31. Bisa Dipertimbangkan

2.3K 385 42
                                    

06:40

Pagi hari, suasana hangat dan berkumpul bersama keluarga. Hal itu rasanya sangat baik untuk mengawali pagi.

Pagi ini semuanya tampak ceria, melebihi hari-hari biasanya. Jordan sudah lebih dulu berada di meja makan sebelum Edward, seperti biasanya.

"Pagi, Ayah." Sapa Edward sambil melewati Jordan.

"Pagi, Edward." Balas Jordan setelah meminum kopinya.

Laki-laki tampan itu menghampiri Yuna, lalu memeluknya dari belakang seperti hari-hari biasanya. Hal yang tidak pernah Edward lewatkan dipagi hari.

"Pagi, Bunda." Sapa Edward, tidak lupa satu kecupan mendarat di pipi kiri Yuna dengan begitu manis.

"Pagi, sayang." Balas Yuna sambil tersenyum.

"Ayah kok nggak pernah kamu peluk sih, Edward? Kamu ini pilih kasih sama Ayah." Ucap Jordan seolah-oleh merajuk.

"Nggak mau, kan sama-sama cowok." Balas Edward masih berada di posisinya.

"Tapi Bunda kan Istrinya Ayah. Kamu nggak berhak dong cium-cium gitu di depan Ayah lagi." Masih pagi tapi Jordan sudah memulai argumen.

"Ini kan Bundaku." Tentu saja Edward tidak ingin kalah.

"Kamu cari pacar aja sana. Biar Ayah bisa berduaan sama Bunda. Masa kamu terus yang manja ke Bunda." Ucap Jordan. Memang tidak ingat usia.

"Enak aja. Ayah itu udah tua, nggak lagi mempesona." Balas Edward sedikit kurang ajar sebenarnya, tapi Jordan yang memulai.

Sedangkan Yuna hanya memilih menyimak sambil tertawa mendengar adu mulut antara Ayah dan Anaknya tersebut. Hiburan pagi.

"Edward, nggak boleh ngomong kayak gitu ke orangtua. Nggak sopan." Tutur Jordan.

"Tuh kan orang tua, emang Ayah udah tua. Bunda aja ini yang awet muda." Balas Edward.

Anak itu semakin mengeratkan lingkaran tangannya di tubuh Yuna, lalu menggerakkannya pelan ke kiri dan kanan, seolah sedang meledek Jordan.

"Udah. Kok malah berantem. Kita sarapan dulu." Pada akhirnya Yuna yang menengahi.

Jordan memang suka bercanda, dan Edward tahu itu, meskipun terkadang untuk beberapa hal dirinya menanggapi serius perkataan Ayahnya.

•••

Meskipun dini hari tadi Edward sudah mendapatkan hadiah mobil pribadi dari kedua orangtuanya, namun untuk saat ini Jordan dan Yuna masih membatasi Anak itu untuk mengendarainya sendiri.

Hari ini Edward masih diantarkan oleh Jordan ke sekolah, dan akan dijemput oleh Yuna saat pulang seperti hari-hari sebelumnya.

"Kamu urus KTP dulu, baru habis itu bikin SIM. Nanti Ayah bantu biar cepet selesai. Kalau sama Ayah nggak bakal berani pegawainya ngelama-lamain prosesnya, apalagi sampai ada pembayaran nggak jelas. Kalau berani-berani kayak gitu bakal Ayah usut tempatnya." Ucap Jordan sambil fokus ke jalanan di depannya.

"Nggak ada yang berani sama Ayah, takut dituntut." Sahut Edward sangat paham dengan apa yang baru saja Jordan katakan.

Jordan adalah seorang Jaksa yang sudah memiliki jabatan tinggi. Menghadapi orang-orang bermasalah seakan sudah menjadi makanannya sehari-hari.

"Iyalah, apalagi kalau ada yang gangguin keluarga kita. Nggak bakal Ayah biarin kabur gitu aja." Ucap Jordan.

Edward mengangguk. Jika dirinya sudah mempunyai hal yang bisa dibanggakan pun ia juga akan melakukan hal yang sama seperti Ayahnya.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang