#021

391 105 316
                                    

Siap vote dan ramein kolom komentar??
Gass,ngeengg🛵🛵

Btw part ini panjang gaes:'((

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

"Hari ini saya mau ambil nilai ulangan kalian!"

"APA?!!"

Bak dihujam oleh jarum bertubi-tubi, seisi kelas menjerit kesetanan, frustasi, histeris dan kaget. Perkataan paling anti di kelas IPA 1 ini, ulangan mendadak? matematika pula!

Mikir apa tuh guru, sampai pantatnya aja belum mendarat untuk duduk tapi sudah menyuruh semua murid mempersiapkan diri dengan ulangan dadakan matematika.

"Matimatian ini judulnya, shit!" gerutu Dito yang sudah kalap dengan otak yang kurang dari 1MB.

"Yah, Bu! Masa dadakan gini ulangannya. Kalau nilai kita jelek gimana dong?" Nara, siswi cantik bersuara nyaring itu angkat bicara. Tapi, alhasil hanya mendapat pelototan tajam dari Susi.

"Ucapan saya tidak bisa diganggu gugat titik!" Begitulah tutur katanya.

"Kita ada PR yang belum dibahas loh, Bu! bahas PR aja lah, ulangannya diundur!" Jalu mendadak jadi profokator.

"Iyaa, Bu!" seru sekawanan manusia di dalam kelas, menyetujui ucapan Jalu. Lebih tepatnya cari aman.

"Tidak! PR akan tetap di kumpulkan di meja saya. Kita bahas bersama setelah ulangan."

Tanpa bisa diganggu gugat, Susi pun segera membagikan lembaran soal matimatian itu kepada siswa-siswi nya.

"Dikerjakan! Bukan cuma diliatin, apalagi sampai diilerin! Waktunya dari sekarang!"
kata Susi seraya membenarkan posisi kacamatanya yang melorot.

Karena, sebelumnya mereka tidak belajar tentu saja raut kebingungan setengah mati terlihat dengan jelas. Dito mulai mengacak-acak rambutnya frustasi, Jalu cuma bisa santuy ngupil mencari harta karun barangkali dapet secercah pencerahan jawaban, sedangkan murid yang lain beraneka ragam dengan kegiatan masing-masing.

Ada yang bikin naskah cerpen di kertas, ada yang merem, ada yang mainan pulpen di ketuk-ketuk meja, ada yang celingukan cari contekan, dan masih banyak lainnya.

Berbeda halnya dengan orang pinter bentukan kaya Raga dan Nevan sesekali menyelipkan pulpen di kupingnya. Namun, sedetik kemudian beralih menjawab soal.

"Sstt! Nara, bagi jawaban nomor 1!" bisik Dito pada Nara yang memang duduk di hadapannya.

"Masih bersih lembar jawaban gue, nih!" kata Nara jujur seraya menunjukkan lembar jawaban yang belum tersentuh tinta pulpen.

"Ah tai lo!"

"Dih, anak bego!" cibir Nara emosi melihat perilaku tidak tahu diri Dito.

"Sstt! Ga... Raga!" bisik Dito ganti target yang lebih menjamin.

Raga menoleh, menaikkan kedua alisnya pertanda 'Apa?'

"Nomor 1!"

"Emang bego lo, Dit!" Raga mencibir sebelum akhirnya menunjukkan jari tengah yang berarti jawabannya ialah 'B'.

Jalu yang sedari tadi cukup licik mengamati pembicaraan Dito dan Raga sontak langsung ikutan menjawab 'B'
Jalu sudah hapal betul kode-kode ilmiah menyontek dari Sang Pakar.

"Cup, Ucup! diem-diem bae. Bagi isi njing!"

Jurus ngorek-ngorek hidung dengan jari kelingking langsung Ucup perlihatkan pada Dito. Ngupil untuk pertanda jawabannya adalah 'C'

Raga Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu