lima puluh dua. (DARENZA)

Mulai dari awal
                                    

“Lo pelukin mulu, gimana dia bisa makan?”

Darenza berdecak tak suka, lalu melepaskan pelukannya dari pinggang Vi. Wajahnya yang baru diangkat dari bahu Vi itu terlihat malah tertekuk seperti menahan kesal.

“Sana makan.” Darenza melirik sekilas ke Vi dan Adit. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Gayanya persis menunjukkan orang merajuk dengan muka datar dan bibir yang menipis.

Fiona yang sedang membuka makanan yang baru datang ini, ia menyenggol Gemi yang duduk di sebelahnya. “Si Darenza ngambek kali?”

“Bisa bahaya nih. Auto disuruh bayar semua makanan yang udah kita pesen ini,” timpal Gemi.

“Bisa jadi Gem,” sahut Fiona berbisik.

Gemi beralih ke Lana. “Cowok lu bangunin macan tidur aja dah.”

“Cowok gue? Siapa?” tanya Lana bingung.

“Adit.”

Pletak...

Pelan tapi mendarat pasti di kening Gemi. “Sakit, anjir!”

Lana hanya meliriknya datar.

Vi mengembuskan napasnya lelah melihat Darenza yang berpaling muka. “Mau peluk lagi?” tanyanya seraya menyentuh lengan Darenza.

“Gak. Lo makan aja,” kata Darenza.

“Lo makan juga. Gua suapin mau?”

Darenza langsung menoleh dan menurunkan tangannya dari depan dada. Ia mengangguk antusias. “Mau.”

Vi ikut tersenyum senang mendengarnya.

“Untung pawangnya ada di sini ya,” ucap Gemi ke Fiona yang dibalas anggukan kepala.

🔥🔥🔥

Lagi asik makan, pintu rumah Mahesa terdengar diketuk dari luar. Dengan malas Mahesa mau tidak mau bangkit berdiri untuk melihatnya.

Sampai di depan tamu yang tiba-tiba datang ke rumahnya—Mahesa mengernyit bingung. Wajahnya tidak familiar di benak Mahesa, itu yang membuat bingung.

Tamu itu mengatakan teman satu sekolahnya Bondan dan datang ke sini karena ingin memberi barang yang dipinta Bondan. Otomatis Mahesa masuk lagi ke dalam rumahnya memanggil Bondan.

“Temen sekolah lo nyariin tuh. Katanya mau ngasih barang,” ucap Mahesa ke Bondan seraya duduk kembali di atas karpet.

“Oh dia udah dateng.” Bondan bangkit berdiri.

“Barang apaan tuh yang dimaksud,” celetuk Elis sambil mengunyah ayam yang ada di tangannya.

“Mau tau aja urusan pangeran lo,” tukas Bondan.

Elis mengetukkan kepalanya berulang kali lalu beralih mengetuk meja di dekatnya. Mulutnya bergerak menyumpah serapah Bondan yang sudah berjalan pergi.

“Ntar naksir beneran mampus lo.” Mahesa menoyor kepala Elis.

“Gue? Naksir sama Bondan? Mustahil kali,” ketus Elis.

“Kalo sampe lo naksir sama Bondan, gua yang bakal ketawa paling kenceng,” sinis Mahesa.

“Apaan sih lo gak jel--”

Prang...

“Eh, apaan tuh?” ucap Fiona.

“Suaranya dari depan, ayo samperin.” Lana bangkit berdiri dan meninggalkan makanannya. Kakinya berlari kecil menuju asal suara.

Suara yang mereka dengar berasal dari depan pintu rumah Mahesa. Di sana terdapat Gemi, Bondan, dan satu orang laki-laki yang tadi ditemui Mahesa.

Minuman kaleng yang berada di dalam kantong, mereka berserakan keluar di atas lantai teras. Gemi menjatuhkannya.

Gemi terlalu syok mendapati orang di samping Bondan. Wajah Gemi menegang, tubuhnya kaku, dan lututnya seakan lemas begitu saja.

Keringat dingin mulai bercucuran di pelipis Gemi kala laki-laki di depannya tersenyum miring dan berjalan ke arahnya.

“Stop! Jangan ngedeket!” teriak Gemi.

Gemi sungguh tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Tubuhnya bergetar, matanya mulai berkunang-kunang.

TBC

MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN SEMUANYAAA!

Selamat lebaran yaaa untuk yang merayakannya, walaupun aku ngucapinnya agak telat, wkwk.

Dan selamat liburan jg!

Jgn lupa abis baca cerita DARENZA kasih vote, komen, dan share cerita ini ke temen-temen kalian jg, biar cerita ini makin dikenal bnyk orang dan makin disayang bnyk orang, hehe.

Follow jg akun Wattpad akuu dan akun IG ku, kali mau temenan nih boleh @sanitrasvtr

-see u😙💗

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang