#036

224 34 41
                                    

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

Mencintai lo itu sama kaya main hujan, awalnya gaduh, seneng lalu bahagia, kemudian setelahnya jatuh sakit.
[Tertanda, Nacha]

•••

Malam ini cukup menyenangkan bagi manusia perkumpulan dari Adhistama, merayakan kemenangan Raga melawan pemain judo di klub bertarung. Basecamp Adhistama dibuat gaduh tidak karuan, bercecer beberapa bungkus makanan di lantai. Belum lagi botol cola yang berserakan di meja. Asap rokok mengepul tersebar di udara, riuh suara kian terdengar saling saut-menyaut. Seperti dengung lebah yang sedang membangun kerajaannya. Sungguh, berisik.

Pukul sepuluh malam lewat lima belas.

Nevan terlebih dulu pamit pulang, sudah sekitar lima kali cowok itu mendapat panggilan dari Ibundanya. Nevan sudah pergi sejak sore tadi bersama Nacha, mereka menghabiskan waktu bersama. Setelah urusan datingnya selesai, dia langsung ikut bergabung menuju basecamp.

Tapi, bukan itu alasan utama Nevan pulang lebih awal dari temannya yang lain. Hanya saja, cowok itu harus menuruti permintaan neneknya yang sekarang sedang menginap. Mengingat Nevan adalah satu-satunya cucu tersayang.

"Hati-hati, bro!" Beberapa dari yang lainnya melambaikan tangan. Nevan menanggapi dengan senyum. Ia lekas tancap gas menuju istana kediamannya.

🍂

Malam yang gelap ditemani macan besi miliknya. Nevan berkendara menelusuri jalanan kota. Mata indahnya terarah untuk menatap setiap pandangan malam di kota yang sibuk ini.

Motornya terus melaju mengikuti instruksi dari sang pemilik. Hingga akhirnya, ban motor itu berhenti kala Nevan menarik rem motor mendadak. Tepat beberapa meter dari sebuah halte bus yang sepi, mata Nevan menangkap seorang gadis yang sedang terduduk di bangku halte. Wajahnya ditutupi oleh kedua telapak tangan. Meski begitu, Nevan bisa mengenalinya walau lewat perawakan saja.

Nevan melepas helm. Lalu, perlahan melangkahkan kaki untuk membuat jarak antara dia dan si gadis menjadi lebih dekat. Seseorang yang selalu memenuhi ruang pikirannya sejak pertama kali jatuh cinta.

Nevan pun duduk di bangku halte sebelah si gadis. Dengan begitu jelas, Nevan mendengar isak tangisnya. Entah apa yang sudah terjadi, Nevan harap sedang terjadi hubungan yang tidak baik antara si gadis juga kekasihnya.

"La ... "

"Lala ...?"

Deg!

Jantung Nevan seolah berhenti sejenak kala gadis bernama Lala Zalvana itu menurunkan kedua telapak tangan dari wajahnya lalu mengarahkan tatapan pada Nevan.

Keduanya saling memandang dari jarak yang tidak begitu jauh, tapi juga tidak terlalu dekat. Kembali jantungnya berdetak dengan cepat.

"L-lo kenapa?"

Nevan bertanya, mata Lala begitu sembab. Gadis ini memang sedang tidak baik-baik saja.

"Sejak kapan lo disini?" Lala malah balik bertanya, ia tidak menghiraukan pertanyaan Nevan. Refleks tangannya menghapus sisa air mata di pipi.

Raga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang