#005

897 411 403
                                    

Warning⚠️⚠️
Bijaklah dalam berkomentar sayang♥️

Dengan kalian vote cerita ini, kalian sudah menghargai karya author,Big Thanks 💐
___________________________________________

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

Aksi kejar-kejaran di dalam gang antara kedua anak SMA Adhistama dan enam orang anak SMA Laskar tidak sampai menempuh waktu berjam-jam. Sekarang, Nacha dan teman satu sekolahnya itu sudah keluar dari gang panjang tersebut.

Sempat buntu kemana lagi jalur yang harus dipilih, karena hanya ada dua jalur. Dimana jalur kiri adalah tempat pembuangan sampah yang dipenuhi dengan barang reyot rongsokan. Sedangkan, jalur kanan seharusnya menjadi jalur pilihan terbaik, sebab tembusan itu adalah jalan raya. Banyak kendaraan yang berlalu-lalang, otomatis akan memudahkan dalam perihal meminta bantuan.

Namun, alih-alih memilih jalur kanan rupanya jalan pikir lelaki Adhistama itu sedikit nyeleneh, ia memilih untuk ambil jalur kiri. Karena, menurutnya tidak mungkin para anak Laskar sudi untuk memasuki tempat ini, mengingat bahwa kondisi tempatnya yang kumuh dan tidak terawat.

"Sssttt..," desis lelaki Adhistama itu, memberi isyarat supaya Nacha diam dan tidak menyuara.

Tampaknya dugaan laki-laki itu benar, terdengar beberapa langkah yang semakin menjauhi keduanya. Bisa dipastikan para berandal Laskar memilih jalur kanan.

So, tandanya keduanya telah aman sekarang.

"Huh," lenguh cowo Adhistama ini sambil mengelus dadanya, pertanda lega. "Andai aja tenaga gue masih full, udah gue hajar para berandal brengsek itu!"

Sadar situasinya sudah lebih aman, lelaki Adhistama itu segera melonggarkan genggaman jemarinya. Lalu manik tajamnya langsung menatap intens bola mata Nacha, tatapannya seolah mau menerkam mentah-mentah gadis itu. Raut wajah laki-laki itu berubah, menatap penuh amarah pada sosok Nacha. Sedangkan yang ditatap hanya menunduk.

"Shit! Lo udah bosen hidup? Udah berapa kali sih gue bilang ke anak Adhistama, terutama buat para cewe. Untuk jangan berani lewat gang itu saat malem, lo sadar ga sih betapa bahayanya anak Laskar! Inget kan slogan mereka? 'Pantang Melepas Sebelum Mencoba'. Gila lo, cuma-cuma ngasih nyawa buat mereka! Tau kan? harga diri lo tuh mahal."

Sorry for that, gue juga gatau kan? maklum anak baru.

"Hell!" umpatnya ketika kedua netra laki-laki itu tidak sengaja menangkap kancing teratas Nacha yang sudah terbuka. Cepat-cepat pria itu mengalihkan pandangannya. Lalu, dilepasnya seragam sekolah yang ia kenakan hingga menyisakan kaos hitam polos yang melekat pada tubuh si pria.

"Nih." Laki-laki itu menyodorkan seragam sekolahnya, "Pake seragam gue, kancing baju lo udah rusak. Cukup dobel aja, ga perlu diganti." Mata elang laki-laki tersebut masih enggan menatap gadis itu.

"Ga us..."

"Jangan ngebantah!" ujar lelaki itu tegas.

"Lo turuti aja kata-kata gue, gue gamau lo kena sasaran para preman kurang duit disini," tambahnya dengan nada geram.

Mendengar sentakan itu Nacha langsung mendobel seragam sekolahnya dengan seragam sekolah milik laki-laki tersebut.

"Terima kasih," tutur Nacha, penampakannya terlihat lebih aneh sekarang. Tentu saja, karena seragam laki-laki itu punya ukuran yang jauh lebih besar dibanding seragam miliknya.

"Simpen dulu makasih lo. Biar gue anter cari bang ojek."

Nacha tidak mendebat lagi, ia memilih manut, membiarkan laki-laki itu berjalan memimpin. Sementara Nacha hanya membuntuti dari belakang sampai mereka menemukan pangkalan ojek terdekat.

Raga Where stories live. Discover now