#015

448 124 267
                                    

Warning⚠️⚠️
Bijaklah dalam berkomentar sayang♥️

Dengan kalian vote cerita ini, berarti kalian sudah menghargai karya author, Big Thanks💐
_________________________________________

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

Semua jagoan Adhistama sudah terkumpul di tongkrongan termasuk Nevan yang sempat berniatan pergi bersama Nacha.

Ada sekitar ratusan dari jumlah siswa laki-laki Adhistama telah berkumpul di dalam basecamp kelewat luas itu. Zargas sang panglima tempur membuka mulut.

"Tau kenapa gue manggil kalian kesini?" tanya Zargas, seraya merogoh dan mengambil korek gas di dalam kantong kemeja hitam yang ia kenakan.

Rokok yang terselip pada mulut, Zargas sungut bagian ujungnya. "Kita bakal serang markas laskar nanti malem," kata Zargas.

Anak buah Zargas hanya menyimak ucapan Zargas. Mereka sudah bersiap untuk tempur melawan berandalan laskar malam ini.

"Sekarang, gimana kondisi Bang Chairil di rumah sakit?" Raga bertanya seraya menyungut ujung rokok dengan korek.

Ya, Chairil. Teman sekelas Zargas yang berhasil menjadi korban keroyokan anak laskar hingga terkapar di rumah sakit.

"Tepar," jawab Zargas singkat.

"Kronologi kejadian dia di keroyok gimana, Bang?" Putra, anak kelas IPS 2 membuka suara. Mencoba kepo dengan insiden yang terjadi.

"Gue belum tau dia di keroyok sebrutal apa sama Laskar. Gue cuma dapet kabar dari adiknya, kalo dia di hadang dan digebukin anak Laskar waktu mau besuk ibunya di rumah sakit," jelas Zargas.

"Yang pasti sangat brutal! satu banding banyak, men!" Ambon menimpal, teman yang selalu bersama dengan Zargas kemanapun. Pemilik rambut keriting dan berbadan gelap itu terlihat sangat tidak terima atas insiden tergebuknya Chairil.

Ambon menghela napas sebelum akhirnya berbicara, "Lo semua tau ibu Chairil lagi sakit. Musibah dia kaya jatuh ketimpa tangga pula! anak sama ibu sekarang sama-sama di rumah sakit. Gila! bayangin aja posisi dia ada sama lo,"

"Dan sekarang cuma ke sisa adiknya, mana masih smp! bisa apa dia ngurusin dua orang tepar di rumah sakit. Bokap nya udah ngga ada, kebayang nelangsa Bondan gimana," Ambon iba dengan situasi yang menimpa Chairil. Emosi Ambon meletup-letup kala itu. Ingin rasanya Ambon mejebleskan kepala anak laskar satu persatu ke aspal jalanan.

"Gue ngga mau tau! malam ini Laskar harus ada yang bernasib sama kaya Chairil! bahkan tewas kalo bisa," ucap Zargas, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal, ingin mencuatkan amarahnya segera.

"Gue setuju. Kasih pelajaran setimpal, kalo perlu tewasin ketua sukunya!" Raga menyetujui ucapan Zargas. Dia mendukung penuh aksi baku hantam kali ini. Karena, anak Laskar sudah kelewat batas menyakiti orang yang saat itu tidak punya perlindungan.

"Gue perlu bawa linggis?" celetukan Dito sontak mendapat tatapan tidak percaya dari ratusan mata di dalam basecamp.

Jalu mencibir, "Jangan harap lo pulang setelah aksi ini, masuk penjara!" Agaknya candaan Dito terlalu ekstrim untuk di coba.

"Edan sia mah, paculnya aja sekalian," kata Oyib senior kelas IPS 3. Laki-laki bertingkah gelay bak putri kerajaan tiga dimensi.

"Samurai aja, tebas satu-satu." Nevan ikut berkomentar, yang membuat semua orang bergidik ngeri.

Zargas palah terkekeh atas pola pikir teman-temannya, lalu menyeru, "VIP jalur neraka lo semua, anjing!"

"Lo pikir kita lagi simulasi buat jadi bibit sikopet apa?!" Raga iku menyeletuk yang berbuah pahala dengan membuat orang tertawa. Setidaknya mereka bahagia dengan lelucon sampah para berandal Adhistama.

Raga Donde viven las historias. Descúbrelo ahora