36. Menagih Janji

2.3K 358 38
                                    

Beberapa menit yang lalu, bell pulang sekolah telah berbunyi, Edward menyempatkan waktunya selama sepuluh menit untuk izin tidak mengikuti latihan sepak bola hari ini karena Bundanya sedang sakit.

Beberapa langkah dari ruangan pelatihnya, ayunan kaki Edward kembali berhenti saat mendengar namanya disebut dengan sengaja agar dirinya mendegar.

"Pak, ini nggak benar. Edward pemain baru dan udah dikasih kepercayaan bermain terus. Kita semua juga tau kalau kemampuan dan skill Edward nggak sebagus itu, tapi kenapa terus dimainkan? Lalu kita-kita juga dengar itu semua karena instruksi dari Ayahnya ke kepala sekolah supaya Edward terus dimainkan. Ini namanya nggak adil, Pak." Edward terus mendengarkan di balik tembok ruangan di samping kirinya.

"Berita dari mana itu? Saya mainkan Edward supaya dia bisa cepet adaptasi dan kepercayaan dirinya meningkat." Balas sang pelatih memberikan pembelaan.

"Udah jadi rahasia umum di sini, Pak. Kita juga mau keadilan. Terus sekarang Edward izin nggak ikut latihan, dan kalau besok dia dimainkan, itu malah semakin ngelihatin kalau tim sekolah ini nggak sehat." Ucapnya selaku pemain yang sudah berada di kelas dua belas.

Terus mendegarkan, Edward menjadi paham akan sesuatu.

Beberapa orang memang tidak suka merasa tersaingi.

Setelah itu Edward melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah, di mana Ayahnya sudah menunggu untuk menjemputnya.

"Udah lama, Yah?" Tanya Edward sambil mencium tangan kanan Jordan.

"Ayah jemput kayak biasanya Bunda jemput kok jamnya." Jawab Jordan sambil membukakan pintu mobil untuk Anaknya, dan setelah itu dirinya juga masuk ke mobil tersebut.

"Tadi aku izin ke pelatih dulu buat nggak ikut latihan hari ini." Ucap Edward begitu mobil Ayahnya meninggalkan area sekolah.

"Kenapa izin? Latihan aja nggak apa-apa. Bunda juga nggak bakal ngelarang kok."

"Aku mau jagain Bunda." Ucap Edward.

Jordan paham. Untuk pergi ke sekolah hari ini saja pasti sudah tidak menyenangkan bagi Anaknya disaat kondisi Yuna yang sedang sakit.

"Ayah." Panggil Edward setelah Jordan hanya menanggapi ucapannya dengan anggukan.

"Hem?" Tanya Jordan sambil menoleh sekilas.

"Ayah pernah nyuruh kepala sekolah supaya aku dimainin terus waktu pertandingan?" Tanya Edward sambil menatap Jordan di sebelah kanannya.

"Enggak." Jawab Jordan sambil menggeleng.

"Buat apa Ayah kayak gitu? Kamu kan udah jago." Lanjut Jordan.

"Kalau gitu Ayah bilangin ke kepala sekolah biar ngasih tau pelatih supaya aku bisa jadi starting eleven besok."

Mendengar permintaan Anaknya, tentu saja membuat Jordan sedikit hilang fokus ke jalanan di depannya. Pria itu menoleh ke Edward dengan wajah bingung.

"Nggak bisa gitu dong, Edward. Kamu harus bersaing secara sehat. Ayah yakin kok kalau kamu pasti bisa buktiin itu." Tutur Jordan.

"Tapi aku mau main besok. Aku nggak mau nunggu." Balas Edward.

"Tapi hal kayak gitu nggak dibenarkan." Jordan terus mencoba meluruskan.

"Katanya Ayah mau bantuin aku kalau kesusahan di sekolah. Baru diminta sekali udah nggak mau bantu." Kali ini Edward berkata dengan tidak lagi menatap Jordan.

"Ya bukan kayak gini maksud Ayah. Kamu bisa minta bantuan yang lain, tapi bukan buat curang." Balas Jordan.

"Ya udah aku nggak berangkat sekolah besok."

TarachandraHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin