Sesampainya di parkiran kampus aku bergegas masuk mobilku, merutuki diriku sendiri mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, saat aku memergoki Adit yang sedang berselingkuh di depan mataku, "haah.... pait! pait! pait banget"
--------------

Author Pov's

Suasana makan malam ramai seperti biasanya. Diana masih fokus dengan makanan yang ada di depannya.

Ini sudah seminggu sejak terakhir Diana bertemu dengan Adit dan memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Bukan, bukan Adit yang tidak mau menemui Diana. Tapi Dianalah yang selalu menghindar ketika lelaki itu mencoba bertemu dengannya.
'sudahlah buat apa aku terus menerus bersedih memikirkan Adit. Tidak ada gunanya' batin Diana.

"Diana..." suara papa membangunkannya dari lamunan.
"iya pa..?"
"malam ini kita akan kedatangan tamu. kamu siap - siap ya sayang, jangan buat papa malu." kini tatapan papa begitu intens padanya.
Diana mengernyitkan keningnya bingung " siapa pa? kok sepertinya tamu penting? Lagi pula, kapan Diana pernah buat papa malu, heh?"

"oh.. itu hari ini teman baik papa semasa papa masih kuliah dulu yang mau datang kesini. Makanya kamu jangan membuat papa malu, apa lagi dengan wajah kamu yang terus - terusan seperti orang yang baru putus cinta itu" celetuk papa. Sementara Diana hanya melengos mendengar kata - kata terakhir papa. Dia juga bingung, terkadang celetukan papanya itu sesuai dengan kenyataan. Apa jangan – jangan papanya punya bakat menjadi seorang cenayang?
"sudah sekarang semuanya cepat habiskan makan malamnya. Lalu bersiap - siap menyambut tamu kita"


Setelah selesai dengan makeupnya yang tidak terlalu menor, Diana sedang asik memilih - milih baju apa yang akan dia kenakan, saat ketukan pintu menginterupsi kegiatannya dan muncullah wajah Sela yang langsung duduk di pinggir ranjangnya. Memerhatikan Diana yang tidak kunjung selesai.

" Mbak... udah selesai belum? tamunya udah sampe tuh"
Diana kembali melanjutkan kegiatannya memilih baju apa yang akan ia pakai. "dek menurut kamu, mbak pake baju yang mana? Lagian nih ya, mba bingung deh gak biasanya papa minta mba dandan gini, Cuma karena teman papa mau dateng?" kini menghadap ke Sela.
" Mbak tuh pake apa aja cantik kali..." sahut Sela yang tersenyum sambil menaik turunkan alis nya.
"ih kamu nih ya... malah ngerayu. Mbak serius La" singut Diana.
"yang mana aja asal cepet mba, papa udah nyuruh turun tuh" suara teriakan papa Handoko sayup - sayup terdengar yang memanggil Sela dan Diana. Kemudian Sela segera berdiri dan turun ke ruang tamu.

Akhirnya Diana memutuskan mengenakan terusan berwarna peach yang panjangnya selutut. Setelah dirasa cukup, Diana bergegas keluar dari kamarnya.

Saat mendekati tangga, suara tawa dari lantai bawah begitu jelas di telinga Diana. Sambil berjalan turun, samar - samar Diana melihat sosok pria yang membuatnya tidak bisa berpaling dari wajah tampannya dan semakin mendekati tangga terakhir wajah itu semakin jelas dan Diana membeku di depan anak tangga terakhir.

"Ehm.." suara papa membawa Diana kembali ke kesadarannya. Diana yang tersadar segera menundukkan wajahnya yang mulai merah karena malu.
"kenapa diem saja Diana? sini cepat" panggil papa Handoko. Diana segera duduk disamping Sela dan memberikan senyuman pada teman papanya itu.

"nah ini loh anak kami yang paling cantik. Diana kenalin pak Baskoro, bu Ayu dan anak mereka yang ganteng Ricardo Verdan Baskoro. Ayo salim sayang dan perkenalkan diri kamu nak." pinta mama sambil tersenyum manis pada Diana. Sementara adiknya Sela yang sedari tadi duduk di samping mama Teri hanya senyum - senyum penuh arti kepada Diana.

Perasaan Diana tiba - tiba aneh, seperti ada yang sedang ditutup - tutupi oleh keluarganya. Namun segera perasaan itu ditepis oleh Diana.
"i..iya Ma. malem tante, om. Saya Diana, Diana Melisa Handoko" menjabat tangan mereka satu persatu dan melemparkan senyum termanis nya.
Tangan Diana disambut baik oleh pak Baskoro dan bu Ayu bahkan bu Ayu sampai tersenyum penuh kelembutan dan kehangatan pada Diana
"hm.. Ricardo, panggil saja Ricard" sahut nya dingin tanpa ekspresi bahkan tersenyum sedikit pun tidak lalu segera duduk meninggalkan Diana yang masih berdiri beku di depannya.

'wajahnya sih ganteng banget dan sekilas mirip malaikat yang turun dari lagit walaupun gue sendiri belum pernah liat si.. tapi, idih ampun deh sombong banget' batin Diana.

