69. Siap Menikah / Ingin Menikah?

1.2K 130 26
                                    

Tidak ada kejahatan yang sempurna, namun juga tidak ada manusia yang dilahirkan untuk menjadi jahat, terkadang keadaan dan sikap orang lain membuat seseorang menjadi gelap mata dan melakukan kesalahan dalam sekejab.

Menekuni pekerjaannya, Edward sering kali menemui pelaku kejahatan yang sebenarnya dia adalah korban, namun pada akhirnya mereka yang kalah karena kemarahan sesaatnya.

Di depannya, Edward dapat melihat bagaimana Adik dari korban yang menangis sambil nemeluk pelaku yang sudah membunuh Kakak laki-lakinya.

Bukankah itu hal yang aneh? Nyatanya di dunia ini sering kali keluarga bukanlah tempat paling nyaman untuk pulang. Seseorang yang tidak ada ikatan darah malah bisa memperlakukan lebih baik, hal itu mungkin yang dirasakan Ruby terhadap Sherly yang sekarang sudah ditetapkan sebagai pelaku pembunuhan terhadap kekasihnya sendiri.

"Kalian masih bisa bertemu, pihak yang berwajib harus membawa tahanan sekarang." Ucap Edward.

"Pak Edward, terima kasih." Ucap Sherly sambil menunduk sedikit. Baginya Edward adalah penyidik yang baik, Sherly merasa jika Edward tidak pernah menekannya dengan pertanyaan yang menyakitkan melalui kata-katanya.

"Saya hanya melakukan tugas. Kejahatan yang kamu buat, kamu harus menebusnya, lalu setelah bebas nanti, saya harap kamu bisa melanjutkan hidup dengan baik, cukup hidup dengan tenang, jangan berharap lebih ke manusia lain selagi kamu bisa." Ucap Edward.

Sherly mengangguk, lalu meninggalkan tempat itu bersama polisi yang mengawalnya. Benar kata Edward, ia harus menerima hukuman ini karena memang kesalahannya.

"Tempat kamu bukan di sini, bukankah seharusnya kamu berkumpul dengan Ayah dan Ibumu, mereka pasti bahagia karena pembunuh Anaknya sudah dihukum." Ucap Edward.

"Bahkan saya lebih menganggap Kak Sherly sebagai keluarga dibandingkan keluarga saya sendiri." Balas Ruby.

"Saya bisa antar kamu pulang kalau kamu nggak keberatan." Ucap Edward tiba-tiba.

"Akh, nggak perlu repot-repot, setelah dari sini saya mau ke kampus." Tolak Ruby halus, sejujurnya lebih bingung harus membalas seperti apa, bukankah ini terlalu mengejutkan untuk didengar?

"Setelah persidangan ini, kamu masih bisa pergi ke kampus dan belajar?" Tanya Edward.

"Sejujurnya agak sulit, tapi hanya ini tujuan hidup saya saat ini." Balas Ruby.

"Kalau begitu saya antar kamu pulang." Ucap Edward masih pada ajakannya diawal.

"Saya ngekos." Jelas Ruby.

"Bukannya jarak dari rumah ke kampus tidak terlalu jauh?" Tanya Edward.

"Apa hubungan keluarga kalian serenggang itu?" Tanya Edward.

"Saya rasa Pak Jaksa cukup tau tentang keluarga kami sampai sini saja. Kasus ini sudah berakhir kan." Ucap Ruby ingin mengakhiri pembicaraan ini, lagipula dirinya juga tidak betah jika harus bicara formal terlalu lama.

"Saya punya nama, panggil Chandra saja." Ucap Edward.

"Mana bisa gitu Pak." Balas Ruby tidak enak hati.

"Kamu punya pacar?" Tanya Edward sekali lagi mengejutkan.

Kali ini Ruby mampu untuk dibuat melongo sejenak, bagaimana bisa manusia di depannya ini menanyakan hal semacam ini?

"Orang yang bersama kamu, Alberto itu pacar kamu?" Tanya Edward bahkan sebelum Ruby menjawab pertanyaan sebelumnya.

"Albert? Dia teman saya dari lama, mana mungkin saya pacaran sama orang seperti itu, Pak." Balas Ruby sambil menahan tawa mengingat perilaku Alberto yang terkadang diluar nalar.

TarachandraWhere stories live. Discover now