Chapter 10 : Peeved

75.4K 8.1K 420
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen 😂 biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Dari atas sana, Sera menatap nanar pintu ruang kerja Zola. Ia melihat Zola dan Julia masuk ke dalam sana dan ini sudah puluhan menit, tapi keduanya belum juga keluar. Mata Sera berkaca-kaca, pikiran-pikiran kotor memenuhi kepalanya.

Mungkin keduanya sedang memadu kasih— berbagi kenikmatan. Ingin sekali masuk ke dalam sana dan memergoki perbuatan mereka. Jika ia lakukan maka hatinya akan semakin tersayat. Bukankah dirinya sudah berjanji ingin melupakan Zola? Kenapa sampai hari ini belum terlaksana juga?

Sera merintih karena tiba-tiba lukanya berdenyut nyeri tak tertahankan. Ia memilih masuk ke dalam kamar. Bahkan hingga sekarang dirinya belum sempat berganti pakaian karena sibuk menatap pintu ruang kerja Zola.

Pantas dokter dan Zola berkata demikian, ternyata rasanya memang tidak terjabarkan. Tidak terasa, air mata menetes karena rasa sakit ini.

Seorang pelayan masuk begitu dipersilahkan. Pelayan tersebut baru saja diminta datang kemari oleh Zola. Pelayan meletakkan air putih pada nakas yang berada di dekat ranjang.

"Ma'am, anda menangis?"

"Astaga, ini sakit sekali. Tolong ambilkan obat." Pinta Sera dengan terus merintih.

Pelayan membantu Sera untuk minum obat.

"Tolong hubungi dokter untuk kemari." Pinta Sera kemudian.

"Baik, Ma'am." Pelayan itu segera keluar dari kamar Sera. Ia menuruni tangga dengan tergesa. Merasa iba pada majikannya karena wajah Sera terlihat sangat menyedihkan.

"Kenapa?" Zola bertanya pada pelayan yang baru saja menuruni tangga.

"Ma'am kesakitan dan meminta di panggilkan dokter, Signore." Pelayan menjelaskan dengan sopan.

"Tidak perlu memanggil dokter, mungkin efek biusnya sudah hilang." Ujar Zola. "Kau boleh beristirahat." Perintah Zola pada pelayan.

Pelayan hanya mengangguk, kemudian undur diri dari hadapan Zola.

Zola melirik Julia, "Kenapa masih disini?"

"Wanita manja!" Julia yakin Zola mendengar ucapannya. Ucapan yang jelas ia tujukan untuk menyindir Sera.

Julia bangkit dari duduknya. "Saya permisi." Pamitnya.

Zola hanya terdiam, tidak menjawab. Baru saja ia memperingatkan wanita itu untuk bersikap profesional, tapi Julia justru menyindir Sera.

Begitu Julia keluar, Zola menaiki tangga menuju kamar Sera. Membuka pintu kamar tanpa permisi. Zola menghampir Sera yang sekarang terbaring meringkuk.

Sera membuka mata, "Kenapa kemari? Dimana pelayan yang kuminta memanggil dokter?"

"Dokter tidak bisa menghilangkan kesakitanmu. Kau sudah minum obat kan?" Ujar Zola, berdiri di dekat ranjang Sera.

SerafinaWhere stories live. Discover now