"Ricard kok kamu gak sopan kaya gitu si? Aduh nak Diana maafin anak tante ini ya. Dia kalau depan perempuan cantik kayak kamu emang suka malu." tante Ayu menatap sinis pada Ricard, yang di balas dengan tatapan jengahnya Ricard.
" iya tante gak apa kok. Mari silahkan duduk om, tante".
"Sebenarnya anak om sama tante ada dua. satu lagi perempuan namanya Sisi tapi gak bisa dateng malem ini karena ada urusan yang gak bisa di tinggal" jelas tante Ayu kembali.

Sementara aku hanya manggut - manggut mendengarkan uraian tante Ayu. Diana menatap Sela yang masih bingung dengan sikap adiknya yang sedari tadi tak henti - hentinya tersenyum aneh kepada Diana.

"dek kamu kenapa si, kok dari tadi senyum - senyum terus ke Mbak? ada yang aneh ya sama mbak? apa make up mba malem ini terlihat berlebihan " bisik Diana.
"enggak ada apa - apa kok mba, mba cantik banget malem ini, aku aja sampe pangling" bisik Sela kemudian terkekeh kecil.
"ih kamu ni ya... Mbak serius dek, senyum kamu itu seperti ada yang disembunyikan" selidik Diana. Sela kembali menahan tawanya saat melirik Diana dan menggeleng.

"Ehm!" suara papa Handoko membuat Diana terdiam. "gini Diana ada yang mau papa dan mama bicarakan dengan mu" sambung papa.
Diana mengernyitkan keningnya menatap kedua orang tuanya secara bergantian.
"mau bicara apa Pah? Mah?"
papa Handoko menarik nafas dalam sebelum melanjutkan omongannya.
"Begini sebenarnya tujuan papa dan mama mengundang keluarga Pak Baskoro kemari, ingin membicarakan lebih lanjut masalah perjodohan kamu dengan Ricard".

Mata Diana terbuka lebar yang makin memperlihatkan jelas warna coklat pada matanya. Mulutnya sedikit terbuka setelah mendengar penjelasan dari papanya.

"iya sayang gimana? pilihan mama dan papa gak mengecewakan kan..?" kini giliran mama yang angkat bicara.
Diana mengedarkan pandangannya pada semua orang "mak... maksudnya perjodohan itu apa Pa, Ma?" dengan terbata - bata.
"ya kamu dan Ricard kami jodoh dan kalau bisa si.. mau mama sampai ke pelaminan, kami sudah merencanakan hal ini dari sangat lama." jelas mama masih dengan senyuman diwajahnya.

Sementara Ricard yang mendengar hal itu seolah - olah tak mau ambil pusing malah terkesan acuh tak acuh. Dia hanya memperhatikan Diana sekilas lalu kembali sibuk dengan gadget miliknya. Mengecek setiap email yang masuk.

"Ma... Pa... ini maksudnya apa si... kenapa gak tanya dulu sama aku? Mama dan Papa gak bisa seenaknya gitu dong mutusin hal sepenting ini" dengan nada yang mulai emosi Diana menatap kesal pada orang tuanya.
"justru karena hal ini penting Diana dan karena kami menginginkan hal yang terbaik baik untuk kamu, kami melakukan ini semua" tegas papa Handoko.
" tapi Pa... Diana"

tiba - tiba tante Ayu memotong kalimat Diana "loh kok jadi malah ribut gini si... Diana kamu gak boleh gitu sama orang tua. Kamu boleh kok mikirinnya dulu sebelum menjawabnya. Jangan tergesa - gesa mengambil kesimpulan. Sementara ini kamu dan Ricard bisa saling mengenal dulu satu sama lain" ujar tante Ayu dan masih menatap Diana penuh kelembutan dan harap.

"iya Diana mama setuju dengan ucapan Ayu. Lebih baik kamu sekarang mencoba mengenal satu sama lain. Setelah begitu kamu baru boleh mengambil keputusan." kini tangan Mamanya telah memegang kedua pundak Diana berusaha meyakinkan dirinya.

Diana masih tak percaya dengan apa yang baru Ia dengar beberapa menit lalu di ruang tamu ini. Dia di jodohkan dengan lelaki yang menurutnya tak menganggap ini sebuah hal penting, lalu melemparkan pandangannya pada Ricard.

'apa hal ini bukan hal penting baginya? kenapa ia bisa begitu santai menghadapi ini semua? apa dia menerima perjodohan ini sehingga ia bersikap seperti itu?' wajah Diana terlihat begitu sedih seketika. Diana seakan kehilangan seluruh tenaganya.

"Maafkan Diana Ma.. Pa.. semuanya. Diana pamit ke kamar. Diana sangat lelah hari ini" kemudian berjalan menuju kamarnya meninggalkan semua orang yang masih menatapnya terkecuali Ricard yang masih tak peduli dan masih asik dengan dunianya sendiri.

--------------

halo.. halo.. balik lagi. votemment nya jangan lupa ya :)

u

Love My C.E.O !!! (The End)Där berättelser lever. Upptäck nu