Chapter 48 : Love or obsession?

Start from the beginning
                                    

Dada Lukas berdenyut nyeri melihat Sera seperti sekarang. "Maafkan aku. Jangan menangis."

Melihat Lukas kembali mendekat, Sera mengambil pecahan kaca. "Aku akan mengakhiri hidupku jika kau mendekatiku!" Sera bersiap menyayat pergelangannya dengan pecahan kaca itu.

Lukas menghentikan langkah. "Sera—" menelan salivanya dengan susah payah. "Jangan lakukan itu, aku mohon."

"Aku sangat kecewa padamu, Lukas! Aku begitu mempercayaimu selama ini. Menganggap dirimu sosok penting dihidupku, sosok paman— atau kakak. Kita bersaudara, kita tumbuh bersama sejak usiaku 7 tahun. Saudara! Tidak lebih!" Bentak Sera.

Lukas berwajah pias, tubuhnya luruh ke lantai— bersandar ke ranjang. Menatap Sera dari posisinya, "Sera, aku begini karena setelah menikah kau melupakanku. Kau tidak bergantung lagi padaku. Aku merasa kehilanganmu. Aku mendefinisikan ini cinta. Aku mencintaimu. Aku selalu menginginkanmu bersamaku, seperti hari-hari sebelum kau sebelum menikah."

Melempar kaca yang ia gunakan untuk menakut-nakuti Lukas ke dekat pria itu. "Cinta atau obsesi?" Sera menghapus air mata yang menggenangi wajahnya.

"Cinta." Sahut Lukas dengan cepat. Iris matanya mengunci wajah Sera.

"Setelah aku menikah kau menyadari perasaan cintamu?" Tanya Sera kemudian.

"Ya." Lukas menjawab jujur. Keduanya berbincang dari jarak beberapa meter saat ini.

Diam sejenak sebelum berkata. "Cinta akan selalu mengharapkan hal-hal yang terbaik datang pada seseorang yang dicintainya. Orang yang terobsesi dengan seseorang, akan selalu dihantui dengan perasaan tidak tenang, bahkan cemburu buta."

"Aku belum selesai!" Potong Sera ketika Lukas ingin membuka suara.

"Tidak tenang dan cemburu setelah aku menikah? Memiliki ketakutan yang tidak rasional akan kehilanganku? Itu obsesi! Kau tega melakukan segala cara demi mewujudkan keinginanmu tanpa mempedulikan akibatnya." Kata Sera panjang lebar.

Lukas termenung. Ia memang tidak begitu memikirkan akibatnya, termasuk reaksi kakaknya jika mengetahui hal ini. Yang ada dipikirannya, ia menjauhkan Sera dari Zola agar Sera selalu bersamanya, selamanya. Namun ia kecolongan, ternyata Sera menyentuh tabletnya dan membaca email masuknya, membuat Sera mengetahui segalanya.

Jauh dilubuk hatinya, beberapa hari ini Lukas dilanda keraguan. Sudah sejauh ini namun Sera terus memikirkan Zola. Ia pun takut jika Zola dapat keluar dari segala kerumitan yang sudah dibuatnya, jika terjadi tentu Zola akan mengambil Sera kembali darinya.

Dan, Lukas sudah buntu menjauhkan keduanya dengan cara apalagi. Tidak mungkin secara terang-terangan menunjukkan bahwa dirinya memiliki perasaan pada Sera, itu akan membuat Sera berubah sikap padanya. Memaksa Sera agar Sera mencintainya disaat ia tahu Sera mencintai Zola? Atau mungkin menyekap Sera seumur hidup agar selalu bersamanya? Lukas tidak mungkin melakukannya karena hal itu akan menimbulkan kesedihan di diri Sera.

"Kenapa diam?" Sera kembali bersuara. "Baik katakanlah kau mencintaiku. Tapi jika aku tidak bisa mencintaimu? Apa yang akan kau lakukan? Memaksaku agar menerimamu? Menyakitiku? Memaksakan kehendakmu? Memperkosa...,"

"Omong kosong!" Sela Lukas penuh penekanan. "Aku menganggapmu orang yang paling berharga didunia ini! Aku tidak mungkin melukaimu! Jika ingin bersikap tidak bermoral padamu, sudah kulakukan sejak dulu!" Ucap Lukas dengan menggebu.

SerafinaWhere stories live. Discover now