova menahan tangan Kean.

‘Sialan, kenapa sih, bangsat?!’ Kean merutuk kesal di dalam hatinya. Bisa-bisanya hanya dengan bersentuhan saja ia merasa nyaman, murahan sekali perasaannya.

Kean menepis tangan Lova. Ia membalikkan tubuh Lova dengan kasar.

“Apa? Aku kan udah minta maaf.” Lova memajukan bibir bawahnya yang sialnya terlihat sangat menggemaskan di mata Kean.

“Lo pikir maaf aja cukup?” Kean bertanya dengan dingin. Ia menyorot dengan tajam. Wajahnya mendekat pada wajah Lova hingga berjarak beberapa senti saja.

“Kakak nggak boleh kasar sama aku." Lova berjinjit, ia mendekatkan wajahnya di telinga Kean. “Kan ceritanya aku masih istri Kakak ...,” kata Lova dengan lirih.

Kean tersenyum miring mendengarnya. Ia memiringkan tubuhnya hingga bibirnya langsung menjangkau pipi Lova. “Kita cerai, sekarang lo babu gue lagi.” Ia lantas mundur.

Lova menatap Kean dengan polos. “Beneran?” tanyanya yang membuat Kean tertawa.

Dilihat-lihat, sepertinya Lova ini sudah jatuh cinta padanya. Lihatlah tatapan matanya itu. Pasti di hati perempuan itu menjerit-jerit menolak diceraikan.

Ah, ayolah! Pesonanya memang tidak bisa ditolak.

Kean menarik Lova ke dalam pelukannya. “Gue harap kita bisa jadi tuan dan babu yang baik. Pelukan perpisahan.”

Lova terdiam. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Mulutnya terasa kelu.

Kean mengurai pelukan dan melangkah mundur. Ia meraba sakunya. “Lo mau bunga nggak? Gue iseng ngambil di taman, cocok buat lo yang lagi patah hati.” Kean mengulurkan sebuah bunga mawar merah dan juga cokelat.

Lova mengerjapkan matanya. “Ak—”

“Lama, nggak usah gengsi. Toh ini gue ngasihnya karena gabut bukan karena hati. Terima aja.” Kean tidak mau ditolak. Ia memaksa Lova menerima bunga dan cokelat pemberiannya.

“Makasih.” Lova akhirnya menerima karena takut Kean ngamuk.

Kean berdeham. Ia lantas berlalu pergi meninggalkan Lova dengan langkah santai. Baju olahraga Lova tadi kini sudah ia sampirkan di bahu.

“Kak Kean, bajuku!” Lova berteriak yang membuat Kean memutar tubuhnya.

Laki-laki itu mengambil baju Lova. “Baju ini?” Ia tersenyum miring. “Ambil aja kalau bisa.”

Kean melanjutkan langkahnya. Ia memutar-mutar baju olahraga Lova di atas kepala membuat Lova langsung berlari.

”Bawa sini, Kak!” Lova berjinjit. Kean dengan senang hati menyodorkan pipinya hingga kena kecup Lova.

Prince of Devil [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang