50. Berbicara Tentang Karir

1.8K 289 5
                                    

Jika dikatakan penyesalan akan selalu datang diakhir, mungkin itu yang tengah Jordan rasakan sekarang. Terkadang untuk mengontrol sikap memang tidak selamanya bisa diatasi.

Jordan masih manusia, ada kalanya dirinya tegas, sangat sabar, atau emosi.

"Kamu tahu gimana sifatnya Chandra, tapi kenapa kamu kayak tadi?" Yuna berbalik dari arah pintu, menatap Suaminya yang berdiri lima langkah darinya.

"Chandra Anaknya nggak pernah aneh-aneh, dia nggak pernah minta macem-macem ke kita. Tadi dia cuma minta ikut tidur di sini kok, itu juga karena dia nggak nyaman sendirian di tempat baru kayak gini, harusnya kamu ngerti." Ucap Yuna menggebu-gebu, merasa kesal dan kecewa dengan sikap Suaminya kepada Anak mereka barusan.

"Iya aku salah. Seharusnya aku bisa ngontrol diriku tadi." Balas Jordan kentara sekali di wajahnya bahwa dirinya menyesal.

"Kamu tau kan kalau Chandra itu sedikit berbeda dari Anak lain pada umumnya? Aku harap kamu sadar tentang hal itu." Ucap wanita tersebut.

"Iya aku tau." Balas Jordan.

"Bukan cuma aku sama kamu aja yang capek, Chandra juga capek. Dia cuma mau istirahat tapi dirinya nggak tenang karena sendirian di kamarnya. Minta pergi liburan ke sini juga bukan karena dia maksa, kalau pun waktu itu ditolak, Chandra juga bakal nerima. Anak aku itu pinter, jangan disakitin." Ucap Yuna. Sepertinya ia memiliki beberapa hal yang selama ini dipendam sendirian.

"Mana mungkin aku nyakitin Edward. Aku beda sama keluargaku kalau kamu masih khawatir. Aku nggak bakal memperlakukan Edward dengan buruk." Jelas Jordan tulus sekali.

Jordan berjalan mendekat, lalu menyentuh kedua pundak Yuna dan menatap tepat ke manik mata wanita itu.

"Jangan khawatirin hal lain." Ucap Jordan.

"Apa kamu yakin kalau keluarga kamu bisa bersikap sama kayak kamu?" Tanya Yuna jelas sekali ia meminta jawaban dengan mutlak kepada Suaminya.

"Edward punya kita, nggak ada yang berhak atas dia selain kita. Aku juga nggak akan biarin Papa terlalu ikut campur hidup Anak kita nanti." Jelas Jordan.

"Posisi Edward ini sulit, dan Papa yang buat hal ini terjadi karena janjinya sendiri. Keluarga aku itu rumit, kamu tau itu. Dengan Papa bilang kalau semua hartanya bakal diberikan ke Edward sebagain besar, itu malah ngasih tanda bahaya ke Anak kita, pasti bakal banyak yang nggak suka, entah itu nanti Kak Jordi, Istrinya, atau bahkan Kin. Aku harap itu nggak akan terjadi, tapi seseorang bisa berubah karena keadaan, terlebih kalau udah menyangkut tentang uang." Lanjut Jordan.

Banyak yang mengatakan jika warisan adalah sumber masalah jika tidak diberikan dengan merata.

"Kamu juga harus kasih Papa sama Mama kamu pengertian. Aku nggak mau Chandra ada dalam posisi nggak baik, aku nggak rela." Ucap Yuna yang mendapat anggukan dari Jordan.

Jordan menarik nafasnya dalam, lalu seulas senyum tipis ia berikan kepada Istrinya tercintanya itu.

Yuna tidak pernah secemas ini jika tidak menyangkut tentang keluarga kecilnya, terutama Edward, tentu saja karena wanita itu memiliki alasan yang jelas.

"Sekarang aku mau lihat Edward di kamarnya. Kamu di sini aja." Ucap Jordan.

Meskipun pada Anaknya sendiri, jika memang salah sudah seharusnya meminta maaf. Jordan sama sekali tidak memiliki gengsi untuk meminta maaf atau mengucapkan terima kasih kepada Anaknya, hal itu juga yang sudah ia dan Istrinya ajarkan kepada putra mereka tersebut.

Jordan mengetuk pintu kamar hotel yang ditempati oleh Edward, lalu tidak lama setelahnya pintu itu pun terbuka memperlihatkan Anak laki-laki di depannya.

TarachandraWhere stories live. Discover now