#041

184 13 0
                                    

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

Keesokan harinya ....

Kicau burung menyambut pagi yang begitu cerah. Pagi ini, Raga sudah bersiap untuk berkegiatan. Ia bergegas mengenakan jaket jeans bermotif coretan tidak jelas tapi tetap terlihat keren.

Raga langsung meraih tas dan keluar dari kamar dalam gerakan cepat. Bersiap menyambut Bunda di dapur.

Sesampainya di dapur terlihat Salma sedang mencuci beberapa alat masak yang baru saja ia gunakan. Sementara di meja makan sudah tersaji menu sederhana dengan citarasa ala restoran bintang sepuluh.

Raga menarik kursi, lalu duduk. "Selamat pagi, Bunda," sapa Raga halus. Tanpa ragu, ia menyambut kedatangan makanan diatas meja dengan ceria. Cowok itu bahkan langsung mempersiapkan sendok di tangan kanannya.

Salma menoleh sekilas. "Selamat pagi, sayang." Seiring dengan terbitnya senyuman di bibir Salma, bersama itu pula kerutan di area matanya terlihat jelas, menandakan tidak lagi muda usianya.

"Bunda udah sarapan?"

"Kamu duluan saja, Bunda masih cuci piring."

Raga yang hampir menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya urung, ia meletakkan lagi sendok itu di atas piring.

"Kalo gitu Raga tunggu Bunda selesai," ucapan Raga terjeda, cowok itu bangkit. Melengking lengan jaketnya yang panjang.

"Biar Raga bantu." Imbuh Raga. Berniatan menuntaskan sebagian sisa cucian.

Salma menggeleng, "Bunda sudah selesai. Ayo sarapan," kata Salma.

"Panci sama wajannya kan belum beres, biar Raga yang beresin," kilah Raga.

"Nanti seragam kamu basah. Sudah duduk, Bunda mau sarapan." Tekan Salma, melepas celemek yang ia pakai.

Raga tersenyum tipis, cowok itu menuangkan air putih ke dalam gelas Salma juga gelasnya sendiri. "Celemeknya baru lagi, Bun?"

"Celemeknya hadiah dari panci. Penawaran khusus dari pelayan toko," terang Salma sambil tersenyum.

Raga ikut tersenyum, Bundanya ini suka sekali mengoleksi celemek berbagai motif, mulai dari motif bunga hingga motif abstrak pun Salma punya.

Sarapan pagi kali ini ditemani oleh topik hangat seputar celemek baru Salma. Merambat hingga pada nasihat Sang Ibunda tercinta mengenai kebiasaan buruk si anak. Bagaimana Salma tidak khawatir ataupun cemas? Raga, anak laki-lakinya itu tidak pernah absen dari yang namanya rokok.

"Jangan dibiasain ngerokok bisa?" kata Salma sembari mengambil bungkus rokok yang bertengger rapi pada saku seragam Raga.

Raga yang tengah asyik mengunyah sarapannya lantas mencoba merebut kembali. "Oh! Come on, Bun."

Salma semakin menjauhkan benda perusak itu dari jangkauan Raga. Lalu menggerakan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri.

"Nggak bisa, Bunda nggak suka kamu jadi perokok."

Pemilik nama lengkap Driangkara itu menghela napas pasrah. Kala Salma membuang satu bungkus rokoknya pada tong sampah.

"Janji sama Bunda. Nggak akan ngerokok lagi?"

Berat, sungguh Raga berat untuk mengatakan satu kaya 'Iya'

"In Sya Allah-" kata Raga menggantung. "Tapi, nggak janji."

Tertekuk sudah wajah Salma kecewa, tatkala mendengar jawaban putranya. Membuat Raga yang menyadari perubahan ekspresi itu sontak cepat-cepat meralat ucapannya.

Raga Donde viven las historias. Descúbrelo ahora