Chapter 12 : One room?

Beginne am Anfang
                                    

"Cinta tidak bisa dipaksakan." Lirih Sera seraya membuang muka.

"Memang, tapi aku sudah berjanji akan mencintaimu." Sahut Zola menanggapi.

"Tidak perlu berjan...," Perkataan Sera terpotong.

"Sera...??"

Zola dan Sera menoleh ke arah pintu. Mata Sera membelalak melihat orang tuanya datang ke kamar ini. Zola dan Sera saling berpandangan sejenak.

"Sera, astaga—" Amanta memiringkan kepala Sera ke kanan dan ke kiri.

"Akhh, Ibu." Rintih Sera ketika Amanta menekan-nekan perban di pelipisnya.

Zola memeluk Mario kemudian mempersilahkannya untuk duduk.

Setelah Amanta kini giliran Mario yang mengamati wajah Sera. Sepertinya keadaan Sera baik-baik saja kecuali pelipis.

"Kenapa tidak memberitahu kami?" Mario menatap Zola dan Sera bergantian.

Mario dan Amanta datang kemari setelah mengetahui keadaan Sera justru dari berita. Di berita tersebut juga terdapat foto Sera dengan darah yang membasahi wajah. Sebagai orangtua tentu mereka panik.

"Ini hanya luka kecil, Ayah. Berita yang beredar terlalu berlebihan." Sera menjawab perkataan Mario.

Zola yang mendengar Sera berkata hanya luka kecil, tertawa dalam hati. Luka kecil tapi wanita itu selalu menangis beberapa hari ini. Ia sudah berniat mengabari orangtua Sera, tapi Sera melarangnya.

"Luka kecil?" Ulang Mario.

"Hanya empat jahitan." Balas Sera.

"Setelah menikah sepertinya sifatmu berubah." Ujar Amanta yang mengetahui bagaimana sifat anaknya.

Sera bersandar pada Mario yang berada di sebelahnya. Mario pun merangkul Sera seraya mendaratkan kecupan di puncak kepala Sera.

"Kenapa bisa terluka? Apa karena kecerobohanmu, Amore?" Tanya Mario. Berita tidak menyebutkan dengan pasti apa yang menjadi penyebab putrinya terluka.

Sera dan Zola saling melirik dan Sera memberi kode agar tidak mengatakan yang sebenarnya pada Mario dan Amanta.

"Aku terpeleset, Ayah." Ujar Sera kemudian.

"Lain kali hati-hati." Sahut Amanta menasehati Sera.

"Zola, jika kejadian seperti ini terulang lagi— segera kabari aku." Mario berkata pada Zola.

"Baik." Jawab Zola dengan sopan.

"Kenapa bonekamu kau bawa kemari?" Celetuk Amanta, menatap boneka besar milik Sera yang berada di tengah ranjang.

"Itu boneka kesayanganku, Ibu." Jawab Sera.

Mario mengecup kembali puncak kepala Sera. Boneka itu adalah pemberian darinya saat ulang tahun Sera ke-10.

"Kalian seperti tidur bertiga." Amanta tertawa kecil.

Sera tertawa bodoh, "Bertiga apanya, justru hanya boneka itu yang menjadi teman tidurku setiap malam." Jawabnya dalam hati.

SerafinaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt