#030

289 59 131
                                    

Siap vote dan ramein kolom komentar??
Gass,ngeengg🛵🛵

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

Beberapa menit berlalu, sekarang Nacha dan Nevan sudah duduk manis saling berhadapan di dalam bianglala serupa dengan sangkar burung.

Diam-diam Nevan memperhatikan Nacha yang tengah menikmati permen kapas. Atensi gadis itu menyisir keramaian sekitar. Sampai tidak sadar bahwa Nevan telah lancang memandangi wajah ayunya.

"Boleh gue pegangin boneka beruang lo?" tawar Nevan. Ia hanya ingin membiarkan Nacha menikmati permen kapas dengan tenang. Begitupun Nacha yang dengan senang hati memberikan bonekanya pada Nevan.

Jegleg!

Bianglala yang mereka naiki mulai bergerak perlahan. Sontak, Nacha langsung memegangi tangan Nevan.

"Eh, sorry," lirih Nacha, buru-buru menjauhkan tangannya. Suasana mendadak berubah menjadi canggung.

Terlebih saat semilir angin malam bertiup pelan menyapu wajah Nacha, menerbangkan tiap helaian rambut gadis itu. Nevan merasa kalah, jantungnya bergetar.

Wahai jantung, bisa lebih santai aja nggak sih?!

Nacha tidak kalah gugup dengan Nevan. Ia tidak sanggup bila harus memandangi makhluk tampan di hadapannya saat ini.

Tapi, apa boleh buat Nacha juga tidak mau terus diam tidak menyuara.

Sampai pada akhirnya ...

"Cha?"

"Van?"

Mereka sempat tertegun beberapa saat, saat menyadari bahwa keduanya memanggil disaat yang bersamaan.

Nevan terkekeh, pun dengan Nacha yang merasa bahwa situasinya berubah menjadi awkward sekarang.

"Permen kapas?" tawar Nacha, mengulurkan permen kapas ke arah Nevan. Namun, sebelum itu Nacha telah menoel sedikit untuk dirinya sendiri.

"Bentar, ada sesuatu di rambut lo," sela Nevan, hal tersebut membuat Nacha yang hendak menyuapkan sejumput permen kapas ke dalam mulutnya tertahan.

"Apa, Van?"

"Ssstt diem." Jarak diantara keduanya semakin dekat, bahkan lebih dekat sekarang. Tubuh Nacha terkunci oleh tatapan tajam mata Nevan.

Deg!

Sejumput permen kapas yang berada di tangan Nacha rupanya menjadi sasaran empuk bagi Nevan.

Nacha menelan salivanya berulang kali, menatap secara bergantian tangan dan juga wajah tidak berdosa Nevan. Laki-laki itu dengan santai memakan permen kapas yang berada di tangannya.

"Thank you," kekeh Nevan.

"NEVAN!!" cicit Nacha, lalu memukul lengan Nevan, membuat tersangka meringis sakit. "Dasar modus!" protes Nacha.

Nevan tertawa, lalu berucap. "Manis." Pipi gadis itu merona. Cepat-cepat ia memalingkan wajah, lalu segera menatap langit.

"Cha, liat deh!" seru Nevan, seraya berpindah ke samping Nacha. "Liat bintang itu!" tunjuknya kemudian.

Bianglala terus bergerak untuk putaran kedua, sedang berproses menuju puncak. Nacha mendongak, melihat bintang yang ditunjuk oleh Nevan.

 Nacha mendongak, melihat bintang yang ditunjuk oleh Nevan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Raga Where stories live. Discover now