lima puluh satu. (DARENZA)

Start from the beginning
                                    

Jerico membalikkan sendok dan garpu di piring—pertanda ia sudah selesai makan. Lalu, tak lupa mengelap mulutnya menggunakan tisu.

“Ngomong-ngomong ya, kita belum kenalan lebih jauh loh Vi,” tutur Jerico.

“Oh iya Om..” Vi meminum air di gelas terlebih dulu sebelum melanjutkan ucapannya.

Vi membuka mulut...

“Ngapain kenalan lebih jauh? Mau digebet juga gadis yang seumuran sama anaknya?” ketus Bondan.

Darenza di tempatnya, ia mengembuskan napasnya capek. Gimana caranya ngasih tau temannya itu supaya nada bicaranya tidak terlalu ketus pada orang yang lebih tua.

“Kamu kadang suka ngada-ngada ya, 'kan Papa sudah punya Nadira.” Jerico menanggapi ucapan Bondan dengan kekehan.

“Gak ada yang lagi ngelucu Pa.” Bondan melirik sebentar Papanya.

C'mon son! Relax. Kenapa tegang banget sih?” Jerico merangkul bahu Bondan.

“Jadi, gadis manis yang rambutnya di kepang satu ini asalnya dari mana?” tanya Jerico.

“Om lupa apa beneran gak ngenalin aku ya?” Vi tertawa kikuk.

“Oh ya? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Jerico melepaskan rangkulannya dari bahu Bondan.

“Namaku Saviza Evelyn Lucio Om,” cetus Vi.

“Hah?” Jerico menegakkan badannya. “Kamu anaknya Tuan Warren Lucio? Beneran nih?”

“Iya Om anaknya Bapak Warren dan Ibu Ilmira,” kata Vi.

“Wah udah lama ya kita gak ketemu, kamu sekeluarga apa kabar? Emm, terakhir ketemu waktu di rumah sakit itu ya dan kamu kelihatan masih kecil waktu itu.” Jerico mengenang kembali masa lalu mereka.

“Iya Om udah lama banget kita gak ketemu. Jadi, pantes sih kalo Om gak ngenalin aku. Dan kabar aku sekeluarga baik-baik aja Om,” jelas Vi.

“Nanti Om ajak Bondan untuk mengantar ke rumahmu, sudah lama juga tidak bertemu dan menyapa Tuan Warren,”

“Silakan saja Om, pintu rumah terbuka lebar menyambut Om,”

“Lalu, kamu sekarang satu sekolah dengan Bondan?” tanya Jerico.

“Nggak Om. Aku sekolah di Grana bareng Darenza juga Adit. Dan aku kenal Bondan juga karena sering main sama mereka,”

Jerico mengangguk paham.

“Sesi tanya jawab ditutup. Ayo ke atas.” Bondan berkata jutek sembari memundurkan tempat duduknya. “Kok diem? Ayo Dit main PS sama gue.”

Adit yang namanya disebut, ia jadi serba salah. Diliriknya Bondan yang sudah melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, diliriknya Jerico, beliau mengangguk dan tersenyum tipis.

“Tolong bantu beri pengertian ke Bondan ya,” pintanya.

“Saya usahakan Om,” ucap Adit seadanya.

“Darenza juga bakal bantuin bicara baik-baik ke Bondan Om,” ucap Darenza.

“Vi juga Om bakal bantu,”

“Makasih ya. Yaudah sana kalian sudah ditunggu Bondan di atas,”

“Yaudah Om, permisi, kita naik dulu,” pamit Darenza, Vi, dan Adit.

Setelah sisa berdua di meja makan, Jerico kembali menggenggam tangan Nadira. “Kamu yang kuat ya sama sifat Bondan. Lambat laun pasti dia juga bakal nerima kamu sebagai ibu sambungnya. Sekarang maklumin aja dulu si anak keras kepala itu.”

DARENZA [END]Where stories live. Discover now