#043

297 15 10
                                    

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

Lambaian angin tampak menyisir pelan dedaunan, menemani cahaya pagi. Awal pagi yang dirasa sempat membawa aura kesuraman sekarang berbeda, tampak membawa getaran gaduh memenuhi ruang dada Raga.

Wajah tampan Raga yang biasa tertutup helm fullface saat mengemudi kini terpampang nyata melalui kaca spion. Rambutnya ikut mengayun seiring embusan angin.

Mata foxy Raga diam-diam mengamati Nacha dari kaca spion yang sengaja diarahkan pada gadis jelita itu. Benar-benar menenangkan membuat mood Raga berangsur membaik. Apalagi saat melihat wajah Nacha disapu habis oleh angin, membuat beberapa helai rambut melambai menerpa wajahnya.

"Ada yang salah sama gue?"

Raga terkejut mendengar suara Nacha yang kini sudah menatap Raga lewat kaca spion. Cowok itu langsung membuang muka, kembali memperhatikan lurus ke depan.

"Cuma bingung," jawab Raga setelah berhasil menormalkan wajah terkejutnya. Tentu itu bukan jawaban pas yang harus Raga katakan.

Nacha mengernyit, "Karena?"

"Kemana Nevan, tumben hari ini nggak sama dia." Pada akhirnya Raga bertanya, meskipun dia sudah mengetahui jawaban atas pertanyaannya sendiri.

"Ada hal penting yang harus Nevan urus dulu."

Pembohong yang handal.

"Ga!" Terdengar suara bass dari salah satu teman seperjuangan Raga. Raga menoleh, mendapati Dito yang sudah menyebelahi kemudinya.

"Trabas aja atau mau belok basecamp?"

"Nggak akan ke kejar sih waktunya. Kurang lima menit, gerbang udah ditutup," kata Jalu ikut menyambar ucapan Dito.

Nacha melirik arloji yang melingkar ditangan kirinya.

Sementara Raga tampak kembali menatap spion, memandang Nacha sembari berkata, "Jangan sampai bolos. Ada hal yang harus gue kelarin di sekolah." Lalu, kemudian mata foxy nya kembali menatap lurus jalanan.

Nacha menggigiti bibir bawah ketika mendengar jawaban Raga yang tidak sesuai ekspektasi. Padahal Nacha mengharap Raga bisa membawanya ke basecamp untuk bolos. Karena sungguh, pagi ini mood sekolahnya dibuat berantakan oleh insiden saling kejar pencuri.

"Ga?" Nacha menepuk bahu Raga kemudian.

Raga melirik spion, "Hmm?" katanya terdengar lembut.

"Eum ... lo yakin kita pilih opsi sekolah aja?"

Raga memicing, berpikir sejenak mencerna arah maksud dari ucapan Nacha. "Lo ... " kata Raga menggantung. "Lagi nawarin diri buat bolos?" lanjutnya tersenyum licik.

"Bukan sih, lebih ke pengin cari aman aja. Lagipula kita kan habis kejar-kejaran sama pencuri, cape 'kan? masa rela mau di hukum lagi karena kasus terlambat." Nacha berasumsi panjang lebar.

"Terus?"

"Ya terus, kita bisa pilih opsi basecamp kalian dan ... luka lo juga bisa di obatin disana 'kan?"

Detik berikutnya Raga terkekeh, "Kali ini gue kurang setuju. Karena, ada satu janji sama diri gue sendiri buat kelarin urusan di sekolah."

"Mungkin bisa dicoba lain waktu." Tambah Raga, setelahnya tak mengizinkan Nacha untuk mendebat keputusannya lagi.

•••

Sesampainya di perempatan, Raga membelokkan motor ke arah kiri. Ia tampak memasang wajah datar saat mengetahui gerbang Adhistama memang sudah tertutup rapat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 07, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Raga Where stories live. Discover now